Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 November 2024

Panorama Menggamat yang Memikat

Rabu, November 13, 2024



Barangkali kita pernah bertanya, apakah masih ada daerah di Aceh yang belum bisa diakses dan ditempuh melalui jalur darat? Maka jawabannya ada. Salah satunya adalah Gampong Alue Keujruen, terletak di Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan. Jika menempuh rute titik perjalanan dari pusat ibukota provinsi, menuju ke Alue Keujruen dapat ditempuh melalui jalur pantai Barat-Selatan Aceh melewati pegunungan dan perbukitan.


Jalanan yang berkelok ini amatlah terasa saat di kawasan Kabupaten Aceh Jaya, tiga gunung akan kita lewati, mulai dari gunung Kulu, gunung Geurutee, dan gunung Paro. Meskipun demikian, pesona pemandangan di sebelah kirinya menyuguhkan panorama alam membentang luas dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.


Kami berangkat dari Banda Aceh sekitar pukul 10.00 WIB dan tiba di Tapaktuan, ibukotanya Aceh Selatan sore harinya. Perjalanan ini juga melewati gunung Trans terletak di Nagan Raya yang di pinggir jalannya dipenuhi perkebunan sawit. Keesokan paginya, barulah kami menuju ke Kecamatan Kluet Selatan yang jaraknya sekitar 27,3 km dari kota Tapaktuan. Jika Tapaktuan merupakan wilayah pesisir pantai, Kluet Tengah terletak di kawasan hutan yang masih alami.

Di ruang kerjanya, Camat Kluet Tengah, Mukhlis Anwar menerima kedatangan kami dengan penuh hangat dan tangan terbuka. Darinya kami memperoleh informasi bahwa Gampong Alue Tengah didiami masyarakat yang sehari-harinya menggunakan boat mesin untuk menuju kota kecamatan. Keperluan mereka beragam, mulai dari membeli sembako atau membawa hasil alam untuk dijual kembali. Ada juga yang menjenguk anaknya yang menempuh pendidikan jenjang SMA di pusat kecamatan. Mukhlis menyebut, di Gampong Alue Keujruen, hanya ada jenjang SD dan SMP, sementara SMA terletak di Kluet Tengah.

Sebelum menuju dermaga rakyat, pemandangan areal persawahan menghampiri kami baik dari sisi kanan maupun kiri. Hijaunya dedaunan dan aroma padi yang akan berbuah, menambah kesyahduan suasana alam Kluet Tengah. Bila ingin menuju Gampong Alue Keujruen yang dihuni sekitar 68 kepala keluarga ini, kita akan menempuh jarak sekitar 22 kilometer dari dermaga rakyat Menggamat dan akan menghabiskan waktu selama 2 jam perjalanan menggunakan sampan mesin.


Pemandangan alam yang luar biasa akan kita dapati saat menjajal sungai yang diapit oleh pegunungan di kaki gunung Leuser yang menghadirkan beragam keunikan dan destinasi ekowisata. Baik camping, tracking, memancing, hiking, arung jeram kuliner ikan kerling, lokasi penelitian, pengabdian masyararkat, serta sangat cocok jadi kawasan konservasi edukasi. Potensi ini sangat cocok jika ditangani dengan serius oleh berbagai pihak.

Selama ini, angkutan sungai ini kebanyakan hanya digunakan untuk angkutan umum masyarakat. Oleh karenanya, dengan beragam potensi alam dapat dijadikan pemasukan bagi masyarakat sekitar dengan dijadikannya aliran sunggai ini sebagai destinasi unggulan tidak hanya bagi masyarakat Aceh Selatan, namun bagi Aceh utamanya. Sebab, angkutan sungai selama ini dari hasil liputan Aceh TRANSit sudah sangat layak melayari aliran sungai. Bahkan pengemudi angkutan sungai ini sudah berpengalaman, mereka menggantungkan hidupnya pada aktivitas sungai ini.(*)

Tulisan ini sudah tayang di dishub.acehprov.go.id dan terbit di Tabloid Aceh TRANSit Edisi XIII Mei 2023

