Tampilkan postingan dengan label Lomba Blog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lomba Blog. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 November 2019

Berawal Bantuan Kementerian Perhubungan, Bus Trans Koetaradja Terus Berinovasi

Selasa, November 12, 2019

Bus Trans Koetaradja sedang menjemput penumpang di halte depan Masjid Raya Baiturahman, Banda Aceh, Selasa (12/10/2019). Dok. Pribadi
Saat menyebut Aceh pada era 2000-an, barangkali yang terbesit dalam benak kita adalah konflik berkepanjangan. Namun, pernahkah Anda mengira, bahwa setelah tsunami dan gempa bumi tahun 2004 silam menghentak bumi Aceh yang menewaskan 500 ribu jiwa lebih itu, berubah signifikan. Ditambah, pasca penandatanganan perjanjian damai tahun 2005 berbagai pembangunan di segala penjuru terus dilakukan. Tak terkecuali sektor transportasi, baik transportasi laut, udara, dan darat. Salah satu yang sangat begitu terasa, kehadiran Bus Trans Koetaradja. Bus ini dapat dibilang menjadi angin segar. Sebab, pasca bencana dahsyat yang melanda Aceh itu, Banda Aceh tidak lagi memiliki moda transportasi yang melayani penumpang.

Angkutan massal perkotaan pertama di Aceh ini, mulai beroperasi di ibukota provinsi Aceh, yaitu Banda Aceh, tepatnya 4 Mei 2016. Saat diresmikan oleh Gubernur Aceh masa itu, dr. Zaini Abdullah, disebutkan bus ini adalah upaya Pemerintah Aceh menjalin kerjasama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI). Di awal kehadirannya itu, sebanyak 22 unit bus Trans Koetaradja ditugasi melayani tiga koridor.

Angkutan masal perkotaan bertipe Bus Rapid Transit (BRT) ini didatangkan di Banda Aceh karena dukungan melalui bantuan teknis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia tahun anggaran 2015. Sementara itu, dukungan pun terus diberikan Kemenhub RI dengan bantuan berupa sebanyak 8 unit bus pada tahun 2018 dan 10 unit bus pada tahun 2019.

Sementara itu, Pemerintah Aceh menyediakan prasarana dan biaya operasionalnya. Kerja sama nan apik ini antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah ini adalah bentuk komitmen mengatasi berbagai permasalahan transportasi bersama yang kian terasa di ibukota. Lalu apa permasalahannya?


Bus Trans Koetaradja sedang menlintasi salah satu sudut di Banda Aceh, Selasa (12/10/2019). Dok. Pribadi
Di tahun 2025 mendatang, prediksinya pertumbuhan penduduk di kota Banda Aceh dan sekitarnya mencapai 500 ribu lebih. Dengan kepadatanan penduduk 8.148 jiwa/Km2 pada tahun yang sama. Hal ini pun, tentu selaras pula dengan kehadiran kendaraan bermotor. Angka 12-13 persen per tahunnya diprediksikan menjadi angka pertumbuhan kendaraan bermotor.

Oleh sebab itu, beragam permasalahan yang hadir di negeri berjuluk Serambi Mekkah ini, tanpa adanya transportasi alternatif, tentu kemacetan akan begitu sangat terasa, semrawut, menguras emosi, dan tenaga. 

Lalu, apakah kehadirannya selama tiga tahun terakhir ini berdampak signifikan terhadap penggunya setiap tahun? Ternyata pada tahun 2017 sebanyak 1 juta lebih penumpang menggunakan Trans Koetaradja pada tiga koridor. Sementara pada tahun 2016, penggunanya berjumlah 165 ribu orang. Yang paling menggembirakan adalah sebayak 4 juta lebih penumpang Trans Koetaradja meningkat cepat di tahun 2018. Di tahun yang sama itu, angka ini pun berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34.579 TCO2e. Angka ini meningkat 270 persen dari tahun sebelumnya. Dengan angka peminatnya dan penurunan GRK yang terus meningkat, dapat dikatakan kenyamanan dalam bus tentu menjadi prioritas bagi penggunanya.


Penumpang siap-siap menaiki Bus Trans Koetaradja, Selasa (12/10/2019). Dok. Pribadi
Hal ini dapat dirasakan, mulai dari adanya jalur khusus bagi kaum difabel bila hendak menaiki halte bus. Selain itu, adanya kursi prioritas yang diresmikan pada 31 Oktober 2019, melalui pemasangan kover tanda khusus kursi diperuntukkan bagi penumpang berkebutuhan khusus. Terutama ibu hamil, difabel, lanjut usia, dan orang membawa bayi. Hari itu, saya menyaksikan langsung peresmian ini. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2017 tentang penyediaan aksesibilitas pada pelayanan jasa transportasi public bagi pengguna berkebutuhan khusus. Jauh sebelum ini, di dalam bus sendiri juga telah disediakan kursi bagi pengguna berkebutuhan khusus.


Kernet bus Trans Koetaradja ikut membantu difabel dari halte menuju ke dalam bus, Selasa (12/10/2019). Dok. Pribadi
Bus bercat biru ini juga sebagai salah satu angkutan yang sangat peka terhadap inovasi teknologi. Misalnya, dengan adanya teknologi Network Video Recoder (NVR) di dalam bus berguna untuk menghitung jumlah pengguna, mengontrol pelayanan supir dan kernet. Tentu, pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) di dalam bus ini menjadi upaya pemerintah memberikan keamanan bagi penggunanya. Selain itu, kemunculan aplikasi time table untuk melihat posisi bus dan memastikan ketepatan waktu pelayanan dan kedatangan bus.

Selain untuk mengurai dan mengurangi kemacetan, kehadiran bus ini ikut mendukung kegiatan berskala regional, nasional, hingga internasional yang diselenggarakan di Aceh. Sebut saja, Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII, Pekan Olahraga Aceh (PORA) 2018, Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (PENAS KTNA) XV, Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2019, hingga Muzakarah Sufi Internasional 2018.

Kini, Trans Koetaradja telah memiliki 40 bus, 5 koridor dengan 90 halte permanen, 43 halte portabel, dan 118 awak kendaraan baik sopir maupun kernet. Sejak tahun 2018 pula, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan telah membentuk Unit Pelaksanan Teknis Daerah (UPTD) Angkutan Massal Perkotaan Trans Koetaradja. Kehadirannya, tentu untuk lebih memberikan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bagi penggunanya.



Bus yang kini telah hadir di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Terminal Tipe A Banda Aceh, dan Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh ini telah menghubungkan ketiganya. Kehadirannya menjadi penghubung antar moda transportasi, sekaligus menjadi transportasi alternatif bagi masyarakat. Dengan demikian, dapat dipastikan kehadiran pelayanan pemerinta bagi warga negara jelas adanya.

Hal ini tentu sejalan dengan misi Kementerian Perhubungan RI, yaitu Transportasi Unggul, Indonesia Maju. Maka tak heran, ini menadi bentuk komintmen pemerintah dalam menyamaratakan pembangunan bagi warga negaranya. Ayo naik bus Trans Koetaradja!
---
Bagi yang ingin mengetahui, apa saja kinerja Kementerian Perhubungan Republik Indonesia selama lima tahun terakhir ini, tak salah mengikuti informasinya pada:

Website                : .www.dephub.go.id
Media Sosial        
Facebook             : @kemenhub151
Twitter                 : @kemenhub151
Instagram             : @kemenhub151
YouTube              : @kemenhub151


*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Kemenhub 2019

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."