Muhammad Noer, Nahkodai Kapal dengan Rute Terlama di Aceh
Capt. M. Noer sedang mengecek kesiapan kapal sebelum berangkat dari Calang menuju Sinabang |
Penumpang yang pernah
menyeberang dari Ulee Lheue Banda Aceh menuju Balohan Sabang, tentu mengenal
Capt. Muhammad Noer. Dialah nahkoda KMP. BRR selama 12 tahun. Kini, ia diberi
kepercayaan baru menahkodai KMP. Aceh Hebat 1.
Calang, Aceh Jaya memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa.
Seperti terlihat di Pelabuhan Calang yang menjadi tempat Capt. M. Noer menyandarkan KMP. Aceh Hebat 1 yang kini
telah tepat 100 hari berlayar menyusuri lautan barat Aceh.
Sayup terdengar suara petugas pelabuhan menginformasikan kepada masyarakat bahwa KMP. Aceh
Hebat 1 akan segera berlayar. Rampdoor
diturunkan dan penumpang menaiki kapal ini seraya diikuti mobil pribadi, truk
logistik, hingga petugas medis pembawa vaksin Covid-19 ke Pulau Simeulue. Capt.
M. Noer bersyukur adanya kapal ini sangat membantu masyarakat kepulauan menuju
Banda Aceh. “Jadinya
masyarakat tidak menunggu-nunggu kapal yang akan ke Banda Aceh juga ke
Simeulue. Sudah ada kepastian jadwal,” ucapnya.
Pria asli Sabang ini bercerita bahwa ini kali pertama ia berlayar ke
Pantai Barat-Selatan Aceh menahkodai
kapal penyeberangan dengan jarak tempuh terjauh selama 14 jam lamanya ditambah ombaknya yang menantang. “Di
tengah perjalanan, jika tiba-tiba ada badai, kita menghindar dari alun ombak besar.
Sehingga kita berlayar zig zag mencari jalur yang aman. Alhamdulillah bisa kita
atasi.”
sambungnya.
Secara rutin, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Metereologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Aceh guna memantau intensitas gelombang Pantai Barat Selatan Aceh. “Alam tak bisa kita lawan. Jika cuaca buruk dan ekstrem, kita tunda
berlayar. Selama ini pernah dua kali kita tunda berlayar. Jadinya, kita selalu
menginformasikan kepada penumpang baik di pelabuhan maupun media sosial.”
Capt. M. Noer dan ABK merasakan kendala saat bersandar di Pelabuhan
Calang. Walaupun
karakteristiknya berupa teluk, tetapi alun lautnya membuat kapal sering berbenturan dengan fender di dermaga. Ia berharap, agar pemerintah menyiapkan
pelabuhan lain yang lebih tenang dan tersedianya prasarana dan sarana pendukung
sandaran kapal.
Pada libur Idul
Fitri 1442H lalu, Noer menceritakan adanya
lonjakan penumpang yang
menaiki KMP. Aceh Hebat 1. Rata-rata
penumpang
saat itu didominasi mahasiswa,
pedagang, wisatawan, pekerja hingga
sopir truk logistik yang ingin merayakan momen suci bersama
keluarga. “Alhamdulillah tidak ada antrian baik kendaraan maupun orang, kita bisa
maksimum mengangkut penumpang.” tambahnya.
Saat ditanyai perbedaan teknologi dengan kapal lainnya, Noer menyebut kapal
kebanggaan rakyat aceh ini dibuat dengan teknologi canggih terbaru menggunakan double
engine mitsubishi yang mampu menghasilkan kecepatan tempuh maksimum 14,3 knot
(sekitar 26,5 km/jam). Selain itu, dilengkapi dengan Automatic Identification Sysem
(AIS) / Sistem Pelacakan Otomatis, memiliki Dek Kendaraan dengan 2 lantai bersistem
hidrolik, Rampdoor depan dengan sistem teknologi bow visor dengan pintu
hidrolik yang dapat terbuka 90o untuk memberikan jarak pandang
maksimum bagi nahkoda ketika sandar.
Selain sebagai lintasan perintis sekaligus prioritas daerah, perannya membantu distribusi
logistik maupun penyeberangan penumpang lebih cepat sampai ke Sinabang sangat
dirasakan masyarakat. “Dari sektor bisnis menguntungkan pebisnis yang mengangkut hasil
komiditi Simeulue diantaranya sektor perikanan dan perkebunan menuju Calang.
Begitu pula sembako dari Calang menuju Sinabang.”
Pada akhir wawancara di tengah laut Samudra Hindia ini, Capt. Noer menceritakan kerinduannya dengan keluarga, dengan menebar senyum penuh harap ia ingin sekali bisa segera dapat mengambil cuti dan menikmati liburan bersama keluarganya. “Ya kangenlah, sudah lama gak ketemu anak-anak dan istri,” pungkasnya. Terakhir ia berpesan kepada penumpang agar tetap menjaga kebersihan kapal ini.(*)