Sabtu, 16 April 2022

Banyak Pesona di Pulau Banyak

Sabtu, April 16, 2022


Biasanya, wisatawan menuju Pulau Banyak melalui Pelabuhan Penyeberangan Singkil. Namun, malam Selasa itu justru sebaliknya. Bersama dua orang teman kami menaiki KMP. Aceh Hebat 3 menuju Pulau Banyak. Perkiraannya menjelang pertengahan malam, kapal ini melaju dari Pelabuhan Sinabang membawa penuh muatan barang dan penumpang. Kebanyakan dari mereka menuju Singkil. Misalnya Bang Ajo, pengusaha warung nasi Padang ini bahkan bersama rombongan keluarganya menaiki kapal hendak menyeberang ke Singkil lalu via jalur darat menuju ke Sumatera Barat, kampung halamannya.


Saat KMP. Aceh Hebat 3 bersandar di Pelabuhan Pulau Banyak, beberapa pedagang kecil menjual nasi, kue, hingga air mineral. Yang turun dari kapal ini tak banyak, kami bertiga dan beberapa penumpang lainnya. Seorang Anak Buah  Kapal (ABK) malah menancapkan kail pancingan ikannya di sekitar pelabuhan. Ia mengisi waktu senggang sambil ada bongkar muat satu kendaraan memasuki badan kapal. Tak lama berselang, tepatnya pukul 08.00 WIB kapal bertolak ke Singkil.


Penginapan yang dekat pelabuhan ini jadi pilihan kami untuk menginap semalam saja. Ia amat ramah menyambut kami. Dari logatnya, saya perkirakan dia bersuku Aneuk Jamee dari Aceh Selatan. Dan benar saja, ketika kami temui anaknya bernama Bang Wandi bahwa ia mengaku punya kerabat di sana. Namun, keluarga bapaknya sudah lama menetap di Pulau Banyak. Jika Ayahnya Bang Wandi memiliki usaha penginapan, maka Bang Wandi memiliki usaha mengantar wisatawan yang menuju Pulau Panjang, Pulau Sarok hingga pulau sekitar. Jika mengacu secara literatur bahasa, gugusan Pulau Banyak ini dinamai Kepulauan Banyak. Terdiri dari dua kecamatan yaitu Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat yang lebih luas daratannya. Pusat Kecamatan Pulau Banyak ini berada di Pulau Balai.



Bang Wandi sudah siap dengan boat kecilnya, ia mempersilakan kami menaikinya. Seperangkat alat perekam video dan foto punya teman juga sudah berada di dalam boat. Dari Pulau Balai menuju Pulau Panjang sekitar 15-20 menit. Kita akan dapat menyentuh air lautnya yang amat jernih, rasa-rasanya ingin segera mandi sebegitu menggodanya air tersebut.


Boat ini akhirnya tertancap dengan baik. Hari itu agak mendung, namun hawa panasnya tetap terasa. Nyiuran daun kelapa menambah keharuman pantai makin terasa. Pulau Panjang ini benar seperti namanya. Pulau yang kebanyakan ditanami pohon kelapa ini di tiap pinggir pantainya memutih. Ada beberapa penginapan tersedia di sini dari milik pribadi hingga milik badan usaha masyarakat desa.


Drone terbang saat saya dan teman mendayung kano. Alih-alih terlalu jauh khawatir terbawa arus, kami mendayung dalam posisi nyaman saja. Namun, rasa yang terlalu khawatir ini dikalahkan dengan anak-anak yang mendayung jauh dari pinggir pantai. Ikhwal karena bocah ini adalah penduduk setempat, jadi setiap harinya sudah berhadapan dengan gelombang laut.


Usai puas-puasin diri bermain di pantai, waktu lapar dan haus pun tiba. Serupan air kelapa muda murni mampu menghilangkan kelalahan tadi. Walaupun tak lama berselang, kami tetap menikmati deburan ombak dan nyiuran daun kelapa pinggir pantai. Wisawatan yang mengunjungi pulau ini beragam. Dari provinsi tetangga juga amat banyak, bahkan yang baru tiba ke sini dari Bogor. Mereka sekeluarga telah memesan tempat penginapan untuk semalam.


Menjelang sore, kaki ini pun rasanya tak kuasa untuk beranjak. Matahari yang terbenam dan langsung menyentuk permukaan laut menyapa kami. Jingga kemerah-merahkan matahari terbenam ini seumur-umur belum pernah saya lihat. Lama saya menatapnya, bahkan lupa mengabadikan dengan ponsel pintar, sesuatu yang saya kesalkan di hari kemudian. Air laut telah berubah warna dari jingga ke hitam. Dan boat Bang Wandi menepi kembali di dermaga rakyat ini.

Sekumpulan ikan cakalang menghampiri KMP. Aceh Hebat 3 yang telah lama bersandar. Saya menatapnya lamat, badannya meliuk-liuk menampilkan kilatan di badannya. Sekejap kemudian, sekitar pukul 11.00 WIB kapal pun melaju kembali menuju Pelabuhan Penyeberangan Singkil selama empat jam lamanya. Pulau Banyak memang banyak pesonanya. Suatu saat, saya berharap bisa kembali ke pulau ini. Sesuatu yang dulunya semasa kecil hanya melihatnya dalam peta di buku kios Waled. Mungkin doa ini yang dikabulkan-Nya karena dulu pernah berharap dapat mengelilingi Aceh.(*)


Senin, 16 November 2020

Cara Mudah ke Pulo Aceh

Senin, November 16, 2020

Pelabuhan Ulee Paya. (Photo by: Irfan Fuadi)


JARAKNYA lebih dekat dengan Banda Aceh ketimbang pusat ibukota Aceh Besar, Jantho. Itulah Pulo Aceh, kecamatan di Aceh Besar yang memiliki 17 gampong ini, adalah sekumpulan pulau besar dan kecil. Pulau terbesarnya adalah adalah Pulau Nasi dan Pulau Breuh yang menjadi pusat kecamatan.

Untuk menuju Pulo Aceh, kita bisa menempuhnya melalui Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh dengan menumpang KMP.Papuyu. Kapal motor ini mulai berlayar ke Pelabuhan Penyeberangan Lamteng yang terletak di Pulau Nasi sejak tahun 2012. Jarak lintasan 12 mil menghabiskan waktu selama 1,5 jam perjalanan. Jadwal berlayarnya setiap hari kecuali Selasa dan Jumat bergerak pada pukul 08.00 WIB dari Ulee Lheue dan pukul 10.00 dari Lamteng.

Sebelumnya, pelayaran ke Pulo Aceh dilayani oleh KMP. Simeuleu yang berlayar perdana pada 30 Oktober 2008. Seperti halnya KMP. Papuyu, KMP. Simeulue juga merapat di Pelabuhan Lamteng Pulau Nasi. Pelabuhan ini dibangun oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias pada tahun 2006 dan 2007.

Seiring kebutuhan dan permintaan masyarakat, mulai 3 Juni 2020, KMP. Papuyu juga telah melayani rute Ulee Lheue menuju Seurapong yang terletak di Pulau Breueh. Jarak tempuhnya lebih jauh, yaitu 16 mil dengan masa tempuh 1,5 jam perjalanan.

Berbeda dengan Pelabuhan Lamteng, status Pelabuhan Seurapong masih pelabuhan perintis berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 552.3/05/2020 Tentang Penetapan Lintas Penyeberangan Perintis Aceh. Jadwal berlayarnya hanya hari Kamis dan Sabtu bergerak pada pukul 07.00 WIB dari Ulee Lheue dan pukul 10.30 dari Seurapong/Ulee Paya. Tempat bersandarnya di ujung talud/breakwater dermaga perikanan Ulee Paya milik BPKS-Sabang.

