Tiada
lama lagi kita akan merayakan lagi dan lagi hari raya idul adha, yang saban
tahun hijriah jatuh pada 10 zulhijjah. Berbagai persiapan dilaksanakan oleh
ummat Islam, beragam pernak-pernik di beberapa rumah telah dihiasi lampu atau
mereka sibuk mengganti gorden lama dengan gorden yang baru. Kaum-kaum ibu
jauh-jauh hari menyiapkan kue hidangan merayakan hari yang sering disebut
manusia di dunia ini dengan hari raya qurban. Hal ikhwal munculnya karena
dahulu nabi Ibrahim disuruh oleh Tuhan untuk menyembelih anaknya sendiri, yaitu
Ismail. Betapa tidak teganya Ibrahim menyembelih anaknya sendiri. Namun, kuasa
hamba akan pencipta tiada boleh ada yang menolak. Maka, sudilah Ibrahim menyembelih
anaknya Ismail. Rasa cinta yang mendalam, Ismail digantikan oleh Tuhan dengan
seekor domba. Semenjak itulah dalam Islam adanya penyembelihan hewan qurban
diantaranya, sapi, kambing dan binatang lain yang layak diqurbankan.
Ada yang
mematung untuk memberikan hewan qurbannya bagi kaum-kaum yang membutuhkannya. Biasanya
patungannya berjumlah 7-8 orang, jika mereka belum kuasa memberikan hewan
sembelihan secara sendiri. Lain lagi dengan yang sanggup menyembelih sendiri,
karena serba kecukupan maka dia berkuasa memberikan binatang qurbannya kepada
khalayak yang layak. Keriuhan tidak terbendung saat penyembelihan hewan qurban
raya ini. Orang-orang yang dulunya malang melintang di perantauan, pada hari
itu bersama-sama datang ke meunasah-meunasah atau mesjid menyembelih hewan,
membersihkannya, lalu ikut partispasi aktif membagikan kepada yang layak. Semuanya
berbaur dalam suasana akrab dan hangat. Tidak ada celah bahwa mereka sudah lama
terpisah. Masih seperti dulu, seperti masa-masa mereka kaum rantau dan kaum
asli masih bersama-sama.
Semua
orang juga ikut merasakan betapa gembiranya pada hari itu. Penghuni suatu
kampung kebagian daging, periuk di tiap-tiap rumah telah wangi dengan
rempah-rempah, daun pandan yang diikat lalu dinanak dalam nasi. Bau harum nasi
begitu berbeda hari itu. Kampung kami jadi harum akan wewangian rempah-rempah. Semua
penuh ceria, tidak ada masalah busung lapar hari itu.
Rumah
anggota dewan kampung kami ‘dibanjiri’ tetamu undangan, mereka antusias
menyalami anggota dewan itu. Nampak raut wajah si anggota dewan sumrigah,
kumisnya yang tipis dan perut yang sudah membuncit, istri dan anaknya duduk
sambil ketawa-ketiwi disampingnya. Sungguh keluarga yang bahagia.
Pak keuchik,
juga mengalami hal yang serupa. Anak sulungnya baru saja pulang kuliah dari
Mesir. Hari itu, penuh haru apalagi anaknya tidak pulang sendiri. Dia hadir
bersama pasangannya hidupnya. Mereka baru saja menikah. Bangganya Pak Keuchik,
anaknya sudah mandiri bahkan bisa dikata berilmu agama. Bertambah lagi satu
keluarga, di hari raya idul adha, telah ada yang mau ber’qurban’ hatinya untuk
keluarga mereka.
Teungku
Imum juga tak mau kalah. Hari itu Istrinya juga tampil cantik. Ada kabar baik,
bahwa anak bungsunya mendapat prestasi yang membanggakan di pesantren tersohor
di pulau jawa sana. Kegembiraan bertambah, kala anak-anak asuhan mengajinya
datang ke rumah mengunjungi guru sekaligus Teungku Imum gampong mereka. Mereka tidak
datang dengan tanga kosong. Setiap mereka membawakan makanan berupa roti-roti,
kue bolu, sirup cap patung, dan gula pasir. Bahagia benar Teungku Imum bersama keluarganya.
---
Sebulan
setelah perayaan idul adha. Anggota dewan dinyatakan tersangka dan tak lama
berselang, dinyatakan terdakwa, lalu terdakwa, lalu masung penjara.
Pak
Keuchik, anak yang begitu dibanggakannya ternyata malah terjerat kasus narkoba
saat di Mesir, saat ini di sedang dicari oleh interpol. Istrinya ternyata
adalah bandar besar narkoba internasional.
Teungku
Imum, takut bukan kepalang saat ketahuan bepergian ke Medan untuk mengahadiahi ‘telur’nya
sekaligus mencari mur baru disana. Istrinya marah benar, kini hubungan harmonis
mereka yang dulu tinggal palu sidang dari majelis perceraian. Buruknya lagi,
prestasi yang dikatakan oleh anaknya tadi, bukanlah prestasi akademik semisal
dia juara membaca kitab kuning, tetapi dia ahli dalam membaca isi sebuah bank.
Orang-orang
yang celaka, termasuk saya!
sumber foto: tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar