Jumat, 15 Februari 2019

Rumah Kaca Menghalau Cuaca


“Ikon Fakultas Pertanian itu rumah kaca. Di sini kita hasilkan model tanaman yang terkontrol untuk kemudian diterapkan di lapangan.”

Penjelasan itu disampaikan Kepala Laboratorium Fakultas Pertanian Unsyiah, Ir. Cut Nur Ichsan, M.P., saat ditemui Warta Unsyiah di ruang kerjanya. Selama ini, rumah kaca dimanfaatkan untuk melihat tingkat ketahanan tanaman saat fase kekeringan. Jika tanpa rumah kaca, maka penelitian tanaman dapat terganggu, terlebih lagi di musim hujan.

Saat ini, Fakultas Pertanian memiliki dua rumah kaca yang berbeda fungsi. Rumah Kaca I yang diresmikan Rektor Unsyiah pada tahun 2015 lalu, berfungsi untuk menguji tanaman. Semua tanaman yang diuji diformulasikan di dalam rumah kaca, terutama untuk melihat asupan air tanamannya. Sedangkan Rumah Kaca II yang diresmikan tahun 2017, dimanfaatkan untuk mencegah efek global warming.

Cut Nur Ichsan mengatakan rumah kaca digunakan untuk mengatur suhu, sehingga memudahkan kegiatan penelitian. Saat ini, pengguna rumah kaca terbilang tinggi. Bukan hanya digunakan peneliti Fakultas Pertanian, tetapi juga dipakai oleh mahasiswa antar fakultas, lintas universitas, bahkan pemerintah daerah.

“Kita sangat terbuka bagi siapa pun, sebab universitas harus berkontribusi bagi masyarakat luas,” ujarnya.


Secara struktur bangunan, rumah kaca memiliki ketinggian 4,5 meter. Ketinggian ini dimaksudkan untuk menampung banyak udara. Semakin tinggi ruangan, udara semakin banyak dan suhu semakin baik. Tidak hanya ketinggian bangunan yang menjadi fokus utama, fungsi jaring di bagian atas rumah kaca juga berguna untuk mengatur suhu dan menghambat hama burung yang dapat merusak tanaman. Rumah kaca juga dilengkapi dengan kolam air untuk menyiram tanaman. Hal ini untuk memudahkan para peneliti saat bekerja.

“Kita juga tempatkan kipas angin agar sirkulasi udara di dalam dan di luar sama.”

Banyak jenis tanaman yang diteliti di rumah kaca. Bukan hanya tanaman pokok saja, tetapi juga tanaman lainnya. Seperti pohon tin yang ditanam beberapa bulan lalu. Pohon ini digunakan para mahasiswa untuk meneliti kultur jaringan. Selain itu, juga ada penelitian bidang mikoriza untuk membantu kelembapan tanah. Jika penelitian ini berhasil di rumah kaca, nantinya dapat diterapkan di kebun.

“Prinsip rumah kaca ini untuk mengontrol keadaan lingkungan. Supaya sesuai dengan treatment kita, misalnya kekeringan, temperatur, kelembapan, hingga radiasi matahari.”

Cut Nur Ichsan menambahkan, rumah kaca menghasilkan formulasi bagi pratikum di lapangan. Contohnya pembibitan sigupai−padi lokal Aceh−yang diteliti untuk memperpendek masa panen. Selain itu juga ada super green rice varietas Unsyiah yang menggunakan sedikit pupuk buatan. Direncanakan hak paten padi ini akan didaftarkan.

Ada juga pengembangan super fruit sebagai sumber anti oksidan untuk membantu masyarakat mendapatkan bibit tanaman yang dapat dikembangkan di pekarangan rumah. Tanaman ini dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti penggunaan gadget, laptop, hingga polusi udara. Hadirnya super fruit ini diharapkan membentuk pola hidup yang lebih baik, sehingga dapat menyehatkan tubuh dan lingkungan.


Selama ini, pratikum yang dilakukan di laboratorium rumah kaca maupun di kebun percobaan mencakup 30 mata kuliah dari berbagai prodi di Fakultas Pertanian. Setiap tahunnya, tercatat 100 mahasiswa melakukan penelitian baik dari Fakultas Pertanian maupun fakultas lainnya. Sementara untuk penelitian dosen, tercatat 20 penelitian setiap tahunnya. Rumah kaca juga melayani visitasi akreditasi untuk semua program studi di Fakultas Pertanian Unsyiah, baik jenjang sarjana, magister, maupun doktor.

Saat disinggung harapannya kepada mahasiswa dan sarjana Fakultas Pertanian, Cut Nur Ichsan berharap mereka tidak malu menjadi petani berbasis ilmu pengetahuan. Kemampuan yang mereka dapatkan selama di bangku perkuliahan, dapat digunakan untuk berinovasi menghasilkan produk baru pertanian.

“Mereka harus dapat menformulasikan ilmunya agar menjadi nilai tambah bagi dirinya dan petani,” harapnya. ()

Tidak ada komentar:

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."