Maryam, warga Pulo Aceh sekaligus salah satu penumpang KMP. Papuyu yang ditemui Tim Aceh TRANSit di pagi Sabtu (8/8/2020), mengaku gembira dengan kehadiran KMP.Papuyu ke Seurapong/Ulee Paya. Ia mengaku lebih nyaman menggunakan kapal yang dikelola pihak ASDP Ferry Indonesia Cabang Banda Aceh itu. “Biasanya kan pakai boat. Kebetulan pulangnya Sabtu dan ada jadwal kapal. Dari segi harga saya lebih memilih KMP.Papuyu karena lebih murah, juga lebih nyaman,” ujarnya.

Selain Maryam, mayoritas penumpang KMP. Papuyu adalah pedagang yang dalam seminggu dapat beberapa kali bolak-balik Ulee Lheue menuju Pulo Aceh, menggunakan mobil maupun sepeda motor.

KMP. Papuyu mampu menampung 105 penumpang dan memuat 8 unit kendaraan dengan 2 unit kendaraan kecil dan 6 unit bis/truk ukuran sedang. Hanya saja, karena fasilitas pelabuhan yang berada di kawasan terumbu karang, maka pelayaran KMP. Papuyu ke dua pelabuhan ini sangat tergantung cuaca, pasang surut air laut, serta arah angin di kawasan ini.

Terkait pasang surut air laut, ini menjadi masalah utama. Kendangkalan dermaga pelabuhan menjadi penentu mudah tidaknya kapal bersandar. Oleh karena itu, jadwal kapal pun tak ayal bergantung pasangnya air laut.

Hal ini seperti yang disebut Nahkoda KMP. Papuyu, Capt. Syaiful Akmal. Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya Pulo Breueh ini belum layak untuk didatangi kapal penumpang. Karena kelayakan seperti dermaga dan tempat tambat talinya, semuanya belum tersedia.

Jika masuk ke pelabuhan ini sangat riskan, sebab lokasi pelabuhan sekarang sangat tergantung pasang surut air laut. “Kalau air rendah kita gak berani masuk, karena banyak karang di sini,” sebutnya.

Keberadaan terumbu karang di dua pelabuhan ini menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi, keindahan terumbu karang menjadi nilai destinasi wisata. Di sisi lainnya, terumbu karang ini menghalangi jalur masuk kapal penumpang ketika air surut dangkal.

Perihal ini, Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Joni, S.T., M.T., mengungkapkan hal menarik. Terkait dengan perizinan lingkungan dapat dilakukan pengerukan bila secara tata ruang laut dapat merekomendasikan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat dilaksanakan.

KMP. Papuyu saat tiba di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue. (Photo by: Midika Utama Putra)

Nanti dokumen lingkungan yang harus disusun berdasarkan Permen LHK No. P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 Tentang Jenis dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Di antaranya jenis Amdal karena berada pada kawasan lindung dan/atau berbatasan langsung dengan Kawasan Lindung. “Jadi dari aspek rekomendasi atau perizinan lingkungan hidup, kegiatan dapat dilaksanakan sepanjang secara rekomendasi tata ruang terpenuhi,” ungkap Joni.

Sementara itu, informasi yang dihimpun dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh menyebut Pelabuhan Penyeberangan Lamteng termasuk dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Aceh. Zonasi ini tercantum dalam Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2020. Kawasan ini dapat digunakan sebagai kawasan pemanfaatan umum. Salah satunya adalah pemanfaatan zona pelabuhan. Tak terkecuali memuat Pelabuhan Lamteng sebagai pelabuhan pengumpan lokal. (*)

Rabu, 27 Februari 2019

Travelblog.id, Rumah Bagi Traveller, Blogger dan Vlogger

Rabu, Februari 27, 2019
Saat pertama membuka laman travelblog.id, saya langsung terkesima. Betapa tidak, laman website kece ini menawarkan sekumpulan informasi wisata, sekaligus menerima kontribusi dari pembacanya yang diberi ruang khusus. Adalah user.travelblog.id laman khusus yang tersedia bagi siapa saja yang ingin berbagi informasi seputar pengalaman berwisata. Nampaknya, tim travelblog.id yakin betul bahwa ada banyak ruang kosong yang sejatinya diisi oleh traveller. Selain untuk melatih menulis, nyatanya blogger bisa sekalian mempromosikan daerah kunjunganya. lalu, apa saja fitur yang tersedia di laman user.travelblog.id? Mari simak keunggulannya.

