Senin, 30 Januari 2017

Alih Kucing Hitam Putih


Pemberhentian kami sepulang dari Gayo Lues, mantap meluruskan niat untuk segera shalat. Sebuah masjid agung kebanggan masyarakat Bireuen menjadi pilihan kami. Kawan saya yang badannya sedikit gumpal berisi mulai berseloroh, dia sudah kebelet pipis. Dia pun menitipkan tasnya kepada saya. Sembari menunggunya pipis, saya memperhatikan kucing menghadap sebuah bagunan. Dari gaya tubuhnya, kalausanya dia manusia, seperti orang galau ditinggal isteri atau pacarlah namanya. Saya mendekatinya. Berniat memotret. Trap… beberapa kali saya memotretnya. Bunyi dari kamera DSLR mengalihkan pandangannya ke arah saya. Begitu nanar. Bisa jadi kucing berbulu campuran hitam putih itu memikirkan begini “Entah apalah manusia ini, dikit-dikit foto.”

---

Minggu (21/9) tahun lalu, Ikbal kawan dekat saya berangkat ke Sambas, Kalimantan Barat. Dari awal, dai begitu semangat mendaftar untuk  menjadi guru SM3T. Berkali-kali dia menghubungi saya memantapkan hatinya. Padahal di sebuah sekolah di Aceh Utara, telah menerimanya menjadi guru. Tapi, apatah daya, kawan saya ini memang nekadnya ketulungan. Sampai-sampailah dia diterima sebagai guru SM3T. Perpisahan sementara hari itu biasa saja, tak ada tangis-tangis palsu beberapa orang kebanyakan. Yang ada kami malah saling tikung menikung soal perutnya yang buncit dan dia berseloroh lalu ketawa karena tubuh saya yang boleh dikata langsing – antitesa kata kurus sih sebenarnya. Sepulang mengantar Ikbal, saya dan Rahmat – manusia gempal dan buncit lainnya turun ke parkiran. Aroma pagi masih terasa di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Sebuah kursi biru terbuat dari plastik keras menerima kami. Kebanyakan kursi ini menjadi semacam landmark­ tiap warung kopi di Aceh. Rupanya saya salah sangka, ternyata ada pengunjungnya. Seekor kucing berbulu hitam campur putih sedang rebahan ala-ala di pantai. Warna putihnya hampir hilang lantaran dominasi warna hitam. Hanya ada di wajah dan di perutnya yang rupanya sedang hamil tua. Saya mengendong kucing itu, bulunya halus. Tiap kali lihat kucing, suka saja lantaran imut-imut meunan. Sang kucing nyatanya tak betah lama-lama saya gendong, takut dilihat oleh suaminya, malah merusak rumah tangga mereka. Dan efeknya, saya hampir kena cakar darinya. “Nah kan udah aku bilang tadi, hati-hati bang,” sebut Rahmat sambil menertawai saya.

--- 

Lebaran Idul Fitri tahun lalu, seperti biasanya saya pulang kampung. Keseringannya saya tiba malam hari. Setiap sampai di rumah, kucing hitam putih rumah kami sering menyambut kedatangan saya. Entah, rasa-rasanya dia seakan tahu bahwa saya baru saja pulang dari tempat jauh. Kucing ini bulu putihnya lebih mendominasi. Beberapa tutul hitam ada di tubuhnya. Ibu menamainya Pelangi, padahal kucingnya jantan sejantan-jantannya. Sejak kaki belakang sebelah kanannya kecelakan ditabrak motor, ibu sangat rutin menyembuhkannya. Bisa dibilang bertahun ibu mengobatinya. Ada banyak obat direkomendasikan tetangga kala itu, ibu mantap memilih satu obat. Menurutnya obat itu amat mujarab. Ada yang unik saat ibu menaruh obat di kakinya, ibu telah menganggap kucingnya sebagai anggota keluarga. Bayangkan saja, tiap ibu menaruh obat, dia berbicara dengannya. Dan kita tahu, entah kucing itu tahu atau tidak, tapi rasa-rasanya dia memahaminya. Sebelum dan sesudah ditabrak, Pelangi tetap saja menangkap tikus di rumah. Biasanya abang saya membawa pulang buruan tupai, untuk diberikan kepadanya. Lagi pun cecak juga menjadi santapan favoritnya. Bahkan, jika ibu menangkap cecak di tempat lain, ibu mengantonginya dalam kantong plastik. Dibawainya untuk Pelangi. Sebelum ada Pelangi di rumah, juga ada kucing lainnya. Bulu hitam putih juga jadi khas kucing kami. Namun, dia mati dalam lumbung padi rumah saudara saat mencari tikus. Namanya Si Kleng, saya percaya kucing ini sudah di surga, tempat idaman setiap makhluk.

--- 

Tidak seperti biasanya, kucing tetangga saya di Banda Aceh, kali ini nampak jinak. Karena biasanya kucing itu semacam sok jual mahal, gak mau ditangkap, dielus-elus atau lainnya. Barangkali dia tipe kucing yang gak mau dipermainkan manusia. Alah! Entah udah macam perasaan. Kucing ini peliharaan anak tetangga samping rumah yang masih belajar di Taman Kanak-kanak (TK). Sebelum dia memelihara kucing itu, padahal sudah ditawarin kucing tipe Persia oleh orang tua. Namun, dengan mantap anak itu menepisnya. Dia memilih kucing kampung. Badan kucing itu gumpal dan sehat, mirip-mirip atletis. Dia tidak diberi nama khusus, hanya dipanggil Pus. Pagi itu, Pus bermain ke rumah. Tiba-tiba Pus jadi sok akrab dengan saya. Nah, kan kalau begini jadi aman kita berteman. Pus datang mengelus-ngelus bulunya ke baju saya. Saya lalu mencoba mempermainkannya dengan tetalian. Ternyata hal itu hanya bertahan sebentar. Benar, dia tidak suka dipermainkan! Pus yang akrab dengan saya membuatnya hadir pada lain hari. Di hari kerja, saya hanya sebentar menyapanya, lalu bergegas berangkat kerja. Pus hanya melihat dari kejauhan, sambil tidak melambaikan tanggannya.

--- 

Di masjid, warung makan, kampus atau rumah-rumah pesta. Saya juga menjumpai kucing berbulu corak hitam putih. Selain kucing-kucing yang saya alamatkan di atas. Saya tidak tahu pasti, dalam beberapa bulan ini sering menjumpai kucing hitam putih. Di mana pun tempatnya, corak mereka selalu saja berbeda. Saya sempat teringat ingin menanyakan kepada ahli tamsil. Barangkali ada maksud di tiap perjumpaan saya dengan kucing hitam putih. Namun, hal itu urung saya lakukan, belum tahu siapa yang paham tentang ilmu tamsil. Atau ini hanya kebetulan saja. Jika pun kebetulan, saya melihat bahwa dunia ini selalu saja hitam putih. Orang-orang yang berkulit putih akan cenderung menatap nanar orang berkulit hitam, beberapa di antaranya adalah oknum. Misalkan desain grafis, latar sebuah desain akan lebih ekecing jika putih, Nampak bersih. Orang-orang alim pun kebanyakan memakai baju putih. Seperti anjuran pergi salat Jumat sebaiknya memakai pakaian serba putih. Pun demikian, warna hitam tetap saja tidak bisa dianggap tak ada manfaatnya. Contohnya kucing, saat percampuran warna hitam putih jadilah kita melihat keindahan luar biasa dalam karya Maha Dahsyat Kuasa-Nya. Apatah kita manusia yang hanya mampu menilai dan menerka saja. Bayangkan jika hanya didominasi satu warna saja, sungguh dunia ini sangatlah monoton. Tetap saja, perbedaan selalu membawa rahmat untuk mencapai persamaan. Jika pun tidak sama, mari sama-sama kita mencari persamaan dalam tiap perbedaan. Dari pada mencemooh mengganggap dirilah yang terbaik. []

2 komentar:

innallahamaa'ana mengatakan...

Kucing memang salah satu hewan yang paling banyak berperan sebagai objek karena kita hidup berdampingan dengannya. Terkadang ingin sekali menjadi mata2 dan menjadi anggota kluarga kucing. Ternyata memang indah kehidupan kucing yang jauh lebih sederhana dbndgkn manusia.Kucing juga tangguh dan enggan mengeluh. Betapa tdk, krn kita tdk mngrti bgaimana perasaannya selama hdup dgn kita maupun yg hidup gelandangan.

Keren tulisannya bg muarrif, dapat menceritakan kehidupan kucing dari sdut pandang yg berbeda.

Muarrief Rahmat mengatakan...

Makasih nisa udah BW blog ini

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."