Tampilkan postingan dengan label Terbaru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terbaru. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Maret 2019

Mak Inspirasiku

Kamis, Maret 14, 2019
Saat Mak Menghadiri Wisuda Saya

Sudah setahun Mak tiada. Hari ini, di tahun lalu, 14 Maret 2018, nafas Mak terhenti. Sebulan, setelah Mak datang ke Banda Aceh menghadiri wisuda abang kandung saya, Muhadzdzier. Saya sangat kaget. Betapa tidak, sebulan lalu itu, Februari, saya masih menatap wajahnya. Berbicara, bahkan tidur dalam pangkuannya. Betapa pun usia saya bukan lagi kategori anak, telah dewasa, tapi tidur di pangkuan ibu adalah kehangatan.

Saya teringat, saat di rumah, masa kecil, tidur dalam pangkuan ibu hingga terlelap. Menemaninya menonton televisi, atau saat konflik berkecamuk, rasa takut saya seakan berkurang, jika di samping Mak. Sepeninggal Ayah pada 5 Maret 1999 silam, Mak menjadi tulang punggung kami. Uang pensiunan Waled rasanya tak cukup untuk menghidupi kami semua anaknya. Mak harus mendidik kami. Lima lekaki, tiga perempuan. Bayangkan mendidik delapan anak di suasana sebelum dan sesudah konflik berkecamuk di Aceh, ditambah pasca gempa dan tsunami, bukan hal yang mudah.

Semisal saat kejadian di malam Selasa, kurun waktu di atas tahun 2000-an, pohon kelapa di dekat badan jalan gampong kami ditebang OTK. Suara rongrongan senso menyelinap masuk dalam hati saya. Takut. Itu yang saya rasakan. Saya dan Mak berdiri di depan kios keluarga. Robot warna kuning –bisa diotak-atik menjadi mobil– saya pegang erat. Dan Mak menemani saya. Akibat pohon kelapa yang ditebang itu, mengenai tiang listrik. Seketika listrik seluruh gampong mati. Malam itu begitu mencekam. Saya sangat khawatir bila akan terjadi lagi kontak senjata. Namun, lantaran ada Mak di samping, seolah takut itu menghilang. Saya ada ‘payung’ untuk berteduh dari konfik.

Lain lagi, saat saya dan Mak mengunjungi rumah saudara Mak seibu tapi tidak seayah. Di gampong tetangga itu, kebetulan hari itu ada kenduri keluarga. Jalan setapak di kebun-kebun warga kami lalui. Kawasan perkebunan kelapa itu kami sebut Kuta Baro. Saat dalam perjalanan pulang lagi ke rumah, di pertengahan, hujan menghampiri kami. Mak takut kalau air hujan membasahi kepala saya. Untuk itu, Mak membuat topi dari on keurusong (daun pisang kering berwarna coklat muda). Saya memakainya, rasa senang dibuatkan topi sedemikian rupa. Mak selalu ada cara untuk melindungi saya.

Begitulah Mak melindungi kepala saya. Begitu pula saat Mak memangkas rambut saya dan semua anak-anaknya. Gunting khusus dipersiapkan, pisau cukur juga demikian. Di bangku warna coklat itu, Mak pelan-pelang memangkas rambut saya. Helaian rambut yang jatuh membuat saya geli minta ampun. Entah dari mana, Mak bisa memangkas rambut. Hingga kemudian saya tahu, Mak memotong rambut bukan hanya karena menghemat biaya rumah tangga, tetapi upaya mendekatkan saya dengan beliau. Selama kecil hingga SMA, Mak akan sigap memotong rambut saya. Di pangkas dengan rapi dan penuh kesabaran. Meski menginjak remaja, saya tidak pernah malu jika rambut dipangkas oleh Mak. Jika sudah selesai memangkas, Mak akan berujar begini.

“Kiban nyak, pu jeut lagee nyoe?” (Gimana nak, apa sudah bisa begini?”)

Mak sangat bahagia saat mengetahui saya mendapat juara kelas dan juara umum sekolah. Atau juara lari bendera saat TK, atau pula saat juara tiga menggambar tingkat kabupaten. Lalu Mak akan menceritakan kepada kerabat dan kawan-kawanya tentang saya. Karena demikian, saya pun jadinya terkenal. Mak saya memang setamat sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 Tahun –setingkat SMP masa sekarang– tidak melanjutkan sekolahnya. Tetapi, kepintarannya sungguh luar biasa. Pengetahuannya luas, karenanya, sebelum diantar ke tempat pengajian, Mak yang mengajari kami belajar alif ba ta sa. Atau, selalu peduli Pendidikan anak-anaknya. Alhamdulillah, semua anaknya yang delapan punya ilmu agama dan selesai sarjana.

Pernah suatu ketika, saya agak kesal saat Mak tidak membolehkan saya bersepeda usai Subuh di bulan Ramadan. Dari waktu Subuh hingga matahari menampakkan cahayanya, kami tidak boleh keluar rumah. Abang-abang dan saya diajari Mak mengaji Alquran. Padahal, bersepeda di waktu itu adalah kebahagian bagi saya. Maka, Mak mengajari kami dengan didikan karakternya. Sebab itu, sebenarnya Mak tidak mau anak-anaknya buta Alquran. Maka Mak pun pernah berujar.

“Beu na tingat keu Waled dan Mak. Beuna gata kirem doa-doa dan ayat pendek niet hadiah pahala keu kamoe beuh nyak.” (Ingat Waled dan Mak ya. Kirimlah doa-doa dan ayat pendek, niatkan pahalanya untuk kami ya nak)

Hari-hari saya lalui bersama Mak. Tak terkecuali bila Mak menggarap sawah. Hari libur atau pun sepulang sekolah, jika musim turun ke sawah tiba, sudah pasti saya Bersama Mak. Usai Subuh, nasi pagi dengan lauk sudah tersedia. Minuman dan kue ke sawah juga telah ada. Kami berangkat, bersama Mak menggarap sawah. Dari mulai tanah dipersiapkan, disiapkan bakal benih padi, ditanami, merawatnya, hingga masa panen sudah tiba. Mak mengisi hari-harinya demikian. Bila waktu kosong, terkadang Mak ikut menjadi buruh tani menanami padi orang. Tentu selain mencari tambahan biaya, agar Mak juga punya kawan.

