Sabtu, 11 November 2017

Sail Sabang 2017 yang Menawan

Sabtu, November 11, 2017

Sekali waktu, kakak saya bercerita kunjungan kerja temannya dari Jakarta. Seusai menyelesaikan tugas negaranya itu, si ibu langsung minta diantarkan ke pelabuhan Ule Lheue, Banda Aceh, untuk menuju pelabuhan Balohan, Sabang. Sudah menjadi kegiatan rutin, si ibu tersebut kebelet tetap ingin ke Sabang meskipun pergi untuk sekian kalinya.

Ibu itu meresapi dengan dalam tiap hal yang menarik mata. Sabang baginya menjadi rumah kedua,  pelepas lelah kerja di ibukota negara. Sampai-sampai saking senangnya di Sabang, si ibu itu tak sadar bahwa kapalnya yang akan menuju ke Banda Aceh sudah duluan berangkat. Si ibu ketinggalan kapal cepat! Berupaya mencari kapal lambat yang hanya berangkat dua kali dalam sehari, pun tak ada. Sementara besoknya, si ibu itu harus sudah ada di Jakarta. Hari Senin masuk kerja!

Mulailah ibu ini memutar otak mencari alternatif penyeberangan. Teringat olehnya kapal nelayan yang menyeberang ke Pulau Aceh berkat info yang di dapat dari temannya. Karena lobi-lobi, akhirnya si pemilik kapal mau memberangkatkan si ibu itu hingga tiba ke Banda Aceh. Tapi, dengan bayaran mahal. Tak banyak ambil pusing, si ibu langsung deal dengan pemilik kapal. Bila tidak, bisa saja dia tidak akan tiba pada Senin-nya di Jakarta. Begitulah, ‘kegilaan’ orang-orang kepada Sabang.

Barangkali, si ibu ini akan semakin berbinar, jika tahu kini Sabang semakin berbenah. Kegiatan Sail Sabang 2017 misalnya yang akan diadakan pada 28 November – 5 Desember, akan dimeriahkan beragam kegiatan. Sebut saja Sabang Fun Bike, Aceh Fun Dive, Sabang City Tour, Coffee & Cullinary Festival, Paramotor Show, Blogging Competition, hingga International Yacht Rally. Para yachter dunia akan berada di Sabang. Jika tahun-tahun sebelumnya, Sail Indonesia hanya diikuti 40-50 yachter, tahun ini mengalami penambahan.

“Sudah ada 100 peserta yachter yang akan mengikuti Sail Sabang 2017,” kata Reza Fahlevi, Kadisbupar Aceh saat membuka Flash Blogging, Sabtu (11/11) di Hotel Kartika, Banda Aceh.

2015 lalu, pergi kedua kalinya ke Sabang, saya baru pertama kalinya menyaksikan yachter. Berlabuh di dekat Pulau Iboih, pemilik kapal yang berasal dari luar negeri tersebut sedang menikmati indahnya eksotika Sabang. Konon lagi, karena kelamaan menepi di sana, kabar angin menyebut si pemilik kapal sedang menenangkan hati setelah bertengkar hebat dengan kekasihnya. Dia memilih Sabang, artinya ada sesuatu ketenangan yang didapatnya. Saya berharap, yachter yang galau merana itu kembali lagi untuk mengikuti Sail Indonesia yang kali ini diberi nama Sail Sabang. Apalagi, bisa saja ajang ini mempertemukan dirinya dengan pasangan hidupnya kelak.

Tak hanya untuk orang luar Aceh, kemeriahan Sail Sabang pun merebak di media sosial. Sebuah postingan di akun instagram ternama dengan memiliki berpuluh ribuan pengikut rutin memposting daya tarik wisata Sabang. Saya sangat senang, saat melihat tugu nol kilometer Indonesia sudah bisa dinikmati masyarakat. Bentuknya sudah jadi dengan ciri khas angka 0 (nol) itu. Kalau tahun 2015, saya hanya bisa melihat bentuk kasarnya saja. Sementara sekarang, saat mengetik tangggal #sabang #wisatasabang atau #tugunolkilometersabang akan banyak sekali postingan tentang keindahan tugu tersebut. Tentu, tugu ini akan menjadi daya tarik nomor wahid di Sabang. Betapa tidak, tugu ini semacam menjadi ‘foto wajib’ kalau ke Sabang.

Selain foto keindahan Sabang dengan pemandangan alamnya itu, pemerintah pun sudah membenahi jalan. Sebuah postingan foto instaragam tentang suasana jalan di Sabang memberikan bukti nyata, jika dulu jalan tak dihiraukan, kini berbenah menyambut turis. Jalan di  lokasi wisata pada tengahnya sudah dicat garis warna kuning, di sampingnya di cat garis putih. Pemenuhan fasilitas seperti ini sangat penting. Agar menunjukkan keseriusan menggaet wisatawan untuk bidang transportasi wisata. Apalagi, kini Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah menggandeng mitra transportasi. Perubahan ini menjadi penting agar turis tak kocar kacir mencari mobil atau taksi saat menikmati destinasi keindahan Sabang. ()



Sabtu, 19 Agustus 2017

Bahagia Jadi Blogger, Meskipun Blog ‘Meujeulabah’

Sabtu, Agustus 19, 2017



Betapa bahagianya saat ngeblog.  Bisa menularkan semua hal yang sifatnya informatif. Semasa masih mempunyai alamat blogspot, berupaya rutin menulis. Mulai ngeblog sejak 2010, mencoba menulis semenarik mungkin. Meskipun hal tersebut sungguh alay dan kekanakan jika dibaca kembali sekarang. Mulai suka ngeblog jika disukai pembaca. Semacam bangga, bahwa saya mampu menularkan hal positif di tiap tulisan.

