Senin, 19 Maret 2012

Menuju ke Kampus


Pagi masih berkabut tipis. Percikan kicauan burung pipit bersahutan bersama cicitnya anak ayam yang memanggil induknya. Si jantan dengan gagah menarik nafas dalam-dalam membusungkan dada dan berkokok dengan sedikit angkuhnya. Untung dia binatang, bukan kita manusia. Pagi ini jadwal kuliah Saya sampai menjelang pentang tiba. Ba’da ‘Asarlah baru saya melepas rindu dengan sahabat saya. Itupun bila tak ada jam tambahan dari Dosen di kampus. Memang begitu jadwal kuliah Saya bila kuliah hampir mendekati final. Saya kuliah di Universitas Sekitar Kita. Tahun ini Saya memasuki pada semester kedua. Setelah sebelumnya sukses dengan IP yang mengagumkan. Tak rugi Saya dibelikan motor oleh orang tua di kampung.

            Jam menunjukkan angka 07:30, pas ada sisa waktu setengah jam lagi untuk segera bergegas berangkat ke kampus. Motor sudah dipanaskan di luar, tanpa dipanasin pun motonya sudah panas. Di bulan-bulan ini memang kota ini masa-masa yang aduhai panasnya. Tak pagi, siang ataupun sampai malam  tetap saja, mencenggkram panasnya. Entah ini teguran dari Allah kepada Hamba-Nya. Bisa jadi ya. Perjalanan Saya mulai dari komplek tempat kost saya. Gersang dan tandus, hanya hembusan angin bercampur butiran debu yang sudah berlalu. Maklum ini tanah bekasan lahan persawahan penduduk yang dijadikan tempat buang penat manusia. Melewati pintu gerbang, agak jauh sampai ke pinggiran jalan, yang sudah banyak lalu lalang orang. Berlari pagi, bersepeda, para siswa-siswa yang kebut-kebutan takut telat sampai ke sekolah. Jalan ini dapat dikatakan sempit, banyak lalu lalang di jalan ini biasanya pagi atau juga petang. Di sepanjang jalan ini dihiasi dengan pohon asam jawa, yang tumbuh dengan subur tanpa harus berkorupsi air dengan pohon yang lain. Kalau pagi biasanya banyak para pencari buah asam jawa yang jatuh berkeliaraan dan berhimpitan baik di badan jalan maupun di sampingnya. Para nenek-nenek maupun ada sebagian dari anak-anak dan orang tuanya yang ikut memungut buah asam jawa tersebut. Mereka tidak lain hanya untuk dikonsumsi bagi diri sendiri. Berbeda dengan para yang muda mereka malah memanjat dengan riangnya sampai ke pucuk untuk memetik dengan sebanyak mungkin buah  yang didapat guna untuk di jual di pasar. Ya mereka biasanya beroperasi tidak di pagi hari, melainkan di siang hari atau hampir menjelang petang di tengah hiruk pikuk lalu lalang orang-orang yang entah tiap sorenya mau kemana. Terakhir, saya ketahui bahwa pohon asam jawa ini ditanam pada masa Belanda dulu. Jadi, dapat kita bayangkan sudah berapa lama mereka menggagahi bumi Kuta Raja ini.

        Satu hal yang membuat saya kagum di pagi nan panas tersebut adalah saya melihat seorang perempuan yang dapat kita katakan hampir sebaya dengan umur saya, mungkin dia juga baru semester dua, mungkin saja ya. Yang baiknya, dia pergi ke kampus dengan mendayung sepeda. Rupanya memang cantik, anggun dengan terusan baju yang dipakainya. Selaras denga hari itu. Dia melewati kendaraan saya, yang dari tadi sudah berada di perempatan jalan. Namun masih berjalan pelan, walau jatah masuk kampus hampir mendekat, saya sengaja untuk berjalan pelan. Biar dapat lebih akrab mengenal wajahnya. Ketika dia menerobos di samping saya, dia malah memandang saya dan senyum sumringah kepada saya. Lantas saja saya balas dengan senyuman pula. Karena senyum adalah sedekah. Tampaknya dia terburu-buru untuk ke kampus. Namun masih dapat saya lihat raut wajahnya yang penuh semangat, meski hanya bersepeda. Saya pun hampir iri. Banyangan tubuhnya sepintas telah jauh dihadapan saya, sepertinya dia mendayung dengan kencangnya. Saya pun tak sadar terlalu berlamunan dengan hal demikian. Hmm… sebuah kesan saya padanya di kala pagi di jalan yang penuh dengan pohon asam jawa ini, yang jelah cahaya di persimpangan penghujung jalan ini cahayanya begitu indah di kala pagi hari. Ku tancapkan gas, dan langsung ke kampus tempat yang paling menyenangkan sekaligus membosankan.


Banda Aceh, 8 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."