Saya teringat betul, bila masuk masa usia padi siap ditanam. Sehari sebelumnya, Mak mempersiapkan segala penganan. Seperti timphan. Maka, malamnya kami isi membuat timphan bersama. Parutan kelapa yang telah dimasak dengan gula menjadi isi timphan. Maka, saat capai esoknya, rasa manis dan legitnya timphan ditambah segelas air putih, seolah sirna sudah lelah ini. Sebab, dalam seharian itu, kebetulan Mak menyewa buruh tani seharian terus. Jadinya, sekalian lelahnya. Maka, malamnya Mak akan menyuruh abang tertua untuk membeli mie. Itulah cara asik Mak membersamai kami. Oleh sebab itu, Mak akan selalu menasehati kami tentang padi, beras, dan nasi. Menjaganya agar berkah hidup.

“Beu abeih nyak pajoh bu, bek neu boh-boh bu. Hek that tajak u blang.” (Dimakan habis ya nak nasinya, jangan dibuang-buang. Lelah sekali kita bersawah)

Petuah inilah yang membuat saya akan menyantap habis nasi. Hingga kini dan seterusnya. Petuah ini akan saya ajari pula saat saya berkeluarga hingga suatu saat memiliki anak.

Bila panen padi telah usai. Agar sawah tak sia-sia. Mak mengajak kami menanami kacang hijau, kacang kuning, hingga jagung. Pernah suatu ketika, baru beberapa baris bulatan tanah kami isi tiga-empat biji kacang hijau, suara tembakan senjata berduyun-duyun datang. Mak dan saya langsung tiarap. Tanpa alas apapun! Dentuman senjata beruntun itu, membuat saya sungguh takut. Mak juga demikian. Barulah seolah hilang, saat suara tembakan juga hilang. Tetapi, kenangan akan selalu hadir. Ditambah, rombongan pembawa senjata melewati dekat sawah kami, sungguh kekhawatiran bertambah-tambah. Bisa saja, konflik mendekati kami dan nyawa melayang! Tapi, mak meneduhkan saya. Beliau tak panik, tentu doanya selalu hadir bagi saya.

Petir yang kadang datang tidak menentu. Kadang membuat siapa pun kecut. Di sawah, di tempat terbuka itu, petir akan mudah menyambar siapa saja. Langit yang gelap di hari itu, membuat Mak dan kami memutuskan untuk pulang. Khawatir akan terjadi apa-apa. Setiba di rumah, barulah hati Mak dan saya menjadi tenang.

Mak adalah rumah bagi saya, selain rumah dalam kenyataannya. Kampung kami pernah dihinggapi banjir tahun 2002 silam. Rumah dapur dihinggapi air di atas mata kaki. Rumah Mak yang hanya 200-an meter dari sungai, membuat saya khawatir. Bagaiman bila sewaktu-waktu airnya meluap? Tetapi, berada di samping Mak dan meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Air akan segera surut.

Sepulang, dari sekolah, biasanya saya akan membantu Mak memasak. Memotong sayur hingga membantu mengambil kayu-kayu tua dan sabut kelapa sebagai kayu bakar. Begitulah yang membuat Mak senantiasa dekat dengan saya. Apalagi saat tiba bulan Maulid atau bulan Ramadan. Kebahagian itu bertambah, saat menyantap masakan Mak. Kini, semuanya menjadi kenangan.

Mak adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Memiliki nama lengkap Nazariah Binti Abdullah. Di malam Kamis, setahun lalu itu, jam 23.30 WIB Mak meninggal. Pada harinya, Mak dikebumikan berdekatan dengan makam Waled. Di pemakaman keluarga itu, kumandang azan abang tertua, membuat suasana semakin haru. Saya tidak tahu bagaimana sudah perasaan berkecamuk. Antara percaya atau tidak. Tetapi, saya harus ikhlas. Mak menghadap pencipta-Nya. Begitulah Mak bercerita semasa hidupnya. 

Kini tidak ada lagi tempat saya rebahan di pangkuannya. Mencicipi asam u, asam udeung, bu minyeuk, atau masakan terenaknya menghinggapi mulut ini. Atau mendengarnya membalas salam saya saat tiba sepulang dari Banda Aceh. Tidak ada lagi tempat saya menghabiskan malam-malam bercerita dengan Mak. Begitu pula, tak ada lagi tempat saya berbagi kabar bila meraih juara. Suaranya yang khas itu dan senyum mak menyambut saya, tak ada lagi. Hanya doa dari saya dan berharap selalu dapat menjumpainya dalam mimpi. Karena, hanya itu hal yang saya punyai. Setiap kali Mak hadir dalam mimpi, Mak selalu senyum. Dalam sekejap itu, sungguh berarti. Meski Mak telah tiada, Mak selalu menginspirasiku. []

Rabu, 27 Februari 2019

Travelblog.id, Rumah Bagi Traveller, Blogger dan Vlogger

Rabu, Februari 27, 2019
Saat pertama membuka laman travelblog.id, saya langsung terkesima. Betapa tidak, laman website kece ini menawarkan sekumpulan informasi wisata, sekaligus menerima kontribusi dari pembacanya yang diberi ruang khusus. Adalah user.travelblog.id laman khusus yang tersedia bagi siapa saja yang ingin berbagi informasi seputar pengalaman berwisata. Nampaknya, tim travelblog.id yakin betul bahwa ada banyak ruang kosong yang sejatinya diisi oleh traveller. Selain untuk melatih menulis, nyatanya blogger bisa sekalian mempromosikan daerah kunjunganya. lalu, apa saja fitur yang tersedia di laman user.travelblog.id? Mari simak keunggulannya.

Hampir sama dengan laman muka tampilan bagi pengguna blog seperti biasanya. Tapi, yang menarik di sini, laman usernya setelah pemuatan judul, user bisa memanfaatkan ruang ringkasan agar menarik pembaca. Ini semacam sinopsis saat membaca novel. sementara pada deskripsi tulisan, bagi anda yang menyukai menempatkan quote tertentu, anda tinggal memilih menu format lalu blocks lalu blockquote. Ini menjadi senjata pamungkas, sebab quote biasanya akan sangat menarik bagi pembaca. Ini seperti energi tersendiri dari sekian banyak tulisan lainnya.


Laman awal bagi user
Bila artikel telah selesai lalu anda tidak ingin mempublikasikannya dulu, menu artikel draft bisa jadi pilihan. Selain menu artikel pending sangat membantu user ketika ingin menunda publikasi tulisannya. Untuk artikel yang sudah diterbitkan, anda cukup memilih menu artikel dierbitkan. Secara langsung, anda akan mengetahui jumlah artikel anda yang telah diterbitkan.
User dapat memposting tulisannya di laman ini
Tidak hanya untuk blogger, travelblog.id memberi ruang bagi vlogger. Terkadang, berwisata itu rasanya masih kurang bila belum adanya video. Selain dimanjakan dengan mudahnya menerbitkan tulisan, travelblog.id memberi ruang video bagi pengguna. Nah, user dimanjakan lagi dengan submenu seperti video yang sudah bisa terkoneksi langsung dengan akun youtube pribadi anda atau video dari akun youtube ainnya. Anda hanya tinggal menambahkan URL-nya saja. Hampir sama dengan publikasi tulisan, saat membuat video, kita juga diberi ruang ringkasan video, deskripsi video, ditambah dapat memilih kategori video. Bila ingin membuat taggar khusus, Anda juga diberi ruang oleh travelblog.id. Nah, yang paling penting, user juga bisa langsung memasukkan foto-foto seru saat berwisata, sekaligus dengan caption fotonya. Mulai dari kategori, taggar, dan foto, ketiga hal ini juga dapat Anda gunakan saat menulis artikel. Di sini Anda juga dapat menyimpan video di menu video draft, maupun video pending, serta video yang diterbitkan menjadikan kenangan terindah bagi Anda dan pembaca, serta mantan! #eh
Kehadiran laman ini membantu user mengunggah video wisata
Nah, tentu travelblog.id sangat menghargai karya anda baik bagi blogger dan vlogger. Ternyata, travelblog.id memberi reward point bagi tiap tulisan dan video Anda. Artikel atau jurnal perjalanan yang sudah diterbitkan mendapat (+50 poin). Sementara itu artikel video yang sudah diterbitkan akan mendapatkan (+40 poin). Tentu setelah diseleksi terlebih dulu. Bila poin terkumpul banyak, user dapat apa? Tenang, ada sejumlah hadiah menarik menanti user dengan cara menukarkan poin tersebut. Kita tinggal memilih apa yang kita suka, tentu sesuai jumlah poin. Asal rajin-rajinlah menulis travelblog.id.
Tukarkan poin dari tiap postinganmu di sini ya
Anda masih bingung caranya? Tenang, laman Tata Cara Penulisan adalah 'surga' bagi user hehehe. Penjelasan yang terstruktur dan mudah dipahami, membuat user untuk segera menerbitkan tulisan, foto, hingga video. Bila pun user masih bingung, tenang. User tinggal menghubungi pihak travelblog.id di laman Hubungi Kami. Apalagi media sosial baik instagram @travelblogid, facebook @travelblogid, twitternya @travelblogind, dan Youtube TravelBlog Indonesia siap merespon pertanyaan Anda.

Lantas, bagaimana pula fitur yang tersedia pada laman Travelblog.id itu sendiri? Yuk mari simak penjelasan saya berikut ini.

Slide yang muncul pada saat membuka laman webnya, ditambah animasi membuat saya tertarik untuk kenal lebih jauh web kekinian ini. Pada menu laman, kita menjumpai kolom jalan-jalan, kuliner, tips & info, serta seni budaya. Tiap menu itu, saat Anda mengarahkan kursor ke arahnya, langsung ditampilkan sejumlah artikel yang telah diterbitkan. Hanya tinggal mengklik, kita diarahkan ke tulisan yang kita inginkan. Berbeda dengan beberapa website wisata yang masih menampilkan submenu-nya saja. 
Tampilan kece dan kekinian website travelblog.id
Nah, yang membedakan lagi website Travelblog.id dengan website wisata kebayakan, adala bagian menu infographic. Saya selaku desainer grafis, sangat tertarik sekaligus memudahkan siapa saja yang membutukan info singkat tentang paket wisata. Belum lagi, infografis Travelblog.id dibikin kece, pilihan konten, dan font cocok dengan dunia wisata. Apalagi infografis ini salah satunya menampilkan info kalender libur nasional. Inilah yang paling dicari biasanya oleh traveller yang profesinya sebagai pegawai pemerintah  maupun swasta.

Tampilan berikutnya adalah postingan terbaru tulisan berada langsung di bawah slide. Ini memudahkan kita menemukan tulisan terbaru, sekaligus update info. Di sini, ditampilkan empat buah tulisan yang berjejer. Berikutnya, barulah tiap tulisan dipilah berdasarkan jenis kategorinya. Misalnya, jalan-jalan yang merangkum tulisan traveler berkaitan dengan lokasi wisata kekinian maupun yang sudah familiar. Belum lagi, jika kita mengklik tulisan kategor kuliner, sebaiknya siapkan tisu di samping untuk mengelap air liur. Sebab, ada banyak kuliner lezat menggoda mata dan lidahmu. Lalu, bagian tips & info juga mencuri perhatian. Sebagai traveller, sebelum memutuskan untuk berwisata, tak salahnya mencari informasi wisaa terlebih dulu. Lantas, salah satunya adalah tips & info travelblog.id menjadi pilihan cocok.

Tak berhenti pada bagian jalan-jalan, kuliner, tips & info. Travelblog.id sangat menjunjung seni dan budaya. Inilah bentuk nyata dari travelblog.id mempromosikan wisata dalam  negeri agar tetap dilirik wisatawan asing maupun dalam negeri. Tertarik mengetahui seni & budaya apa saja yang dijabarkan Travelblog.id? Klik saja seni & budaya.

Rasanya, tak cukup bila saya tak sebutkan apa saja kelebihan website Travelblog.id ini. Inilah kelebihan menurut versi saya.

1. TravelBlog.id adalah sarana blog travel dan wisata yang menyediakan tempat bagi para traveller dan wisatawan untuk saling berbagi jurnal dan pengalaman secara online dan gratis.
2. Menampung setiap tulisan baik jalan-jalan, kuliner, seni & budaya, serta tips & info wisata.
3. Siapa saja dapat memposting tulisannya dengan mendaftar sebagai user.
4. Diberikan poin dari tiap tulisan. Nantinya bisa ditukar dengan hadiah yang diinginkan.
5. Mudah untuk dibaca dan dipahami siapa saja. 
6. Website yang go internasional, hadir dalam versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
7. Keseluruhan tampilan tata letak website, rapi. Inilah bentuk keseriusan tim dalam mengelola website.

Kurang lengkap nampaknya, bila saya tak menjabarkan manfaat Travelblog.id. Jangan beranjak dari kursi Anda dulu. Simak ulasan dari saya.

1. Website wisata yang membantu pemerintah mempromosikan gratis wisata Indonesia sekaligus menggenjot kunjungan wisawatawan.
2. Mendukung literasi wisata ditandai dengan adanya bonus bagi penulis.
3. Mudah diakses baik via PC maupun smartphone.
4. Terbuka kesempatan bagi masyarakat berbagi info wisata
5. Wadah kenalan sesama traveller, blogger, vlogger, dengan pembaca.


Tulisan ini diikutsertakan dalam #TRAVELBLOGIDREVIEW

Jumat, 15 Februari 2019

Rumah Kaca Menghalau Cuaca

Jumat, Februari 15, 2019

“Ikon Fakultas Pertanian itu rumah kaca. Di sini kita hasilkan model tanaman yang terkontrol untuk kemudian diterapkan di lapangan.”

Penjelasan itu disampaikan Kepala Laboratorium Fakultas Pertanian Unsyiah, Ir. Cut Nur Ichsan, M.P., saat ditemui Warta Unsyiah di ruang kerjanya. Selama ini, rumah kaca dimanfaatkan untuk melihat tingkat ketahanan tanaman saat fase kekeringan. Jika tanpa rumah kaca, maka penelitian tanaman dapat terganggu, terlebih lagi di musim hujan.

Saat ini, Fakultas Pertanian memiliki dua rumah kaca yang berbeda fungsi. Rumah Kaca I yang diresmikan Rektor Unsyiah pada tahun 2015 lalu, berfungsi untuk menguji tanaman. Semua tanaman yang diuji diformulasikan di dalam rumah kaca, terutama untuk melihat asupan air tanamannya. Sedangkan Rumah Kaca II yang diresmikan tahun 2017, dimanfaatkan untuk mencegah efek global warming.

Cut Nur Ichsan mengatakan rumah kaca digunakan untuk mengatur suhu, sehingga memudahkan kegiatan penelitian. Saat ini, pengguna rumah kaca terbilang tinggi. Bukan hanya digunakan peneliti Fakultas Pertanian, tetapi juga dipakai oleh mahasiswa antar fakultas, lintas universitas, bahkan pemerintah daerah.

“Kita sangat terbuka bagi siapa pun, sebab universitas harus berkontribusi bagi masyarakat luas,” ujarnya.


Secara struktur bangunan, rumah kaca memiliki ketinggian 4,5 meter. Ketinggian ini dimaksudkan untuk menampung banyak udara. Semakin tinggi ruangan, udara semakin banyak dan suhu semakin baik. Tidak hanya ketinggian bangunan yang menjadi fokus utama, fungsi jaring di bagian atas rumah kaca juga berguna untuk mengatur suhu dan menghambat hama burung yang dapat merusak tanaman. Rumah kaca juga dilengkapi dengan kolam air untuk menyiram tanaman. Hal ini untuk memudahkan para peneliti saat bekerja.

“Kita juga tempatkan kipas angin agar sirkulasi udara di dalam dan di luar sama.”

Banyak jenis tanaman yang diteliti di rumah kaca. Bukan hanya tanaman pokok saja, tetapi juga tanaman lainnya. Seperti pohon tin yang ditanam beberapa bulan lalu. Pohon ini digunakan para mahasiswa untuk meneliti kultur jaringan. Selain itu, juga ada penelitian bidang mikoriza untuk membantu kelembapan tanah. Jika penelitian ini berhasil di rumah kaca, nantinya dapat diterapkan di kebun.

“Prinsip rumah kaca ini untuk mengontrol keadaan lingkungan. Supaya sesuai dengan treatment kita, misalnya kekeringan, temperatur, kelembapan, hingga radiasi matahari.”

Cut Nur Ichsan menambahkan, rumah kaca menghasilkan formulasi bagi pratikum di lapangan. Contohnya pembibitan sigupai−padi lokal Aceh−yang diteliti untuk memperpendek masa panen. Selain itu juga ada super green rice varietas Unsyiah yang menggunakan sedikit pupuk buatan. Direncanakan hak paten padi ini akan didaftarkan.

