Jujur awalnya
saya ragu untuk ikut program vaksinasi massal. Selama ini banyak berseliweran
informasi simpang siur terkait jenis vaksin. Tak ayal beragam video tersebar
yang menyebut bahwa vaksin itu berbahaya. Tak bisa dipastikan apakah dengan
vaksin membuat imun tubuh kita makin baik. Atau justru malah mengacaukan kekebalan
tubuh alami ini. Belum lagi, kekhawatiran saya bertambah saat membaca berita
seorang guru yang lumpuh setelah divaksin. Nyali saya pun makin tambah kecut
dan ciut.
Persoalan ini
makin menjadi-jadi, saat kantor di tempat saya bekerja mewajibkan bagi pegawainya
untuk vaksin. Pimpinan saya memberi keyakinan bahwa dengan vaksin menjadikan
tubuh kita lebih familiar dengan virus Covid-19. Duh, saya langsung kepikiran
bagaimana ya nantinya jika virus itu malah bikin kacau dalam tubuh? Lantas saat
sampai di rumah, saya menceritakan ke isteri perihal kantor mewajibkan
pegawainya untuk vaksin.
Alhasil, isteri
saya memberi keyakinan bahwa dengan vaksin sangat berguna bagi tubuh. Isteri
juga menceritakan bahwa suntikan vaksin virus Covid-19 tidaklah berbahaya,
sebab ia adalah virus yang telah dilemahkan. Katanya lagi, vaksin sangat
penting bagi setiap individu karena untuk membangun imunitas atau herd
imunity. Oleh sebabnya, pada tanggal 8 Juni 2021 saya sudah divaksin tahap
pertama oleh tim dokter Rumah Sakit Kesehatan Daerah Militer Iskandar Muda (RS
KESDAM IM) Banda Aceh. Prosesnya tergolong cepat, setelah sebelumnya saya
mendaftar dulu. Dokter dengan sigap memeriksa tekanan darah saya. Dan layak
untuk segera memperoleh vaksin. Tak lama berselang, SMS dari tim Peduli
Lindungi masuk ke nomor kontak saya sehingga saya berhak mendapatkan sertifikat
vaksin pertama.
Selang sebulan
lamanya, di tempat yang sama saya dengan senang mengikuti program vaksinasi
tahap kedua. Pemerintah Aceh di laman regvaksin.acehprov.go.id memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk mendaftar vaksin tahap pertama maupun kedua.
Dari pada antri lama-lama, lebih baik memanfaatkan pendaftaran daring apalagi
di masa pandemi seperti ini. Tepatnya 7 Juli 2021 saya telah divaksin lengkap
dan memperoleh sertifikat vaksin. Selang beberapa hari kemudian, saya pun
mengajak anggota keluarga lainnya untuk vaksin. Syukur, mereka menyambut
positif ajakan ini.
Awal bulan Juni
lalu, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dilaporkan terpapar Covid-19. Ia sudah
memperoleh vaksin lengkap. Jadinya memicu polemik masyarakat sebab Gubernur
Aceh yang telah memperoleh vaksin lengkap, namun tetap terpapar virus Covid-19.
Jadinya, masyarakat Aceh yang notabene memperoleh informasi dari media sosial
dan menyakini kebenaran bahwa vaksin itu tidak penting. Toh, nyatanya yang
sudah vaksin lengkap saja masih terpapar virus Covid-19. Padahal, imun setiap
manusia itu berbeda-beda. Bisa jadi, di kondisi tertentu imun tubuh sedang
tidak stabil dan melemah, akibatnya virus dapat menyerang dengan mudahnya.
Belum lagi
sebaran informasi yang menyebut setelah vaksin kita akan merasakan demam,
diare, pegal-pegal dan lainnya. Nah, ini adalah kondisi yang dikenal dengan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Sangat wajar tubuh kalau habis vaksin
terus adanya KIPI. Sebab, tubuh kita dimasukan sesuatu untuk membentuk
pertahanan. Badan ini sedang melawan virus yang dilemahkan tadi maka timbullah
KIPI. Kekhawatiran lain juga sering muncul. Misalnya karena sudah vaksin
pertama, tapi demam menyertai, jadinya takut untuk vaksin tahap kedua. Nyatanya
tubuh ini sebenarnya sudah lebih familiar dengan virus, sebab sudah ada
pendahulunya di dosis pertama.
Informasi yang
kadung dipercaya oleh masyarakat awam seperti inilah yang sulit diberi
penjelasan bahwa vaksin nyata diperlukan dan tidak berbahaya. Mayoritas
masyarakat masih mempercayai Covid-19 adalah konspirasi. Bahkan, hingga hari
ini masih ada yang beranggapan Covid-19 itu tidak ada. Ada lelucon yang
mengatakan begini, meski pun tidak mempercayai Covid-19, tetapi jika ada
Bantuan Sosial Tunai (BST) ia akan terima dengan lapang dada.
Kondisi
masyarakat kita yang seperti ini per 11 Juli 2021 baru 15.011.348 juta orang
yang sudah memperoleh vaksin lengkap. Artinya kurang dari 20 persen masyarakat
Indonesia yang sudah memperoleh vaksin dosis pertama dan kedua.
Sebenarnya,
vaksin ini adalah cara terbaik untuk melindungi orang terdekat. Karena herd
imunity bisa terbentuk apabila 80 persen masyarakat Indonesia sudah
memperoleh vaksin secara lengkap. Harusnya, dengan vaksin yang masih
serba gratis ini, masyarakat berbondong-bondong untuk memvaksin diri. Jangan
sampai malah menunggu berbayar dulu baru mau terlibat untuk mendukung program
pemerintah yang sangat bermanfaat ini. Ayo vaksin guna Indonesia Sehat.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar