Kamis, 14 Maret 2019

Mak Inspirasiku

Kamis, Maret 14, 2019
Saat Mak Menghadiri Wisuda Saya

Sudah setahun Mak tiada. Hari ini, di tahun lalu, 14 Maret 2018, nafas Mak terhenti. Sebulan, setelah Mak datang ke Banda Aceh menghadiri wisuda abang kandung saya, Muhadzdzier. Saya sangat kaget. Betapa tidak, sebulan lalu itu, Februari, saya masih menatap wajahnya. Berbicara, bahkan tidur dalam pangkuannya. Betapa pun usia saya bukan lagi kategori anak, telah dewasa, tapi tidur di pangkuan ibu adalah kehangatan.

Saya teringat, saat di rumah, masa kecil, tidur dalam pangkuan ibu hingga terlelap. Menemaninya menonton televisi, atau saat konflik berkecamuk, rasa takut saya seakan berkurang, jika di samping Mak. Sepeninggal Ayah pada 5 Maret 1999 silam, Mak menjadi tulang punggung kami. Uang pensiunan Waled rasanya tak cukup untuk menghidupi kami semua anaknya. Mak harus mendidik kami. Lima lekaki, tiga perempuan. Bayangkan mendidik delapan anak di suasana sebelum dan sesudah konflik berkecamuk di Aceh, ditambah pasca gempa dan tsunami, bukan hal yang mudah.

Semisal saat kejadian di malam Selasa, kurun waktu di atas tahun 2000-an, pohon kelapa di dekat badan jalan gampong kami ditebang OTK. Suara rongrongan senso menyelinap masuk dalam hati saya. Takut. Itu yang saya rasakan. Saya dan Mak berdiri di depan kios keluarga. Robot warna kuning –bisa diotak-atik menjadi mobil– saya pegang erat. Dan Mak menemani saya. Akibat pohon kelapa yang ditebang itu, mengenai tiang listrik. Seketika listrik seluruh gampong mati. Malam itu begitu mencekam. Saya sangat khawatir bila akan terjadi lagi kontak senjata. Namun, lantaran ada Mak di samping, seolah takut itu menghilang. Saya ada ‘payung’ untuk berteduh dari konfik.

Lain lagi, saat saya dan Mak mengunjungi rumah saudara Mak seibu tapi tidak seayah. Di gampong tetangga itu, kebetulan hari itu ada kenduri keluarga. Jalan setapak di kebun-kebun warga kami lalui. Kawasan perkebunan kelapa itu kami sebut Kuta Baro. Saat dalam perjalanan pulang lagi ke rumah, di pertengahan, hujan menghampiri kami. Mak takut kalau air hujan membasahi kepala saya. Untuk itu, Mak membuat topi dari on keurusong (daun pisang kering berwarna coklat muda). Saya memakainya, rasa senang dibuatkan topi sedemikian rupa. Mak selalu ada cara untuk melindungi saya.

Begitulah Mak melindungi kepala saya. Begitu pula saat Mak memangkas rambut saya dan semua anak-anaknya. Gunting khusus dipersiapkan, pisau cukur juga demikian. Di bangku warna coklat itu, Mak pelan-pelang memangkas rambut saya. Helaian rambut yang jatuh membuat saya geli minta ampun. Entah dari mana, Mak bisa memangkas rambut. Hingga kemudian saya tahu, Mak memotong rambut bukan hanya karena menghemat biaya rumah tangga, tetapi upaya mendekatkan saya dengan beliau. Selama kecil hingga SMA, Mak akan sigap memotong rambut saya. Di pangkas dengan rapi dan penuh kesabaran. Meski menginjak remaja, saya tidak pernah malu jika rambut dipangkas oleh Mak. Jika sudah selesai memangkas, Mak akan berujar begini.

“Kiban nyak, pu jeut lagee nyoe?” (Gimana nak, apa sudah bisa begini?”)

Mak sangat bahagia saat mengetahui saya mendapat juara kelas dan juara umum sekolah. Atau juara lari bendera saat TK, atau pula saat juara tiga menggambar tingkat kabupaten. Lalu Mak akan menceritakan kepada kerabat dan kawan-kawanya tentang saya. Karena demikian, saya pun jadinya terkenal. Mak saya memang setamat sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 Tahun –setingkat SMP masa sekarang– tidak melanjutkan sekolahnya. Tetapi, kepintarannya sungguh luar biasa. Pengetahuannya luas, karenanya, sebelum diantar ke tempat pengajian, Mak yang mengajari kami belajar alif ba ta sa. Atau, selalu peduli Pendidikan anak-anaknya. Alhamdulillah, semua anaknya yang delapan punya ilmu agama dan selesai sarjana.

Pernah suatu ketika, saya agak kesal saat Mak tidak membolehkan saya bersepeda usai Subuh di bulan Ramadan. Dari waktu Subuh hingga matahari menampakkan cahayanya, kami tidak boleh keluar rumah. Abang-abang dan saya diajari Mak mengaji Alquran. Padahal, bersepeda di waktu itu adalah kebahagian bagi saya. Maka, Mak mengajari kami dengan didikan karakternya. Sebab itu, sebenarnya Mak tidak mau anak-anaknya buta Alquran. Maka Mak pun pernah berujar.

“Beu na tingat keu Waled dan Mak. Beuna gata kirem doa-doa dan ayat pendek niet hadiah pahala keu kamoe beuh nyak.” (Ingat Waled dan Mak ya. Kirimlah doa-doa dan ayat pendek, niatkan pahalanya untuk kami ya nak)

Hari-hari saya lalui bersama Mak. Tak terkecuali bila Mak menggarap sawah. Hari libur atau pun sepulang sekolah, jika musim turun ke sawah tiba, sudah pasti saya Bersama Mak. Usai Subuh, nasi pagi dengan lauk sudah tersedia. Minuman dan kue ke sawah juga telah ada. Kami berangkat, bersama Mak menggarap sawah. Dari mulai tanah dipersiapkan, disiapkan bakal benih padi, ditanami, merawatnya, hingga masa panen sudah tiba. Mak mengisi hari-harinya demikian. Bila waktu kosong, terkadang Mak ikut menjadi buruh tani menanami padi orang. Tentu selain mencari tambahan biaya, agar Mak juga punya kawan.

Saya teringat betul, bila masuk masa usia padi siap ditanam. Sehari sebelumnya, Mak mempersiapkan segala penganan. Seperti timphan. Maka, malamnya kami isi membuat timphan bersama. Parutan kelapa yang telah dimasak dengan gula menjadi isi timphan. Maka, saat capai esoknya, rasa manis dan legitnya timphan ditambah segelas air putih, seolah sirna sudah lelah ini. Sebab, dalam seharian itu, kebetulan Mak menyewa buruh tani seharian terus. Jadinya, sekalian lelahnya. Maka, malamnya Mak akan menyuruh abang tertua untuk membeli mie. Itulah cara asik Mak membersamai kami. Oleh sebab itu, Mak akan selalu menasehati kami tentang padi, beras, dan nasi. Menjaganya agar berkah hidup.

“Beu abeih nyak pajoh bu, bek neu boh-boh bu. Hek that tajak u blang.” (Dimakan habis ya nak nasinya, jangan dibuang-buang. Lelah sekali kita bersawah)

Petuah inilah yang membuat saya akan menyantap habis nasi. Hingga kini dan seterusnya. Petuah ini akan saya ajari pula saat saya berkeluarga hingga suatu saat memiliki anak.

Bila panen padi telah usai. Agar sawah tak sia-sia. Mak mengajak kami menanami kacang hijau, kacang kuning, hingga jagung. Pernah suatu ketika, baru beberapa baris bulatan tanah kami isi tiga-empat biji kacang hijau, suara tembakan senjata berduyun-duyun datang. Mak dan saya langsung tiarap. Tanpa alas apapun! Dentuman senjata beruntun itu, membuat saya sungguh takut. Mak juga demikian. Barulah seolah hilang, saat suara tembakan juga hilang. Tetapi, kenangan akan selalu hadir. Ditambah, rombongan pembawa senjata melewati dekat sawah kami, sungguh kekhawatiran bertambah-tambah. Bisa saja, konflik mendekati kami dan nyawa melayang! Tapi, mak meneduhkan saya. Beliau tak panik, tentu doanya selalu hadir bagi saya.