Ada juga pengembangan super fruit sebagai sumber anti oksidan untuk membantu masyarakat mendapatkan bibit tanaman yang dapat dikembangkan di pekarangan rumah. Tanaman ini dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti penggunaan gadget, laptop, hingga polusi udara. Hadirnya super fruit ini diharapkan membentuk pola hidup yang lebih baik, sehingga dapat menyehatkan tubuh dan lingkungan.


Selama ini, pratikum yang dilakukan di laboratorium rumah kaca maupun di kebun percobaan mencakup 30 mata kuliah dari berbagai prodi di Fakultas Pertanian. Setiap tahunnya, tercatat 100 mahasiswa melakukan penelitian baik dari Fakultas Pertanian maupun fakultas lainnya. Sementara untuk penelitian dosen, tercatat 20 penelitian setiap tahunnya. Rumah kaca juga melayani visitasi akreditasi untuk semua program studi di Fakultas Pertanian Unsyiah, baik jenjang sarjana, magister, maupun doktor.

Saat disinggung harapannya kepada mahasiswa dan sarjana Fakultas Pertanian, Cut Nur Ichsan berharap mereka tidak malu menjadi petani berbasis ilmu pengetahuan. Kemampuan yang mereka dapatkan selama di bangku perkuliahan, dapat digunakan untuk berinovasi menghasilkan produk baru pertanian.

“Mereka harus dapat menformulasikan ilmunya agar menjadi nilai tambah bagi dirinya dan petani,” harapnya. ()

Rabu, 09 Januari 2019

Wajah Baru Pantai Pasir Putih Aceh Besar

Rabu, Januari 09, 2019

Beruntung sekali Aceh sudah damai dari konflik sejak tahun 2005 lalu. Masyarakat Aceh dan luar Aceh semakin mudah menjelajahi keindahan alam Aceh. Tentu, imbas damai ini tidak hanya untuk masyarakat di Aceh. Kini, traveler luar dan dalam negeri seolah 'menyerbu' Aceh dalam tiap kunjungannya. Saat pertama mendarat di Aceh, biasanya mereka akan lebih dulu mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh. Wisata religi memang memiliki pemikat utama bagi turis muslim dna bahkan non muslim. 

Aceh memiliki garis pantai yang panjang dan eksotik. Siapapun yang melintasi garis pantai utara hingga barat selatan akan memuji keindahannya. Salah satunya adalah garis pantai di Aceh Besar memiliki keunikan sendiri. Sebut saja tempat wisata laut dan pantai Pasir Putih Lhok Mee.

Berawal dari sebuah postingan teman, saya dan istri sepakat menikmati liburan awal tahun. Dalam perjalanan kami menikmati alam, serta melewati perkampungan nelayan. Jarak satu jam dari Kota Banda Aceh rasanya tak menjadikan lelah selama perjalanan. Saya pertama menginjakkan kaki ke pantai ini, saat silaturahim mahasiswa kampus. Lalu berlanjut, saat bersama teman organisasi kepenulisan.

Sesampai di sana, ternyata benar. Pantai Pasir Putih yang bersebelahan langsung dengan lokasi wisata Bukit Lamreeh itu, sudah berbeda penampilannya. Beberapa tahun sebelumnya, saya belum mendapati tempat santai nan teduh seperti saat ini. Pondok-pondok yang disediakan menambah pantai ini nan eksotis. 

Di pondok ini, kita bisa memakai gratis. Bagi yang ingin memesan makanan dan minuman akan lebih baik. Sekaligus membantu perekonomian warga setempat. Kalau melihat perubahan tempat lesehannya, seolah kita liburan luar negeri. Tapi, ternyata di Aceh. Yeay... makin cinta sama Indonesia. (*sambil kibar bendera merah putih)

Tak jauh dari pondok ini, kami dimanjakan oleh jembatan berbentuk 'love' menghampiri kami. Kayu yang kuat menampung sebanyak 25 orang itu, dibuat menyatu dengan alam pantai. Seperti kita tahu, ciri khas utama Pantai Pasir Putih di sini adalah ditumbuhinya pepohonan di pinggiran pantai. Serasa mustahil rasanya. 


Bersama kekasih, saya melewati jembatan cinta ini sambil merayakan cinta. Kekuatan cinta ini makin tumbuh wkwkwkw 😜

Ternyata, semua perubahan ini adalah bikinan kece Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (Kemenpar RI) melalui Pesona Indonesia yang memang sedang giat-giatnya menggalakkan #pesonaindonesia dan #wonderfullindonesia agar tidak hanya dilirik oleh turis lokal. Namun, juga dilirik oleh turis mancanegara. 


Nah, buat teman-teman, ayo pastikan liburan pada lokasi yang tepat. Pastikan dengan wajah ceria dan suasana hati yang happy agar beban hidup terasa ringan. Ajak orang terkasih agar merayakan kebahagian bersama. []

Catatan:
Tulisan ini adalah kepanjangan dari caption setelah memenangkan Lomba Bercerita Kementerian Pariwisata Republik Indonesia tanggal 9 Januari 2019.

Senin, 03 Desember 2018

Membedah Cerpen Guntur Alam 'Kue Itu Memakan Ayahku'

Senin, Desember 03, 2018

Ilustrasi Cerpen Koran Kompas edisi Minggu 5 Maret 2018 karya Amrizal Salayan

Kali ini berbeda. Guntur Alam (GA) punya latar cerita lain pada cerpen Kue Itu Memakan Ayahku, dimuat KOMPAS (4/3/2018). Biasanya GA menulis cerpen dengan kisah kehidupan adat masyarakat, terutama latar masyarakat Sumatera Selatan, tempat GA lahir.

Cerpen Kue Itu Memakan Ayahku menarik dibaca semua kalangan, terutama keluarga, pimpinan kantor, bahkan wajib bagi politisi! Dalam cerpen ini, GA nampaknya menisbatkan kue sebagai anggaran. Tokoh utama yang bertindak sebagai Ayah adalah akuntan, tapi sayang, di kantornya dia hanya menjadi pemotong kue.