Hampir sama dengan laman muka tampilan bagi pengguna blog seperti biasanya. Tapi, yang menarik di sini, laman usernya setelah pemuatan judul, user bisa memanfaatkan ruang ringkasan agar menarik pembaca. Ini semacam sinopsis saat membaca novel. sementara pada deskripsi tulisan, bagi anda yang menyukai menempatkan quote tertentu, anda tinggal memilih menu format lalu blocks lalu blockquote. Ini menjadi senjata pamungkas, sebab quote biasanya akan sangat menarik bagi pembaca. Ini seperti energi tersendiri dari sekian banyak tulisan lainnya.


Laman awal bagi user
Bila artikel telah selesai lalu anda tidak ingin mempublikasikannya dulu, menu artikel draft bisa jadi pilihan. Selain menu artikel pending sangat membantu user ketika ingin menunda publikasi tulisannya. Untuk artikel yang sudah diterbitkan, anda cukup memilih menu artikel dierbitkan. Secara langsung, anda akan mengetahui jumlah artikel anda yang telah diterbitkan.
User dapat memposting tulisannya di laman ini
Tidak hanya untuk blogger, travelblog.id memberi ruang bagi vlogger. Terkadang, berwisata itu rasanya masih kurang bila belum adanya video. Selain dimanjakan dengan mudahnya menerbitkan tulisan, travelblog.id memberi ruang video bagi pengguna. Nah, user dimanjakan lagi dengan submenu seperti video yang sudah bisa terkoneksi langsung dengan akun youtube pribadi anda atau video dari akun youtube ainnya. Anda hanya tinggal menambahkan URL-nya saja. Hampir sama dengan publikasi tulisan, saat membuat video, kita juga diberi ruang ringkasan video, deskripsi video, ditambah dapat memilih kategori video. Bila ingin membuat taggar khusus, Anda juga diberi ruang oleh travelblog.id. Nah, yang paling penting, user juga bisa langsung memasukkan foto-foto seru saat berwisata, sekaligus dengan caption fotonya. Mulai dari kategori, taggar, dan foto, ketiga hal ini juga dapat Anda gunakan saat menulis artikel. Di sini Anda juga dapat menyimpan video di menu video draft, maupun video pending, serta video yang diterbitkan menjadikan kenangan terindah bagi Anda dan pembaca, serta mantan! #eh
Kehadiran laman ini membantu user mengunggah video wisata
Nah, tentu travelblog.id sangat menghargai karya anda baik bagi blogger dan vlogger. Ternyata, travelblog.id memberi reward point bagi tiap tulisan dan video Anda. Artikel atau jurnal perjalanan yang sudah diterbitkan mendapat (+50 poin). Sementara itu artikel video yang sudah diterbitkan akan mendapatkan (+40 poin). Tentu setelah diseleksi terlebih dulu. Bila poin terkumpul banyak, user dapat apa? Tenang, ada sejumlah hadiah menarik menanti user dengan cara menukarkan poin tersebut. Kita tinggal memilih apa yang kita suka, tentu sesuai jumlah poin. Asal rajin-rajinlah menulis travelblog.id.
Tukarkan poin dari tiap postinganmu di sini ya
Anda masih bingung caranya? Tenang, laman Tata Cara Penulisan adalah 'surga' bagi user hehehe. Penjelasan yang terstruktur dan mudah dipahami, membuat user untuk segera menerbitkan tulisan, foto, hingga video. Bila pun user masih bingung, tenang. User tinggal menghubungi pihak travelblog.id di laman Hubungi Kami. Apalagi media sosial baik instagram @travelblogid, facebook @travelblogid, twitternya @travelblogind, dan Youtube TravelBlog Indonesia siap merespon pertanyaan Anda.

