Senin, 20 Juni 2016

5 Kegiatan Ini Bisa Kamu Terapkan Saat Ingin Mulai Menulis

pixabay.com

1Membuang Rasa Malas
Menjadi seorang penulis adalah perkara mudah. Kamu cukup punya satu pena, dan kertas atau di dinding kamar sekalipun, kamu dengan leluasa bisa membuat tulisan. Jika kamu pernah merasakan masa-masa silam, anak-anak di kampung sering menggunakan lidi dan daun pisang yang dipotong persegi panjang itu digunakan untuk menulis. Sering digunakan permainan ini oleh anak-anak saat mereka main sekolah-sekolahan. Iya, menjadi penulis memang perkara mudah, asal 5 hal ini bisa kamu terapkan saat memulai menulis.
2. Membaca dengan Meresapi
Sudah manusiawi, rasa malas yang kadung lahir sejak kamu lahir ke dunia sudah bersama dirimu. Malas menjadikan aktivitas tubuh yang tidak ingin melakukan apapun, baik kebaikan maupun kejahatan. Rasa malas akan menghampiri siapa saja, dimana ketika merasakan hal ini, kamu akan merasa bahwa apa yang kamu kerjakan tidak ada manfaatnya. Lebih-lebih setelah melakukan sesuatu hal, kamu tidak mendapatkan pujian dari orang terdekat atau atasan.  Saat pagi hari, kamu akan sangat malas untuk bangun pagi. Untuk kegiatan menulis, kamu kadang sering dihinggapi malas saat memulainya, banyak hal yang membuatmu malas, seperti tidak tahu mau menulis apa, sedang dalam masalah tertentu dengan mood yang kurang mendukung. Ada hal yang kamu takutkan saat menulis, misalnya takut mengecewakan pembaca. Hal ini sebenarnya dapat dihindari dengan memulai berteman dengan orang-orang yang menyukai dunia tulis menulis. Lingkungan akan sangat besar pengaruhnya ketika kamu ingin menulis. Di sini kamu bisa mendapatkan wadah baru untuk diskusi, yaitu memulai bergabung dengan komunitas-komunitas menulis. Atau kamu juga bisa membuang rasa malas ini dengan mengingat hal-hal yang kurang baik, berarti saat kamu malas, kamu sedang menjadi orang yang kurang baik dan kurang bermanfaat bagi orang lain. Nah, sebenarnya kamu hanya perlu dukungan orang-orang yang terdekatmu, tetapi kamulah penentu semua tentang semangatmu menulis. Masak memulai menulis saja kamu masih malas? Gimana nanti pas mau mulai bangun rumah tangga? Eh!

Jika kamu pernah ke sawah, kamu akan melihat petani dengan banyak perlengkapan yang dibawanya, mulai dari cangkul, benih padi,  dan juga pupuk penambah gizi padi. Gak mungkin kan disebut petani, kalau itu aja gak ada sama petani dan menetap menjadi ciri khasnya? Sama halnya dengan menulis, kamu harus memulai dengan membaca, baik artikel, catatan ringan atau dari koran, bahkan resep dokter rumah sakitpun perlu kamu baca. Ada kalanya membaca adalah hal utama memperbanyak idemu saat menulis, juga sebagai rekaman data yang kamu butuhkan dalam waktu tertentu. Aktivitas membaca adalah modalmu dan semakin banyak membaca, tulisanmu akan semakin bagus. Saat membaca kamu perlu meresapinya, dikarenakan kamu juga sekalian melihat tata baca saat menulis, jika ada kesalahan pada tulisan orang lain, kamu bisa sekalian mengoreksi dimana kesalahannya dan kamu sudah bisa ancang-ancang untuk menghindarinya. Presiden RI pertama, Soekarno dalam jeruji besi pun masih menyempatkan membaca. Seperti Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta, beliau bahkan ada ‘ritual’ khusus sebelum memulai membaca. Konon, beliau akan mandi terlebih dulu dan memakai pakaian yang baru dan barulah mulai membaca. Mungkin aktivitas ini menjadikan dirinya lebih segar dalam meresap setiap isi buku. Kalau kata Imam Hasan Al Banna, seorang muslim harus sama baiknya antara membaca dan menulis. Jadi, masih tunggu kiamat dulu supaya mulai menulis?
3. Menulis dengan Hati
Hati hadir sebagai pembuat orang menjadi baik dan menjadi jahat. Kamulah yang menentukan membawanya kemana. Jika kamu menulis dengan hati, kamu akan menghasilkan karya yang mampu mengajak kepada kebaikan. Setiap tulisan perlu pertanggungjawabkan, kamu perlu hati-hati saat menulis. Karena, dalam tulisan selayaknya kita melihat sayap kupu-kupu, ada keindahan di dalamnya. Kita mengajak orang mendekati dunia, baik dengan selalu mentransformasikan kegiatan itu sebagai cara utama dalam menuntun kebaikan. Gak mau kan gara-gara tulisanmu malah mengajak orang lain kepada keburukan?

4. Menyunting dengan O­­bjektif
Baiknya, setelah menulis dengan panjang tulisan baik itu satu halaman maupun seratus halaman, kamu perlu sekali menyunting atau dikenal juga dengan kata mengedit. Kegiatan ini mampu membuatmu tahu mana kata atau kalimat dalam tulisanmu yang masih janggal, kurang huruf atau bahkan gaksesuai dengan EYD. Nah, saat menyunting kamu harus membacanya perkata lalu perkalimat, baiknya kamu membacanya dengan suara, dengan ini kamu akan mudah tahu mana kalimat yang kurang enak pas didengar, tentu saat kita baca juga demikian. Hindari rasa malas untuk menyunting tulisanmu. Di sini kamu akan belajar menilai tulisannmu dengan objektif, anggap saja kamu sedang membaca tulisan orang lain. Meminta orang lain buat menyunting tulisanmu juga merupakan hal yang perlu kamu lakukan. Mintalah dia di waktu yang tepat, jangan di waktu dia sedang sibuk dengan kegiatannya. Kamu perlu sabar menanti setiap yang dieditnya. Mintalah dia untuk membuat catatan-catatan penting dari tulisannmu, baik yang salahnya dan yang sudah benar, ada kalanya tulisan saat diedit, kita menemukan makna bahwa, semua hal di dunia ini perlu dikoreksi, ditempatkan pada hal yang baik dan kamu akan mengetahui karakter lewat tulisanmu itu. Penulis dan editor adalah dua kekasih yang gak bisa dipisahkan, mana tau kamu dapat jodoh seorang editor kan!

5. Menulis, Menulis, Menulis dan Membaca
Setelah 4 hal di atas sudah kamu lakukan dengan benar dan yakin, kegiatan kamu berikutnya adalah menulis, menulis, menulis dan membaca. Tanpa dua kegiatan utama ini, kamu sama saja seperti sedang ‘berbohong’ dalam tulisanmu. Buat waktu-waktu khusus untuk menulis dan membaca. Satu lagi, membaca juga tidak hanya soal tentang membaca buku, kamu juga harus mampu membaca isu yang ada di sekitarmu, hal ini membuatmu semakin update dalam karya yang dihasilkan. Kalau boleh dikata “Aku Tulis, Kamu Baca, Kita Mengerti”. Selamat mencoba!

Tidak ada komentar:

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."