Ayah bercerita kepada anaknya, kalau dia sangat menyukai kue buatan ibunya. Terutama kue bolu nanas. Namun, istrinya tidak bisa membuat kue senikmat buatan ibunya. Si Ayah bergeming. Bahkan Ayah yang awalnya menyukai kue, akhirnya takut untuk memakanya. Dengan dalih dia takut kalau kue itu akan balik memakannya.

Saya melihat bahwa, diksi kue ingin dinisbatkan GA tidak hanya kue dalam bentuk uang, tapi memang nyata kue asli. Si Ayah yang ahli memotong kue di kantor, ketika berhadapan dengan kue asli di rumah, jadinya takut. Sebab pada kalimat “Bahkan kue yang ayah potong-potong di kantor itu telah membunuh banyak orang.”

Jika kue ini dianggap sebagai anggaran dewan, pembagian jatah sesuai asas keadilan menurut versi mereka. Semua punya kepentingan. Seolah punya hak leluasa dalam memotong dan memilah anggaran. Jika salah potong, menyengsarakan rakyat jelata yang tak lagi jelita. Contohnya, sekolah rusak, rumah ibadah terbengkalai, fasilitas kesehatan mengkhawatirkan, kemiskinan bertambah tiap tahun, pengangguran apalagi. Ini semua adalah eses dari potongan kue anggaran yang kacau.

Pada kalimat “Kulihat wajah Ayah, bola matanya telah hilang. Kepalanya terbelah, otaknya kosong. Kulihat dadanya. Ada bolong besar. Jantung dan hatinya telah raib.” Nampaknya GA ingin mengatakan bahwa, jangan salah dalam memotong kue anggaran. Ini akan berimbas pada hilangnya akal budi, pandangan mata melupakan kepetingan rakyat kecil, dan tak lagi berhati-hati memakai hatinya, artinya si Ayah tak punya hati!

Selain itu, kalimat di atas dapat dimaknai pula kalau orang yang hidup dalam kenikmatan sesaat, meraup kesenangan pribadi, ujungnya sebelum dia mati, biasanya akan dihinggapi penyakit. Bisa saja geger otak, kanker hati, mata katarak, atau bahkan serangan jantung!

Di lain kondisi, si Ayah sebenarnya sudah tak tahan lagi dengan kondisinya sebagai pemotong kue. Dia merasa menjadi alat orang lain bagi anak dan istrinya. Dulunya apa pun bisa diceritakan di meja makan. Kini ayah berbeda. Terutama saat cerita rumah sekolah ambruk yang baru di bangun setahun lalu. Si Anak terheran-heran, apa pasal kue yang dipotong Ayah bisa menyebabkan sekolah ambruk. “Itu karena kue yang ayah potong-potong”, lalu dilanjutkannya dengan kalimat “Kelak, kalau kau sudah besar akan paham.”

Kita tentu tahu, rumah sekolah baru dibangun lalu roboh lantaran material bagunan yang dipakai bukan material semestinya. Apalagi, ada banyak kasus korupsi menjerat pencuri uang negara akhirnya terpenjara, karena memainkan anggaran pembangunan gedung sekolah, salah satunya.

GA berhasil memainkan perannya dalam hal semisal pemotong kue lalu digambarkan sebagai pelaku korupsi. Meski GA sendiri tak satupun menyebut kata korupsi dalam cerpennya. Dibumbui dengan tanda tanya (?) di tiap adegan, membuat orang makin bertanya-tanya ke mana maksud tujuan cerpen ini.

Betapa pun cerpen ini berhasil memainkan isu, di paragraf kedua, GA nampaknya keliru menuliskan kata ‘fotocopy’. Padahal dalam Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jelas-jelas kata baku adalah ‘fotokopi. Pada paragraf delapan, kalimat ini kurang logis “Mula-mula, kue itu memakan otak ayah. Kemudian mata, lidah dan mulut.” Kalimat ini diutarakan si Ayah kepada anaknya. Bagi saya, GA tidak berhasil mencerminkan kalimat logis. Sebab, mana mungkin orang yang sudah tak memiliki otak masih dapat hidup. Tanpa lidah dan mulut bagaimana si Ayah berbicara dengan anaknya.

Cerpen dengan latar korupsi layak punya tempat. Indonesia negara besar, seolah menjadi pejabat negara, tanpa mencuri uangnya adalah hal tabu. Maka berbondong-bondong politisi maupun calon politisi memakan kue potongan itu. tak penting kue itu dari mana, asal kenyang selesai perkara. Masih mau makan kue anggaran?

Rabu, 21 November 2018

Saatnya Mencintai Lingkungan

Rabu, November 21, 2018
















Manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki peran penting sebagai penyeimbang di segala kebaikan, tidak terkecuali bagi alam semesta. Seorang muslim pasti mengerti, tanpa mencintai alam, maka ia belum menjurus kepada upaya mencintai Allah Swt dan Rasulullah Saw. Sebab mencintai alam dan lingkungan merupakan bagian dari ibadah.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Wakil Dekan FMIPA Unsyiah Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr.rer.nat Ilham Maulana, S.Si., saat diwawancarai Warta Unsyiah beberapa waktu lalu. Ilham menjelaskan, seorang muslim cenderung memahami ibadah hanya di seputar puasa, salat, haji, dan berbagai kegiatan sejenisnya. Sementara menjaga ketertiban dan lingkungan jarang dianggap sebagai ibadah.

“Banyak yang menganggap bahwa melanggar lampu lalu lintas, membuang sampah sembarangan, atau merusak lingkungan tidak dianggap sebagai dosa,” ujar doktor lulusan University of Leipzig, Jerman ini.

Maka tidak heran, menurut Ilham, banyak orang yang rajin ibadah, tetapi lingkungannya kotor. Bahkan terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana.