Duit yang keluar untuk membeli domain, hosting, dan biaya desain web, bagi saya adalah hal lumrah. Jika ingin mengubah sesuatu, maka blog juga harus dibikin menarik dan asik untuk dilihat, apalagi dibaca. Semangat saya bertambah setelah jadi dotcom itu. Berkat pancingan dari kawan-kawan, arifsalda.com melalangbuana sejak setahun silam. Sebelum menjadi dotcom, saya bahagia saat mengetahui bahwa blog saya dikunjungi oleh orang dalam hingga luar negeri. Walau pun mereka bisa saja salah pencet.

Hal menggemberikan lainnya adalah teman dekat saya mulai rutin ngeblog. Tiap hari semasa kuliah, saya rutin jadi agen kompor gas. Tugasnya, saya komporin dia untuk mulai ngeblog  dan lupakan mantan!

Kawan saya tersebut, rutin menulis review buku hingga film fantasi. Berhubung, antara saya dengan dia memiliki kiblat bacaan yang berbeda. Saya menyukai novel roman, sementara dia novel fantasi. Meskipun perbedaan mazhab bacaan yang signifikan itu, usaha saling menyemangati tak hentinya. Kamisaling bertukar pikiran. Malah ketika dia lebih produktif ngeblog, saya sebaliknya. Kawan saya ini sudah pernah jadi Juara III Nasional dan mendapatkan bonus 4 jutaan.

“Rif, uang ini bisa aku pake buat bayar utang hahaha,” katanya.

Rupanya, blog saya makin meujeulabah (Bersarang laba-laba). Kawan saya selalu memotivasi untuk ikut lomba blog. Wajar, karena dia pun sadar sebab blog saya meujeulabah-nya luar biasa. Setelah memenangkan lomba blog, dia rajin ngeblog meskipun tak juara. Selain untuk ikut lomba blog, teman saya itu juga menulis tentang isu-isu kekinian. Yang paling saya suka, dia mampu membuat poin-poin tertentu dari ide yang ditulisnya.

Kebahagian lainnya, saat mengompori abang kandung saya buat ngeblog. Sebab, sebelum jadi blogger, abang saya sudah melalang buana menjadi penulis koran. Tulisannya beragam, cerpen, puisi, esai, dan opini. Blog-nya pun telah menjadi pembaca tetap. Sebab abang saya rajin promosi – agak narsis juga sebenarnya – di media sosial. Nampaknya, dia sangat sadar kalau blogger itu dunianya artis. Ya bukan harus main film juga, semisal terkenal di warung-warung kopi sekitaran Banda Aceh saja sudah kebahagian yang tak terkira.
Blog saya memang meujeulabah

Kata ini saya populerkan saat memperingati hari blogger tahun silam. Banyak respon karena kata tersebut. Semisal “Rif, abang mau rajin ngeblog lah. Takut meujeulabah kayak blogmu,” timpalinya sambil ketawa ngakak. Inspiratif kali kan kalau jadi blogger, meskipun blog saya meujeulabah!



Jumat, 18 Agustus 2017

Langkah yang Harus Ditempuh Agar Menjadi Youtuber

Jumat, Agustus 18, 2017

Orangnya ramah. Itu yang saya lihat dari karakter Muhammad Hanif Hasballah. Putra asli Pidie, Aceh itu menjelaskan dengan runut perihal dunia vlog yang mulai digelutinya setahun belakang. Kebetulan, Sabtu sore (19/8) saya lebih cepat hadir dari biasanya. Bahagia ketika tiba-tiba didampuk menjadi moderator sesi Kelas Menulis “Vlogging Itu Asik”, bikinan teman-teman FLP Banda Aceh.

Pemilik nama akun instagram @emhanief memulai kelas dengan mengenalkan vlogger internastional, dialah Casey Neistat. Padanya, Hanif berguru vlog online. Untuk deretan vlogger nasional, deretan nama yang dikenalkannya, Agung Hapsah, Arief Muhammad, Ria Ricis, Gita Savitri, hingga Raditya Dika. Nama tadi menjadi referensi calon magister salah satu universitas ternama di China itu untuk membuat vlog pribadinya.

“Vlog cepat tumbuh karena anak muda indonesia suka dengan video, ketimbang membaca buku,” ujar Hanif.

Saat mendengar Agung Hapsah, saya teringat dialah anak muda berusia 18 tahunan yang diundang khusus Presiden Jokowi untuk bareng satu pesawat kepresidenan dalam satu kunjungan kenegaraan itu. Setelahnya, Agung Hapsah juga diundang pada acara Kick Andy Show. Dia memberi inspirasi bahwa, anak muda harus menularkan hal positif melalui konten vlog.

Setelah sesaat wajah Agung Hapsah muncul dan vlogger nasional lainnya, pada slide presentasinya itu, abang kandung Muzammil Hasballah – Imam Muda yang heboh berkat youtube – menyebut kata vlog berasal dari kepanjangan “Video Blog”.

“Video Blog (Vlog) adalah bentuk video rekaman aktivitas pribadi. Yang sifatnya informatif”, ujar alumni Fakultas Teknik Unsyiah itu lagi.



Tentu, ngevlog memiliki ragam manfaat. Semisal, mampu membagikan apa yang kita punya untuk orang lain. Terutama dituntut mampu mengasah kreativitas, ditambah terbentuknya personal branding.

“Saya paling suka karema membangun relasi. Kalau menghasilkan uang, ya Alhamdulillah hehehe,” kata pemilik vlog dengan nama Muhammad Hanif Hasballah.

Vlog juga memberi manfaat sebagai media promosi, Hanif mengatakan bahwa jangan jadikan sebagai penghasilan utama, karena bisa saja perusahaan penyedia vlog, bangkrut. Laman vlognya setelah setahun sudah telah di-subscribe sebanyak 3316 subscriber dengan jumlah video sebanyak 32 termasuk video pernikahan adik kandungnya yang heboh sejagat.

Hanif memulai debut vlog saat menempuh studi magister di China. Vlog pertamanya bahkan dibuat dengan handphone. Berkat bantuan Akbar Rafsanjani membantu editing, Hanif memberanikan diri membagikan videonya itu yang diberi nama “Study in China” yang telah ditonton sebanyak 4506 kali.

Jika membuka laman vlog-nya itu, saya kagum karena Hanif bukan hanya menampilkan negara orang. Hanif ingat betul negaranya. Seperti saat menonton video pernikahan adiknya yang kental budaya Aceh. Belum lagi video terbarunya menceritakan tentang tampilan baru Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang kini telah memiliki 12 payung itu.

Menariknya, Hanif tak sungkan membagikan tips membuat vlog. Diantaranya, kita harus memiliki peralatan (boleh HP, kamera digital, DSLR) hingga persiapan.

“Yang paling penting kita punya konsep yang jelas. Bagian editing biasanya juga menguras tenaga yang lumayan. Nah akhirnya tinggal upload dan share. Yang paling susah membuat video adalah konsisten. Harus tahan jenuh, sebab butuh waktu untuk melahirkan video.”

Adobe Premire Pro, Filmora, Kinemaster (untuk HP) adalah deretan aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat/mengedit video. Tak menutup kemungkinan, dengan adanya aplikasi ini memudahkan vlogger. Sepertinya halnya menulis, Vlog juga hampir sama dengan Blog. Bisa fokus ke bidang tertentu.

“Tapi gak menutup kemungkinan, memvideokan bidang lain,” sebutnya saat menjawab salah satu pertanyaan peserta.

Pertanyaan lainnya menanyakan konten apa yang menarik dibagi untuk Indonesia? Hanif pun mengatakan, bahwa ngevlog bukan melulu harus tentang negara orang, harus ke luar negeri dulu. Tapi bisa membagikan hal positif di Indonesia. Menurutnya, vlogger Indonesia keren-keren. “Sebab, ngevlog dapat dilakukan dari hal biasa menjadi luar biasa,” Hanif menyemangati.

Kehadiran Akbar Rafsanjani, turut memotivasi Hanif menceritakan awal mula dia mulai menyukai vlog. Akbar yang merupakan videografer dengan akun youtube Rio De Jaksiuroe itu membenarkan bahwa Hanif awalnya belajar darinya. Di akunnya itu yang telah berjalan setahun lebih dengan pembicara utama (semacam ala-ala reporter) Riazul Iqbal.

“Kami ingin mempromosikan wisata di Aceh, khususnya Pidie. Potensinya luar biasa, hanya saja gak digarap dengan bagus. Saya beruntung jumpa dengan Rio, karena saya basic-nya video, Rio mahir bicara,” bebernya di sore itu.

Rio – sapaan familiar Riazul Iqbal – mengiyakan isi perkataan Akbar. Dia menuturkan, setelah videonya dibagikan, akhirnya viral. Kini masyarakat mulai tahu lokasi wisata yang sebelumnya tersimpan rapi dalam hutan-hutan pedalaman Pidie. Saya (Muarrief) kagum, padahal Tim Rio De Jaksiuroe ini tanpa mengikuti ajang pemilihan Duta Wisata, sudah berbuat. Tanpa lebel, mereka bekerja untuk daerahnya. Salut!


Akhir sesi, Hanif memberi pesan dalam bahasa Inggris yang saya gak tahu artinya (edisi syurhat). “The expert in anything was one a beginner,” pungkasnya. []

Makasih Bang Hanif atas sharing ilmunya

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."