Jumat, 13 Januari 2017

Cara Asik Menulis Resensi


Jauh di antara kelas-kelas menulis lainnya, ini salah satu kelas menulis yang saya nantikan. Selama ini saya mendapatkan ilmu tentang resensi dengan otodidak, paling banter diskusi ringan dengan penulis. Itu pun belum saya dapatkan info yang pasti mengenai dunia resensi. Hampir sebulan saya tak hadir ke ruang diskusi menulis Forum Lingkar Pena. Inilah yang membuat saya rindu akan hal itu. Kelas menulis kali ini dibahas mendalam bersama Isni Wardaton.

30 menit dari jadwal semula, kami sepakat memulai kelas. Isni yang hari itu memakai baju sepadan merah muda, memulai kelas dengan membedakan antara resensi, review, hingga resume. Baginya ada yang begitu kentara perbedaan yang nyata ketiga. Resensi dan review isinya hampir sama, yaitu memberi tahu informasi. Review dikatakan sebagai sebuah tulisan dengan mengulas kembali, bukan mencari kelebihan dan kekurangan hingga mampu diambil kesimpulannya.

“Resume itu meringkas sebuah cerita, biasanya jadi tugas sekolah. Ya seperti membaca beberapa buku dan diulas kembali. Ketiganya beda pada penerapan,” sebut gadis Miruk Taman mengawali kelas menulisnya. Isni juga menyelipkan bahwa sinopsis ditulis oleh penulis buku itu sendiri. Menurutnya, kedua jenis tulisan itu perlu dibahas agar tak salah paham dan tak salah dipahami oleh penulis pemula.

Sesekali Isni tampak melihat layar kaca laptopnya, di sana beragam slide presentasi dipaparkan. Dia menjabarkan dengan runut mengenai seluk beluk dunia resensi. Dari paparannya itu, dikatakan sebagai resensi haruslah mencakupi membahas tentang buku, identitas buku, membahas isi buku, penilaian sebuah buku, mendapatkan kelebihan dan kekurangan, adanya latar belakang dan alasan buku diterbitkan, memberikan informasi kepada pembaca, membantu penulis untuk membedah bukunya sebelum dirilis. “Dan selain memberikan masukan kepada penulis buku, baik kritik, subtansinya, saran kepada penulis, resensi tidak hanya berlaku pada buku, tetapi juga film, musik dan lainnya.

Kesan yang paling menarik dan memikat otak saya untuk mengetahui lebih lanjut soal resensi, ketika Isni menjelaskan terkait tips menulis resensi. “Nah, saya akan berbagi tips buat teman-teman semuanya. Salah satunya tips kenapa tulisan saya pernah dimuat oleh KOMPAS dan Koran Jakarta.”
Isni komat-kamit sambil menyebutkan tipsnya. Saya tak lagi memperhatikan apa yang dijelaskan. Jari saya lancara mengetik dari pendengaran penjelasan Isni. Biar mudah dan enak dilihat oleh mata. Saya menulis dalam bentuk poin saja.

Tips resensi ala Isni :
·         Tips sebelum menulis resensi
a.       Perhatikan dengan detail lapik buku
b.      Membaca biografi penulis
c.       Membaca prakata (bisa mencuri isi prakata awal kemudian dimasukkan idenya ke dalam resensi)
d.      Menyiapkan alat tulis pulpen warna, membantu menandai kutipan yang menarik
e.      Kalau buku fiksi, baca sampai selesai. Berbeda dengan buku non-fiksi, kita bisa resensi per bab yang ada pada buku.
  
·         Tips saat menulis resensi
a.       Kata kunci
b.      Bisa mengawali dengan deskriptif atau kutipan
c.       Pastikan tokoh utama masuk dalam tulisan
d.      Tidak terpaku dengan kata yang ditulis penulis
e.      Munculkan nama penulis buku
f.        Bisa menceritakan nama tokoh utama, bisa pakai nama langsung atau nama lainnya
g.       Menulislah seolah-olah kamu sedang bercerita kepada temanmu
h.      Libatkan juga emosionalmu
i.         Sisipkan kutipan
j.        Kalau kehilangan kata-kata dalam resensi, gunakan kata sakti ‘akibatnya’ ‘dalamnya’

·         Tips sesudah menulis resensi
a.       Setelah siap semua tulisan, tinggalkan selama satu jam, satu hari atau bahkan satu minggu
b.      Bisa juga minta bantuan teman untuk melihat tulisannya
c.       Edit kembali tulisan
d.      Kalau sudah bagus tulisannya, barulah buat judul

Kalau kata Isni, kita tidak menceritakan yang sudah ditulis yang ada dalam buku. Tapi menciptakan dengan bahasa baru, tetap berpedoman pada isi cerita. Kita bisa obrak abrik cerita awalnya dengan versi baru. Jika mengambil kutipan itu bisa menambah rasa percaya kepada pembaca tentang isi buku. Yang perlu diperhatikan juga bahwa menulis resensi jangan terlalu banyak dibarengi dengan kutipan, cukup 2-3 kutipan. Karena untuk menunjukkan keoriginalitas tulisan peresensi. Sebaiknya ambil kutipan yang belum diambil orang lain.

Selain tips, rupanya hal yang diluar dugaan saya, Isni turut memaparkan trik agar resensi tembus media. Baginya, peresensi sebaiknya membaca minimal 2 resensi yang sudah dimuat pada media incaran itu. “ini memudahkan penulis mengetahui tujuan media tersebut,” beber Isni. Selanjutnya, peresensi juga perlu memahami cara pengiriman tulisan dan lalukan apa yang diminta media. Sertakan juga biodata diri, berupa foto penulis. Jika kirim dalam badan email, sertakan kover buku. Nah, lampirkan pula identitas bukunya. “Jangan lupa cantumkan nomor rekening, jika dimuat ini menjadi reward bagi kita,” tutup Isni. []

Tidak ada komentar:

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."