“Padahal Allah juga menyoroti pemeliharaan lingkungan sebagai catatan pahala, atau merusaknya sebagai dosa.”

Hal ini seperti firman Allah Swt dalam Surat Ar-Rum ayat 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Beberapa waktu belakangan ini, kita dikejutkan dengan dibunuhnya gajah jinak bernama Bunta di Aceh Timur. Mereka mengincar gadingnya. Padahal selama ini, Bunta dikenal akrab dengan manusia. Bahkan, ia menghalau gajah liar agar menjadi tenang.Ustaz Masrul Aidi, Lc., dalam pengajiannya pernah menyebutkan, konflik antara gajah dan manusia cenderung muncul dari kekeliruan manusia yang tinggal di jalur migrasi gajah. Setiap tahun, gajah akan menempuh perjalanan jauh dan kembali lagi pada jalur yang sama. Sementara gajah tidak berniat merusak perumahan dan kebun warga. Mereka hanya bereaksi atas aksi manusia.

Pimpinan Dayah Babul Magfirah, Aceh Besar, itu juga berpesan agar keseimbangan alam dan manusia sepatutnya dijaga. Ia memberi contoh semakin maraknya babi yang merusak kebun warga. Ini disebabkan karena populasi harimau di hutan berkurang akibat diburu oleh manusia.

“Balasan Allah sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Jika baik, maka baiklah. Begitu juga sebaliknya.”

Ia menambahkan, dampak dari kerusakan lingkungan bagi manusia juga dijelaskan di
Alquran Surat Al An’Am ayat 44, “Manakala penduduk negeri itu telah mengabaikan peringatan kami. Barangsiapa berpaling berzikir kepadaku, maka hidupnya sempit.”

Terkadang manusia pongah merusak hutan dan lingkungan hanya mengejar nafsu duniawi. Padahal alam dan manusia merupakan dua sumbu yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Andai dua sumbu ini saling jalan beriringan, maka manfaat besar akan dirasa. Daripada hidup sengsara, kenapa tidak manusia dan alam bersinergi dalam kebaikan. (mr)


Sabtu, 11 November 2017

Sail Sabang 2017 yang Menawan

Sabtu, November 11, 2017

Sekali waktu, kakak saya bercerita kunjungan kerja temannya dari Jakarta. Seusai menyelesaikan tugas negaranya itu, si ibu langsung minta diantarkan ke pelabuhan Ule Lheue, Banda Aceh, untuk menuju pelabuhan Balohan, Sabang. Sudah menjadi kegiatan rutin, si ibu tersebut kebelet tetap ingin ke Sabang meskipun pergi untuk sekian kalinya.

Ibu itu meresapi dengan dalam tiap hal yang menarik mata. Sabang baginya menjadi rumah kedua,  pelepas lelah kerja di ibukota negara. Sampai-sampai saking senangnya di Sabang, si ibu itu tak sadar bahwa kapalnya yang akan menuju ke Banda Aceh sudah duluan berangkat. Si ibu ketinggalan kapal cepat! Berupaya mencari kapal lambat yang hanya berangkat dua kali dalam sehari, pun tak ada. Sementara besoknya, si ibu itu harus sudah ada di Jakarta. Hari Senin masuk kerja!

Mulailah ibu ini memutar otak mencari alternatif penyeberangan. Teringat olehnya kapal nelayan yang menyeberang ke Pulau Aceh berkat info yang di dapat dari temannya. Karena lobi-lobi, akhirnya si pemilik kapal mau memberangkatkan si ibu itu hingga tiba ke Banda Aceh. Tapi, dengan bayaran mahal. Tak banyak ambil pusing, si ibu langsung deal dengan pemilik kapal. Bila tidak, bisa saja dia tidak akan tiba pada Senin-nya di Jakarta. Begitulah, ‘kegilaan’ orang-orang kepada Sabang.

Barangkali, si ibu ini akan semakin berbinar, jika tahu kini Sabang semakin berbenah. Kegiatan Sail Sabang 2017 misalnya yang akan diadakan pada 28 November – 5 Desember, akan dimeriahkan beragam kegiatan. Sebut saja Sabang Fun Bike, Aceh Fun Dive, Sabang City Tour, Coffee & Cullinary Festival, Paramotor Show, Blogging Competition, hingga International Yacht Rally. Para yachter dunia akan berada di Sabang. Jika tahun-tahun sebelumnya, Sail Indonesia hanya diikuti 40-50 yachter, tahun ini mengalami penambahan.

“Sudah ada 100 peserta yachter yang akan mengikuti Sail Sabang 2017,” kata Reza Fahlevi, Kadisbupar Aceh saat membuka Flash Blogging, Sabtu (11/11) di Hotel Kartika, Banda Aceh.

2015 lalu, pergi kedua kalinya ke Sabang, saya baru pertama kalinya menyaksikan yachter. Berlabuh di dekat Pulau Iboih, pemilik kapal yang berasal dari luar negeri tersebut sedang menikmati indahnya eksotika Sabang. Konon lagi, karena kelamaan menepi di sana, kabar angin menyebut si pemilik kapal sedang menenangkan hati setelah bertengkar hebat dengan kekasihnya. Dia memilih Sabang, artinya ada sesuatu ketenangan yang didapatnya. Saya berharap, yachter yang galau merana itu kembali lagi untuk mengikuti Sail Indonesia yang kali ini diberi nama Sail Sabang. Apalagi, bisa saja ajang ini mempertemukan dirinya dengan pasangan hidupnya kelak.