Petir yang kadang datang tidak menentu. Kadang membuat siapa pun kecut. Di sawah, di tempat terbuka itu, petir akan mudah menyambar siapa saja. Langit yang gelap di hari itu, membuat Mak dan kami memutuskan untuk pulang. Khawatir akan terjadi apa-apa. Setiba di rumah, barulah hati Mak dan saya menjadi tenang.

Mak adalah rumah bagi saya, selain rumah dalam kenyataannya. Kampung kami pernah dihinggapi banjir tahun 2002 silam. Rumah dapur dihinggapi air di atas mata kaki. Rumah Mak yang hanya 200-an meter dari sungai, membuat saya khawatir. Bagaiman bila sewaktu-waktu airnya meluap? Tetapi, berada di samping Mak dan meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Air akan segera surut.

Sepulang, dari sekolah, biasanya saya akan membantu Mak memasak. Memotong sayur hingga membantu mengambil kayu-kayu tua dan sabut kelapa sebagai kayu bakar. Begitulah yang membuat Mak senantiasa dekat dengan saya. Apalagi saat tiba bulan Maulid atau bulan Ramadan. Kebahagian itu bertambah, saat menyantap masakan Mak. Kini, semuanya menjadi kenangan.

Mak adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Memiliki nama lengkap Nazariah Binti Abdullah. Di malam Kamis, setahun lalu itu, jam 23.30 WIB Mak meninggal. Pada harinya, Mak dikebumikan berdekatan dengan makam Waled. Di pemakaman keluarga itu, kumandang azan abang tertua, membuat suasana semakin haru. Saya tidak tahu bagaimana sudah perasaan berkecamuk. Antara percaya atau tidak. Tetapi, saya harus ikhlas. Mak menghadap pencipta-Nya. Begitulah Mak bercerita semasa hidupnya. 

Kini tidak ada lagi tempat saya rebahan di pangkuannya. Mencicipi asam u, asam udeung, bu minyeuk, atau masakan terenaknya menghinggapi mulut ini. Atau mendengarnya membalas salam saya saat tiba sepulang dari Banda Aceh. Tidak ada lagi tempat saya menghabiskan malam-malam bercerita dengan Mak. Begitu pula, tak ada lagi tempat saya berbagi kabar bila meraih juara. Suaranya yang khas itu dan senyum mak menyambut saya, tak ada lagi. Hanya doa dari saya dan berharap selalu dapat menjumpainya dalam mimpi. Karena, hanya itu hal yang saya punyai. Setiap kali Mak hadir dalam mimpi, Mak selalu senyum. Dalam sekejap itu, sungguh berarti. Meski Mak telah tiada, Mak selalu menginspirasiku. []

Rabu, 27 Februari 2019

Travelblog.id, Rumah Bagi Traveller, Blogger dan Vlogger

Rabu, Februari 27, 2019
Saat pertama membuka laman travelblog.id, saya langsung terkesima. Betapa tidak, laman website kece ini menawarkan sekumpulan informasi wisata, sekaligus menerima kontribusi dari pembacanya yang diberi ruang khusus. Adalah user.travelblog.id laman khusus yang tersedia bagi siapa saja yang ingin berbagi informasi seputar pengalaman berwisata. Nampaknya, tim travelblog.id yakin betul bahwa ada banyak ruang kosong yang sejatinya diisi oleh traveller. Selain untuk melatih menulis, nyatanya blogger bisa sekalian mempromosikan daerah kunjunganya. lalu, apa saja fitur yang tersedia di laman user.travelblog.id? Mari simak keunggulannya.

Hampir sama dengan laman muka tampilan bagi pengguna blog seperti biasanya. Tapi, yang menarik di sini, laman usernya setelah pemuatan judul, user bisa memanfaatkan ruang ringkasan agar menarik pembaca. Ini semacam sinopsis saat membaca novel. sementara pada deskripsi tulisan, bagi anda yang menyukai menempatkan quote tertentu, anda tinggal memilih menu format lalu blocks lalu blockquote. Ini menjadi senjata pamungkas, sebab quote biasanya akan sangat menarik bagi pembaca. Ini seperti energi tersendiri dari sekian banyak tulisan lainnya.


Laman awal bagi user
Bila artikel telah selesai lalu anda tidak ingin mempublikasikannya dulu, menu artikel draft bisa jadi pilihan. Selain menu artikel pending sangat membantu user ketika ingin menunda publikasi tulisannya. Untuk artikel yang sudah diterbitkan, anda cukup memilih menu artikel dierbitkan. Secara langsung, anda akan mengetahui jumlah artikel anda yang telah diterbitkan.
User dapat memposting tulisannya di laman ini
Tidak hanya untuk blogger, travelblog.id memberi ruang bagi vlogger. Terkadang, berwisata itu rasanya masih kurang bila belum adanya video. Selain dimanjakan dengan mudahnya menerbitkan tulisan, travelblog.id memberi ruang video bagi pengguna. Nah, user dimanjakan lagi dengan submenu seperti video yang sudah bisa terkoneksi langsung dengan akun youtube pribadi anda atau video dari akun youtube ainnya. Anda hanya tinggal menambahkan URL-nya saja. Hampir sama dengan publikasi tulisan, saat membuat video, kita juga diberi ruang ringkasan video, deskripsi video, ditambah dapat memilih kategori video. Bila ingin membuat taggar khusus, Anda juga diberi ruang oleh travelblog.id. Nah, yang paling penting, user juga bisa langsung memasukkan foto-foto seru saat berwisata, sekaligus dengan caption fotonya. Mulai dari kategori, taggar, dan foto, ketiga hal ini juga dapat Anda gunakan saat menulis artikel. Di sini Anda juga dapat menyimpan video di menu video draft, maupun video pending, serta video yang diterbitkan menjadikan kenangan terindah bagi Anda dan pembaca, serta mantan! #eh
Kehadiran laman ini membantu user mengunggah video wisata
Nah, tentu travelblog.id sangat menghargai karya anda baik bagi blogger dan vlogger. Ternyata, travelblog.id memberi reward point bagi tiap tulisan dan video Anda. Artikel atau jurnal perjalanan yang sudah diterbitkan mendapat (+50 poin). Sementara itu artikel video yang sudah diterbitkan akan mendapatkan (+40 poin). Tentu setelah diseleksi terlebih dulu. Bila poin terkumpul banyak, user dapat apa? Tenang, ada sejumlah hadiah menarik menanti user dengan cara menukarkan poin tersebut. Kita tinggal memilih apa yang kita suka, tentu sesuai jumlah poin. Asal rajin-rajinlah menulis travelblog.id.
Tukarkan poin dari tiap postinganmu di sini ya
Anda masih bingung caranya? Tenang, laman Tata Cara Penulisan adalah 'surga' bagi user hehehe. Penjelasan yang terstruktur dan mudah dipahami, membuat user untuk segera menerbitkan tulisan, foto, hingga video. Bila pun user masih bingung, tenang. User tinggal menghubungi pihak travelblog.id di laman Hubungi Kami. Apalagi media sosial baik instagram @travelblogid, facebook @travelblogid, twitternya @travelblogind, dan Youtube TravelBlog Indonesia siap merespon pertanyaan Anda.

Lantas, bagaimana pula fitur yang tersedia pada laman Travelblog.id itu sendiri? Yuk mari simak penjelasan saya berikut ini.

Slide yang muncul pada saat membuka laman webnya, ditambah animasi membuat saya tertarik untuk kenal lebih jauh web kekinian ini. Pada menu laman, kita menjumpai kolom jalan-jalan, kuliner, tips & info, serta seni budaya. Tiap menu itu, saat Anda mengarahkan kursor ke arahnya, langsung ditampilkan sejumlah artikel yang telah diterbitkan. Hanya tinggal mengklik, kita diarahkan ke tulisan yang kita inginkan. Berbeda dengan beberapa website wisata yang masih menampilkan submenu-nya saja. 
Tampilan kece dan kekinian website travelblog.id
Nah, yang membedakan lagi website Travelblog.id dengan website wisata kebayakan, adala bagian menu infographic. Saya selaku desainer grafis, sangat tertarik sekaligus memudahkan siapa saja yang membutukan info singkat tentang paket wisata. Belum lagi, infografis Travelblog.id dibikin kece, pilihan konten, dan font cocok dengan dunia wisata. Apalagi infografis ini salah satunya menampilkan info kalender libur nasional. Inilah yang paling dicari biasanya oleh traveller yang profesinya sebagai pegawai pemerintah  maupun swasta.

Tampilan berikutnya adalah postingan terbaru tulisan berada langsung di bawah slide. Ini memudahkan kita menemukan tulisan terbaru, sekaligus update info. Di sini, ditampilkan empat buah tulisan yang berjejer. Berikutnya, barulah tiap tulisan dipilah berdasarkan jenis kategorinya. Misalnya, jalan-jalan yang merangkum tulisan traveler berkaitan dengan lokasi wisata kekinian maupun yang sudah familiar. Belum lagi, jika kita mengklik tulisan kategor kuliner, sebaiknya siapkan tisu di samping untuk mengelap air liur. Sebab, ada banyak kuliner lezat menggoda mata dan lidahmu. Lalu, bagian tips & info juga mencuri perhatian. Sebagai traveller, sebelum memutuskan untuk berwisata, tak salahnya mencari informasi wisaa terlebih dulu. Lantas, salah satunya adalah tips & info travelblog.id menjadi pilihan cocok.

Tak berhenti pada bagian jalan-jalan, kuliner, tips & info. Travelblog.id sangat menjunjung seni dan budaya. Inilah bentuk nyata dari travelblog.id mempromosikan wisata dalam  negeri agar tetap dilirik wisatawan asing maupun dalam negeri. Tertarik mengetahui seni & budaya apa saja yang dijabarkan Travelblog.id? Klik saja seni & budaya.

Rasanya, tak cukup bila saya tak sebutkan apa saja kelebihan website Travelblog.id ini. Inilah kelebihan menurut versi saya.

1. TravelBlog.id adalah sarana blog travel dan wisata yang menyediakan tempat bagi para traveller dan wisatawan untuk saling berbagi jurnal dan pengalaman secara online dan gratis.
2. Menampung setiap tulisan baik jalan-jalan, kuliner, seni & budaya, serta tips & info wisata.
3. Siapa saja dapat memposting tulisannya dengan mendaftar sebagai user.
4. Diberikan poin dari tiap tulisan. Nantinya bisa ditukar dengan hadiah yang diinginkan.
5. Mudah untuk dibaca dan dipahami siapa saja. 
6. Website yang go internasional, hadir dalam versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
7. Keseluruhan tampilan tata letak website, rapi. Inilah bentuk keseriusan tim dalam mengelola website.

Kurang lengkap nampaknya, bila saya tak menjabarkan manfaat Travelblog.id. Jangan beranjak dari kursi Anda dulu. Simak ulasan dari saya.

1. Website wisata yang membantu pemerintah mempromosikan gratis wisata Indonesia sekaligus menggenjot kunjungan wisawatawan.
2. Mendukung literasi wisata ditandai dengan adanya bonus bagi penulis.
3. Mudah diakses baik via PC maupun smartphone.
4. Terbuka kesempatan bagi masyarakat berbagi info wisata
5. Wadah kenalan sesama traveller, blogger, vlogger, dengan pembaca.


Tulisan ini diikutsertakan dalam #TRAVELBLOGIDREVIEW

Jumat, 15 Februari 2019

Rumah Kaca Menghalau Cuaca

Jumat, Februari 15, 2019

“Ikon Fakultas Pertanian itu rumah kaca. Di sini kita hasilkan model tanaman yang terkontrol untuk kemudian diterapkan di lapangan.”

Penjelasan itu disampaikan Kepala Laboratorium Fakultas Pertanian Unsyiah, Ir. Cut Nur Ichsan, M.P., saat ditemui Warta Unsyiah di ruang kerjanya. Selama ini, rumah kaca dimanfaatkan untuk melihat tingkat ketahanan tanaman saat fase kekeringan. Jika tanpa rumah kaca, maka penelitian tanaman dapat terganggu, terlebih lagi di musim hujan.