Lantas, bagaimana pula fitur yang tersedia pada laman Travelblog.id itu sendiri? Yuk mari simak penjelasan saya berikut ini.

Slide yang muncul pada saat membuka laman webnya, ditambah animasi membuat saya tertarik untuk kenal lebih jauh web kekinian ini. Pada menu laman, kita menjumpai kolom jalan-jalan, kuliner, tips & info, serta seni budaya. Tiap menu itu, saat Anda mengarahkan kursor ke arahnya, langsung ditampilkan sejumlah artikel yang telah diterbitkan. Hanya tinggal mengklik, kita diarahkan ke tulisan yang kita inginkan. Berbeda dengan beberapa website wisata yang masih menampilkan submenu-nya saja. 
Tampilan kece dan kekinian website travelblog.id
Nah, yang membedakan lagi website Travelblog.id dengan website wisata kebayakan, adala bagian menu infographic. Saya selaku desainer grafis, sangat tertarik sekaligus memudahkan siapa saja yang membutukan info singkat tentang paket wisata. Belum lagi, infografis Travelblog.id dibikin kece, pilihan konten, dan font cocok dengan dunia wisata. Apalagi infografis ini salah satunya menampilkan info kalender libur nasional. Inilah yang paling dicari biasanya oleh traveller yang profesinya sebagai pegawai pemerintah  maupun swasta.

Tampilan berikutnya adalah postingan terbaru tulisan berada langsung di bawah slide. Ini memudahkan kita menemukan tulisan terbaru, sekaligus update info. Di sini, ditampilkan empat buah tulisan yang berjejer. Berikutnya, barulah tiap tulisan dipilah berdasarkan jenis kategorinya. Misalnya, jalan-jalan yang merangkum tulisan traveler berkaitan dengan lokasi wisata kekinian maupun yang sudah familiar. Belum lagi, jika kita mengklik tulisan kategor kuliner, sebaiknya siapkan tisu di samping untuk mengelap air liur. Sebab, ada banyak kuliner lezat menggoda mata dan lidahmu. Lalu, bagian tips & info juga mencuri perhatian. Sebagai traveller, sebelum memutuskan untuk berwisata, tak salahnya mencari informasi wisaa terlebih dulu. Lantas, salah satunya adalah tips & info travelblog.id menjadi pilihan cocok.

Tak berhenti pada bagian jalan-jalan, kuliner, tips & info. Travelblog.id sangat menjunjung seni dan budaya. Inilah bentuk nyata dari travelblog.id mempromosikan wisata dalam  negeri agar tetap dilirik wisatawan asing maupun dalam negeri. Tertarik mengetahui seni & budaya apa saja yang dijabarkan Travelblog.id? Klik saja seni & budaya.

Rasanya, tak cukup bila saya tak sebutkan apa saja kelebihan website Travelblog.id ini. Inilah kelebihan menurut versi saya.

1. TravelBlog.id adalah sarana blog travel dan wisata yang menyediakan tempat bagi para traveller dan wisatawan untuk saling berbagi jurnal dan pengalaman secara online dan gratis.
2. Menampung setiap tulisan baik jalan-jalan, kuliner, seni & budaya, serta tips & info wisata.
3. Siapa saja dapat memposting tulisannya dengan mendaftar sebagai user.
4. Diberikan poin dari tiap tulisan. Nantinya bisa ditukar dengan hadiah yang diinginkan.
5. Mudah untuk dibaca dan dipahami siapa saja. 
6. Website yang go internasional, hadir dalam versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
7. Keseluruhan tampilan tata letak website, rapi. Inilah bentuk keseriusan tim dalam mengelola website.

Kurang lengkap nampaknya, bila saya tak menjabarkan manfaat Travelblog.id. Jangan beranjak dari kursi Anda dulu. Simak ulasan dari saya.

1. Website wisata yang membantu pemerintah mempromosikan gratis wisata Indonesia sekaligus menggenjot kunjungan wisawatawan.
2. Mendukung literasi wisata ditandai dengan adanya bonus bagi penulis.
3. Mudah diakses baik via PC maupun smartphone.
4. Terbuka kesempatan bagi masyarakat berbagi info wisata
5. Wadah kenalan sesama traveller, blogger, vlogger, dengan pembaca.


Tulisan ini diikutsertakan dalam #TRAVELBLOGIDREVIEW

Rabu, 09 Januari 2019

Wajah Baru Pantai Pasir Putih Aceh Besar

Rabu, Januari 09, 2019

Beruntung sekali Aceh sudah damai dari konflik sejak tahun 2005 lalu. Masyarakat Aceh dan luar Aceh semakin mudah menjelajahi keindahan alam Aceh. Tentu, imbas damai ini tidak hanya untuk masyarakat di Aceh. Kini, traveler luar dan dalam negeri seolah 'menyerbu' Aceh dalam tiap kunjungannya. Saat pertama mendarat di Aceh, biasanya mereka akan lebih dulu mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh. Wisata religi memang memiliki pemikat utama bagi turis muslim dna bahkan non muslim. 

Aceh memiliki garis pantai yang panjang dan eksotik. Siapapun yang melintasi garis pantai utara hingga barat selatan akan memuji keindahannya. Salah satunya adalah garis pantai di Aceh Besar memiliki keunikan sendiri. Sebut saja tempat wisata laut dan pantai Pasir Putih Lhok Mee.

Berawal dari sebuah postingan teman, saya dan istri sepakat menikmati liburan awal tahun. Dalam perjalanan kami menikmati alam, serta melewati perkampungan nelayan. Jarak satu jam dari Kota Banda Aceh rasanya tak menjadikan lelah selama perjalanan. Saya pertama menginjakkan kaki ke pantai ini, saat silaturahim mahasiswa kampus. Lalu berlanjut, saat bersama teman organisasi kepenulisan.

Sesampai di sana, ternyata benar. Pantai Pasir Putih yang bersebelahan langsung dengan lokasi wisata Bukit Lamreeh itu, sudah berbeda penampilannya. Beberapa tahun sebelumnya, saya belum mendapati tempat santai nan teduh seperti saat ini. Pondok-pondok yang disediakan menambah pantai ini nan eksotis. 

Di pondok ini, kita bisa memakai gratis. Bagi yang ingin memesan makanan dan minuman akan lebih baik. Sekaligus membantu perekonomian warga setempat. Kalau melihat perubahan tempat lesehannya, seolah kita liburan luar negeri. Tapi, ternyata di Aceh. Yeay... makin cinta sama Indonesia. (*sambil kibar bendera merah putih)

Tak jauh dari pondok ini, kami dimanjakan oleh jembatan berbentuk 'love' menghampiri kami. Kayu yang kuat menampung sebanyak 25 orang itu, dibuat menyatu dengan alam pantai. Seperti kita tahu, ciri khas utama Pantai Pasir Putih di sini adalah ditumbuhinya pepohonan di pinggiran pantai. Serasa mustahil rasanya. 


Bersama kekasih, saya melewati jembatan cinta ini sambil merayakan cinta. Kekuatan cinta ini makin tumbuh wkwkwkw 😜

Ternyata, semua perubahan ini adalah bikinan kece Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (Kemenpar RI) melalui Pesona Indonesia yang memang sedang giat-giatnya menggalakkan #pesonaindonesia dan #wonderfullindonesia agar tidak hanya dilirik oleh turis lokal. Namun, juga dilirik oleh turis mancanegara. 


Nah, buat teman-teman, ayo pastikan liburan pada lokasi yang tepat. Pastikan dengan wajah ceria dan suasana hati yang happy agar beban hidup terasa ringan. Ajak orang terkasih agar merayakan kebahagian bersama. []

Catatan:
Tulisan ini adalah kepanjangan dari caption setelah memenangkan Lomba Bercerita Kementerian Pariwisata Republik Indonesia tanggal 9 Januari 2019.

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."