Trans Koetaradja tak hanya menjadi bagian dari mobilitas kota, tetapi juga ruang kreativitas untuk semua warga. Kini, bus TransK hadir dengan tampilan baru hasil kreasi anak muda Aceh. Dishub Aceh memberi ruang bagi pelaku industri kreatif untuk menuangkan karya idenya melalui Lomba Livery Bus Trans Koetaradja.
Di tengah gempuran ‘instrumentasi budaya luar’, nyatanya
warisan budaya Aceh dapat beradaptasi di berbagai masa. Sesuatu yang sangat
klop, pelaku industri kreatif diberi kesempatan, maka budaya dan pariwisata
Aceh dapat tersampaikan kepada masyarakat. Melalui mobile billboard bus TransK
telah membersamai perkembangan Aceh hingga saat ini.
Bus TransK pada Koridor 2A pagi itu melaju dari Pusat Kota menuju Blang Bintang (via Lambaro) dengan suasana baru. Di sisi kiri badan bus terpampang karya Muhammad Talal, Juara 1 Lomba Livery Bus TransK pada Pekan Trans Koetaradja 2025. Sementara di sisi lainnya badan bus dengan kode TR16 ini telah terpajang karya Wendi Amiria, Juara 2 Lomba Livery Bus TransK.
Dengan tema lomba Modern Heritage of Aceh, Talal
mengaplikasikan karya livery-nya bertajuk ‘Lestari di Jalan, Mekar dalam
Ingatan’. Ia memadukan wajah masa kini Aceh yang dinamis dengan akar budaya
yang kuat. Secara detail, tampilan hasil livery-nya yang berbentuk karikatur
dalam rupa tokoh anak muda berbusana adat, kuliner Aceh (kuah beulangong dan
mie Aceh), ditambah latar rumoh Aceh yang mempesona, serta motif Gayo mewakili
nilai kehidupan, kerja keras, serta keharmonisan alam dan manusia.
Senada dengan Talal, Wendi juga bercerita tentang
ketertarikannya mengikuti lomba ini. Anak muda lulusan Ilmu Komunikasi
Universitas Syiah Kuala ini, telah bekerja sebagai ilustrator dan desainer
grafis di salah satu studio di Kota Banda Aceh.
“Saya tertarik ikut lomba desain livery pada Pekan Trans
Koetaradja, karena bus ini menjadi moda transportasi yang saya gunakan dalam
kegiatan sehari-hari. Lebih lagi lomba ini menjadi salah satu bidang yang saat
ini sedang saya minati,” sebutnya yang berasal dari Simeulue.
Ditambahkannya, secara filosofis, ide, dan inspirasi desain
ini dari pariwisata dan warisan-warisan budaya di Aceh. Ia tertarik untuk
menterjemahkannya dalam bentuk visual vektor, seperti adanya turis, ikon Aceh
yaitu Masjid Raya Baiturrahman, serta kuliner Aceh misalnya kopi saring.
Sehingga kearifan lokal, budaya, kuliner, dan objek wisata di Aceh berbaur
dengan gaya hidup modern penduduknya.
“Jadi keseluruhan ide-ide dan konsep ini saya satukan dalam
satu ide konsep ilustrasi pada lomba livery Trans Koetaradja. Perasaan saya
tentu sangat senang dan bangga, sebab karya saya telah diaplikasikan pada bus
Trans Koetaradja,” jawabnya Senin, 13 Oktober 2025 di Banda Aceh.
Wendi pun mengapresiasi Pemerintah Aceh melalui Dinas
Perhubungan Aceh telah membuka ruang kreativitas bagi pelaku industri kreatif
di Aceh.
“Semoga ini bisa menjadi satu langkah awal ke depannya bagi pelaku industri kreatif di Aceh, bisa berkolaborasi dengan pemerintah. Saya yakin ada banyak pelaku industri kreatif di Aceh dengan karya mereka siap untuk bekerjasama,” pungkasnya.(*)
Tulisan ini sudah terbit di website www.dishub.acehprov.go.id
Trans Koetaradja: Ruang Kreativitas Bagi Semua



Tidak ada komentar:
Posting Komentar