Saat ini, Fakultas Pertanian memiliki dua rumah kaca yang berbeda fungsi. Rumah Kaca I yang diresmikan Rektor Unsyiah pada tahun 2015 lalu, berfungsi untuk menguji tanaman. Semua tanaman yang diuji diformulasikan di dalam rumah kaca, terutama untuk melihat asupan air tanamannya. Sedangkan Rumah Kaca II yang diresmikan tahun 2017, dimanfaatkan untuk mencegah efek global warming.

Cut Nur Ichsan mengatakan rumah kaca digunakan untuk mengatur suhu, sehingga memudahkan kegiatan penelitian. Saat ini, pengguna rumah kaca terbilang tinggi. Bukan hanya digunakan peneliti Fakultas Pertanian, tetapi juga dipakai oleh mahasiswa antar fakultas, lintas universitas, bahkan pemerintah daerah.

“Kita sangat terbuka bagi siapa pun, sebab universitas harus berkontribusi bagi masyarakat luas,” ujarnya.


Secara struktur bangunan, rumah kaca memiliki ketinggian 4,5 meter. Ketinggian ini dimaksudkan untuk menampung banyak udara. Semakin tinggi ruangan, udara semakin banyak dan suhu semakin baik. Tidak hanya ketinggian bangunan yang menjadi fokus utama, fungsi jaring di bagian atas rumah kaca juga berguna untuk mengatur suhu dan menghambat hama burung yang dapat merusak tanaman. Rumah kaca juga dilengkapi dengan kolam air untuk menyiram tanaman. Hal ini untuk memudahkan para peneliti saat bekerja.

“Kita juga tempatkan kipas angin agar sirkulasi udara di dalam dan di luar sama.”

Banyak jenis tanaman yang diteliti di rumah kaca. Bukan hanya tanaman pokok saja, tetapi juga tanaman lainnya. Seperti pohon tin yang ditanam beberapa bulan lalu. Pohon ini digunakan para mahasiswa untuk meneliti kultur jaringan. Selain itu, juga ada penelitian bidang mikoriza untuk membantu kelembapan tanah. Jika penelitian ini berhasil di rumah kaca, nantinya dapat diterapkan di kebun.

“Prinsip rumah kaca ini untuk mengontrol keadaan lingkungan. Supaya sesuai dengan treatment kita, misalnya kekeringan, temperatur, kelembapan, hingga radiasi matahari.”

Cut Nur Ichsan menambahkan, rumah kaca menghasilkan formulasi bagi pratikum di lapangan. Contohnya pembibitan sigupai−padi lokal Aceh−yang diteliti untuk memperpendek masa panen. Selain itu juga ada super green rice varietas Unsyiah yang menggunakan sedikit pupuk buatan. Direncanakan hak paten padi ini akan didaftarkan.

Ada juga pengembangan super fruit sebagai sumber anti oksidan untuk membantu masyarakat mendapatkan bibit tanaman yang dapat dikembangkan di pekarangan rumah. Tanaman ini dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti penggunaan gadget, laptop, hingga polusi udara. Hadirnya super fruit ini diharapkan membentuk pola hidup yang lebih baik, sehingga dapat menyehatkan tubuh dan lingkungan.


Selama ini, pratikum yang dilakukan di laboratorium rumah kaca maupun di kebun percobaan mencakup 30 mata kuliah dari berbagai prodi di Fakultas Pertanian. Setiap tahunnya, tercatat 100 mahasiswa melakukan penelitian baik dari Fakultas Pertanian maupun fakultas lainnya. Sementara untuk penelitian dosen, tercatat 20 penelitian setiap tahunnya. Rumah kaca juga melayani visitasi akreditasi untuk semua program studi di Fakultas Pertanian Unsyiah, baik jenjang sarjana, magister, maupun doktor.

Saat disinggung harapannya kepada mahasiswa dan sarjana Fakultas Pertanian, Cut Nur Ichsan berharap mereka tidak malu menjadi petani berbasis ilmu pengetahuan. Kemampuan yang mereka dapatkan selama di bangku perkuliahan, dapat digunakan untuk berinovasi menghasilkan produk baru pertanian.

“Mereka harus dapat menformulasikan ilmunya agar menjadi nilai tambah bagi dirinya dan petani,” harapnya. ()

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."