Minggu, 22 Juni 2014

Bidik Misi Wujudkan Mimpi


Oleh Muarrief Rahmat

“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu! Tanpa mimpi dan harapan, orang orang macam kita akan mati. Jelajahi Eropa, jelajahi Afrika, ini harus menjadi mimpi kita”

DIALOG dua siswa SMA dari keluarga miskin di Belitung, dalam film yang diangkat dari Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata itu, begitu menggetarkan bagi kita yang punya mimpi. Impian dan harapan adalah kombinasi utuh yang telah memberikan motivasi luar biasa bagi siapa saja. Baik yang menganggap impian dan harapannya ke arah menyakiti orang lain, atau bahkan bagi mereka yang mempunyai nilai tulus dan ikhlas meraih kebaikan dunia dan akhirat. 

Impian dan harapan bukanlah sukses secara seketika. Ada proses yang berdarah-darah sebelumnya. Kerja keras untuk mencapai cita cita dan masa depan. Lihat saja Rasulullah saw yang dari kecilnya sudah yatim piatu dan lahir di tengah peradaban jahiliah, namun berkat ketekunan, kegigihan dan bimbingan Allah tentunya, beliau mampu mengubah dunia. Peradaban jahiliah tergantikan dengan dinul Islam yang beliau tebarkan. 


Semangat inilah saya kira yang patut diterapkan oleh para pemimpin dan penyelenggara negara kita. Beragam hal telah dilakukan dalam upaya mencerdaskan anak-anak didik negeri ini. Sebut saja melalui beasiswa pemerintah untuk siswa-siswa miskin berprestasi. Salah satu dari sekian banyak beasiswa baik pemerintah maupun pihak swasta yaitu Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Miskin atau lebih dikenal dengan nama Bidikmisi. 


Program Beasiswa Bidikmisi dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yaitu pada tahun 2010. Banyak siswa-siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yang mempunyai tingkat kecerdasan luar biasa, tapi tak mampu melanjutkan studinya, akan sangat terbantu dengan adanya beasiswa Bidikmisi. 


Pemerintah memberikan beasiswa ini kepada mahasiswa-mahasiswa berprestai yang kurang mampu untuk masuk ke jenjang Perguruan Tinggi. Program Beasiswa Bidikmisi ini bertujuan untuk memutus mata rantai kemiskinan di Indonesia, untuk memperolah pendidikan yang layak dan berkeadilan secara merata bagi semua anak bangsa sebagaimana amanat UUD 1945.


Pada saat penerimaan mahasiswa baru tahun 2010, saya ingin berbagi pengalaman saya mendapatkan formulir Beasiswa Bidikmisi ini. Saya pun tidak begitu tahu mengenai beasiswa tersebut awal mulanya. Sebagai calon mahasiswa baru yang jauh-jauh datang dari kampung, di pedalaman Aceh. Saya akhirnya diberi kesempatan mengisi formulir Beasiswa Bidikmisi oleh pihak Rektorat kala itu. 


Saya diminta melengkapi semua berkas kelengkapan sebagai syarat memperoleh beasiswa ini. Awalnya saya belum begitu tertarik dengan Beasiswa Bidik Misi. Nama program beasiswa ini juga saya ketahui dikemudian hari. Saya sempat mengabarkan kakak saya bahwa ada formulir beasiswa dari Unsyiah. Lantas kakak saya juga ikut membantu menyiapkan segala kebutuhan administrasi syarat kelengkapan Beasiswa Bidik Misi. 


Saya sempat tidak mau mengembalikan berkas administrasi beasiswanya. Tapi berkat dorongan kakak saya, akhirnya saya mengembalikan ke pihak Biro Rektorat Unsyiah. Beberapa bulan selanjutnya saya baru tahu kalau saya termasuk salah satu penerima Beasiswa Bidik Misi ini atas informasi dari teman se-kampus. Alhamdulillah saya senang mendapatkan beasiswa ini. Sungguh saya akan kecewa kalau benar-benar tak mengembalikan berkasnya.


Sejak 2010 awal semester sampai 2012 semester V, saya sudah mendapatkan 5 kali Beasiswa Bidikmisi. Jumlahnya juga sangat berkecukupan bagi penunjang pendidikan S1. Tentunya ketika memperoleh beasiswa ini akan sangat membantu biaya studi selama menjadi mahasiswa. Pada tahap awal semester pihak universitas memprioritaskan mahasiswa penerima Bidikmisi harus mempunyai IPK 2,5 dan pada 2011 pemerintah mengharuskan mahasiswa bersangkutan mempunyai IPK 2,75.  

Ini adalah suatu upaya mendorong mahasiswa penerima Bidikmisi untuk tetap fokus belajar dan memanfaatkan bantuan tersebut untuk menunjang fasilitas pendidikan semacam buku-buku atau kebutuhan ‘rumah tangga’ mahasiswa kosan. Namun kalau ada mahasiswa yang memiliki IPK di bawah standar yang telah ditetapkan, pihak Unsyiah tidak serta merta memutuskan penyetoran beasiswa ini kepada mahasiswa yang memiliki IPK rendah. 


Bahkan pihak Unsyiah mengarahkan mereka untuk mendapatkan pelayanan psikologi dan konseling yang diwewenangkan kepada UPT Pelayanan Psikologi dan Konseling Unsyiah. Sadar betul pihak universitas bahwa tentunya mahasiswa yang memiliki IPK rendah membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap berbagai kendala belajar yang mereka hadapi. 


Lebih lanjut selama 5 semester juga, saya mendapat berbagai training motivasi, seminar kewirausahaan, pendidikan karakter, emotional training, termasuk beragam seminar dengan menghadirkan tokoh-tokoh bangsa yang telah sukses dalam bidangnya. Mulai dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Bapak Ary Ginanjar Agustian dan juga Wakil MPR RI Ahmad Farhan Hamid yang berasal dari Aceh.

 Lebih transparan 

Sejak sukses Bidikmisi pada tahap awal, pemerintah menggelontorkan dana lagi untuk tahun berikutnya. Tahun 2011 dan 2012 tahap penyeleksian Bidikmisi dilakukan terlebih dulu oleh pihak sekolah baru kemudian diteruskan oleh pihak univeritas. Ini diharapkan agar admnistrasi lebih tranparan dan terkontrol. Dari berbagai hasil survei membuktikan bahwa mahasiswa Bidikmisi rata-rata memiliki IPK di atas standar yang telah ditetapkan Kemendiknas. 


Saya menyadari selama ini pihak Unsyiah telah bekerja dengan baik. Walau kami tidak langsung mendapatkan beasiswa ini di awal-awal semester perkuliahan. Harapan saya dan harapan teman-teman lainnya mahasiswa bidik misi Unsyiah agar mampu menyetor beasiswa pada awal semester, karena kita tahu bagaimana kondisi hidup mahasiswa penerima beasiswa ini dari keluarga kurang mampu (miskin). 


Bagi siswa-siswa SMA yang baru saja menyelesaikan Ujian Nasional (UN), tak perlu ragu untuk menjadi bagian dari civitas akademik universitas dimanapun kalian akan menempuh pendidikan. Dengan giat belajar, impian dan harapan untuk mencapai cita-cita, beasiswa Bidikmisi di depan mata. Jika dulu orang miskin tak mampu sekolah, maka sekaranglah saatnya kita ubah kalimat klasik itu: orang miskin wajib sekolah tinggi-tinggi, beasiswa Bidikmisi menanti untuk wujudkan mimpi.[]


sumber :  Bidik Misi Wujudkan Mimpi | Serambi Indonesia, 8 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."