Kisah Guru dan Nakhoda di KMP Aceh Hebat 1: Perjalanan Membanggakan Menyatukan Nusantara
KMP. Aceh Hebat 1. Dok. Dishub Aceh |
“Pada saat itu mobil saya diarahkan masuk ke
dek kapal dengan tertib dan rapi oleh petugas. Semua berjalan lancar karena
dibantu oleh ABK yang ramah dan sigap,” ujar Guru Mata Pelajaran SMA Negeri 2
Simeulue Tengah, Simeuleu, Aceh ini.
Ia pun berkisah, ruangan KMP. Aceh Hebat 1 ini
terasa luas dan nyaman. Kursinya tertata rapi, ditambah udara yang sejuk sore
itu. Di kapal tersedia pula kamar mandi yang bersih, sehingga penumpang merasa
lebih tenang selama perjalanan.
“Bagi yang ingin beribadah, kapal menyediakan ruangan shalat yang nyaman dan terjaga kebersihannya. Jadinya, kita diberi kemudahan dalam menjalankan perintah agama.”
![]() |
Sigit Setiawan bersama keluarganya di Simeuleu. Dok. Pribadi |
Di sela menunggu waktu penyeberangan dengan
kapal yang mulai beroperasi pada tahun 2021 silam, Sigit berjalan ke dek terbuka.
Dari sana, pemandangan laut lepas begitu indah. Angin sepoi menghampiri dan
debur suara ombak menambah suasana damai. Memang benar, di Kota Calang ini
pemandangan pantainya akan memanjakan mata siapa saja yang menatapnya. Di saat
Sigit menikmati waktu senja, petugas kapal turut berkeliling untuk memastikan
penumpang merasa aman dan nyaman.
“Bagi saya, perjalanan dengan KMP Aceh Hebat 1
bukan sekadar penyeberangan, tetapi juga pengalaman yang menyenangkan. Kapal
ini tidak hanya memudahkan masyarakat khususnya didaerah terpencil untuk
bepergian, tetapi juga memberikan kenyamanan, keamanan, dan pelayanan yang
layak dibanggakan,” sebut pria yang telah mengajar di Simeulue sejak tahun 2019
lalu.
Ia punya harapan, KMP. Aceh Hebat 1 ini dapat
terus berkontribusi nyata untuk moda transportasi laut, khususnya kapal
penyeberangan. Misalnya, untuk rute ini tersedia pula pembelian tiket secara online
menggunakan aplikasi Ferizy. Serta, pria 33 tahun ini mengungkapkan
dibukanya rute Sinabang menuju Singkil, karena dapat memangkas jarak tempuh
perjalanan daratnya.
Cerita pengalaman guru hebat seperti Sigit
ini, sejalan dengan kontribusi ASDP untuk rakyat. Ini terdapat dalam kisah
Capt. Muhammad Noer, Nahkodah KMP. Aceh Hebat 1. Sejak ia diberikan amanah oleh
PT. ASDP Indonesia Ferry sejak tahun 2021 silam, bersama ABK-nya ia berbuat
yang terbaik dan merasa bangga dapat menyatukan Nusantara. Sebab, Simeulue tercatat
sebagai wilayah 3T (Terluar, Terdepan, dan Terpencil) berbatasan langsung
dengan India.
“Selama melayani penumpang, tentu ada suka dan
dukanya. Saya merasa puas dalam bekerja karena penumpang tiba dengan selamat di
kota tujuan,” sebutnya yang pernah menjadi Nahkoda KMP. BRR Lintasan Ulee Lheue
(Kota Banda Aceh) – Pulau Weh (Kota Sabang) ini.
![]() |
Capt. M.Noer, Nahkoda KMP. Aceh Hebat 1 |
Lelaki yang selalu ramah kepada siapa saja ini
bergabung bersama ASDP sejak tahun 2009 silam. Setahun setelahnya, tepatnya
tahun 2010 ia memulai karir menjadi nahkoda. Berbeda dengan pelayaran menuju
Sabang, pelayaran 14 jam lamanya ke Calang-Sinabang (PP) harus melewati
tantangan. Misalnya, ombak Samudera Hindia terkenal tinggi dan selalu menantang.
Capt. Noer dibantu tim, di awal pelayaran, pertengahan, dan hingga tiba di kota
tujuan selalu memastikan pelayaran berjalan semestinya sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
“Ya karena pelayaran ini yang kita hadapi
adalah gelombang tinggi ditambah alunnya pun sangat besar. Oleh karena itu,
kita selalu mengimbang penumpang tidak berdekatan dengan pinggir reling kapal.
Ini untuk mencegah penumpang jatuh ke laut,” sebutnya.
Dalam sebuah perjalanan bersama Capt. M. Noer
tahun 2022 silam, saya menyaksikan sendiri ia terus berkomunikasi dengan ABK,
baik yang berada di dek kapal ataupun di lokasi lainnya. Saat waktu azan tiba,
ia pun langsung menyambangi pengeras suara kapal, lantunan azan magrib, isya,
dan lainnya rutin ia kumandangkan sendiri. Sebuah ikhtiar kecil ini sejalan
dengan transformation for growth-nya ASDP. Artinya, pemimpin memberi
contoh langsung kepada bawahannya, bahwa siapa saja dapat berbuat untuk melayani.
“Mengapa saya bersedia menjadi nahkoda di
bawah naungan PT. ASDP Indonesia Ferry ini? Karena saya bangga bisa bekerja
pada salah satu perusahaan BUMN yang selalu memperhatikan kesejateraan karyawannya,”
ungkap pria asal Kota Sabang ini.
Diantara banyak kemudahan bekerja di PT ASDP
Indonesia Ferry adalah ia diberikan cuti reguler setiap tahunnya. Dan usai
cuti, ia masih dapat bekerja kembali. Ini berbeda jauh dengan bekerja pada
kapal pihak swasta. Ia baru dapat mengambil cuti, jika kontrak kerja telah selesai.
Untuk itu pula, sejak tahun 2009 silam hingga sekarang, M.Noer masih sangat nyaman
bekerja di PT. ASDP Indonesia Ferry. Oleh karenanya, ia pun punya harapan.
“Semoga kapal yang dimiliki oleh Pemerintah
Aceh ini dapat kita rawat bersama. Apalagi selama ini kerjasama PT. ASDP Indonesia
Ferry bersama Pemerintah Aceh telah berjalan dengan baik. Ikhtiar ini,
kedepannya dapat menjadi contoh bagi provinsi lain dalam mengelola kapal
penyeberangan,” pungkas pria yang pernah bekerja pada kapal di Dubai sebagai chief
officer ini.
Kisah-kisah Sigit dan Capt. M.Noer ini adalah kisah yang selalu hadir menginspirasi. Tentu saja, Sigit dan M.Noer tidak pernah bertemu dan tidak saling kenal. Tetapi, adanya KMP. Aceh Hebat 1 dengan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebagai operator kapalnya, telah menjadi penyambung risalah. Ini senada dengan semangat PT. ASDP Indonesia Ferry, ‘Bangga Menyatukan Nusantara’.(*)
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba ASDP Journalism Award 2025 dengan tema Cerita Kita, Cerita Indonesia pada Sub Tema "Cerita di Balik Perjalanan" kategori peserta kalangan media dan umum.