Tak hanya untuk orang luar Aceh, kemeriahan Sail Sabang pun merebak di media sosial. Sebuah postingan di akun instagram ternama dengan memiliki berpuluh ribuan pengikut rutin memposting daya tarik wisata Sabang. Saya sangat senang, saat melihat tugu nol kilometer Indonesia sudah bisa dinikmati masyarakat. Bentuknya sudah jadi dengan ciri khas angka 0 (nol) itu. Kalau tahun 2015, saya hanya bisa melihat bentuk kasarnya saja. Sementara sekarang, saat mengetik tangggal #sabang #wisatasabang atau #tugunolkilometersabang akan banyak sekali postingan tentang keindahan tugu tersebut. Tentu, tugu ini akan menjadi daya tarik nomor wahid di Sabang. Betapa tidak, tugu ini semacam menjadi ‘foto wajib’ kalau ke Sabang.

Selain foto keindahan Sabang dengan pemandangan alamnya itu, pemerintah pun sudah membenahi jalan. Sebuah postingan foto instaragam tentang suasana jalan di Sabang memberikan bukti nyata, jika dulu jalan tak dihiraukan, kini berbenah menyambut turis. Jalan di  lokasi wisata pada tengahnya sudah dicat garis warna kuning, di sampingnya di cat garis putih. Pemenuhan fasilitas seperti ini sangat penting. Agar menunjukkan keseriusan menggaet wisatawan untuk bidang transportasi wisata. Apalagi, kini Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah menggandeng mitra transportasi. Perubahan ini menjadi penting agar turis tak kocar kacir mencari mobil atau taksi saat menikmati destinasi keindahan Sabang. ()



Sabtu, 19 Agustus 2017

Bahagia Jadi Blogger, Meskipun Blog ‘Meujeulabah’

Sabtu, Agustus 19, 2017



Betapa bahagianya saat ngeblog.  Bisa menularkan semua hal yang sifatnya informatif. Semasa masih mempunyai alamat blogspot, berupaya rutin menulis. Mulai ngeblog sejak 2010, mencoba menulis semenarik mungkin. Meskipun hal tersebut sungguh alay dan kekanakan jika dibaca kembali sekarang. Mulai suka ngeblog jika disukai pembaca. Semacam bangga, bahwa saya mampu menularkan hal positif di tiap tulisan.

Duit yang keluar untuk membeli domain, hosting, dan biaya desain web, bagi saya adalah hal lumrah. Jika ingin mengubah sesuatu, maka blog juga harus dibikin menarik dan asik untuk dilihat, apalagi dibaca. Semangat saya bertambah setelah jadi dotcom itu. Berkat pancingan dari kawan-kawan, arifsalda.com melalangbuana sejak setahun silam. Sebelum menjadi dotcom, saya bahagia saat mengetahui bahwa blog saya dikunjungi oleh orang dalam hingga luar negeri. Walau pun mereka bisa saja salah pencet.

Hal menggemberikan lainnya adalah teman dekat saya mulai rutin ngeblog. Tiap hari semasa kuliah, saya rutin jadi agen kompor gas. Tugasnya, saya komporin dia untuk mulai ngeblog  dan lupakan mantan!

Kawan saya tersebut, rutin menulis review buku hingga film fantasi. Berhubung, antara saya dengan dia memiliki kiblat bacaan yang berbeda. Saya menyukai novel roman, sementara dia novel fantasi. Meskipun perbedaan mazhab bacaan yang signifikan itu, usaha saling menyemangati tak hentinya. Kamisaling bertukar pikiran. Malah ketika dia lebih produktif ngeblog, saya sebaliknya. Kawan saya ini sudah pernah jadi Juara III Nasional dan mendapatkan bonus 4 jutaan.

“Rif, uang ini bisa aku pake buat bayar utang hahaha,” katanya.

Rupanya, blog saya makin meujeulabah (Bersarang laba-laba). Kawan saya selalu memotivasi untuk ikut lomba blog. Wajar, karena dia pun sadar sebab blog saya meujeulabah-nya luar biasa. Setelah memenangkan lomba blog, dia rajin ngeblog meskipun tak juara. Selain untuk ikut lomba blog, teman saya itu juga menulis tentang isu-isu kekinian. Yang paling saya suka, dia mampu membuat poin-poin tertentu dari ide yang ditulisnya.

Kebahagian lainnya, saat mengompori abang kandung saya buat ngeblog. Sebab, sebelum jadi blogger, abang saya sudah melalang buana menjadi penulis koran. Tulisannya beragam, cerpen, puisi, esai, dan opini. Blog-nya pun telah menjadi pembaca tetap. Sebab abang saya rajin promosi – agak narsis juga sebenarnya – di media sosial. Nampaknya, dia sangat sadar kalau blogger itu dunianya artis. Ya bukan harus main film juga, semisal terkenal di warung-warung kopi sekitaran Banda Aceh saja sudah kebahagian yang tak terkira.
Blog saya memang meujeulabah

Kata ini saya populerkan saat memperingati hari blogger tahun silam. Banyak respon karena kata tersebut. Semisal “Rif, abang mau rajin ngeblog lah. Takut meujeulabah kayak blogmu,” timpalinya sambil ketawa ngakak. Inspiratif kali kan kalau jadi blogger, meskipun blog saya meujeulabah!



Jumat, 18 Agustus 2017

Langkah yang Harus Ditempuh Agar Menjadi Youtuber

Jumat, Agustus 18, 2017

Orangnya ramah. Itu yang saya lihat dari karakter Muhammad Hanif Hasballah. Putra asli Pidie, Aceh itu menjelaskan dengan runut perihal dunia vlog yang mulai digelutinya setahun belakang. Kebetulan, Sabtu sore (19/8) saya lebih cepat hadir dari biasanya. Bahagia ketika tiba-tiba didampuk menjadi moderator sesi Kelas Menulis “Vlogging Itu Asik”, bikinan teman-teman FLP Banda Aceh.

Pemilik nama akun instagram @emhanief memulai kelas dengan mengenalkan vlogger internastional, dialah Casey Neistat. Padanya, Hanif berguru vlog online. Untuk deretan vlogger nasional, deretan nama yang dikenalkannya, Agung Hapsah, Arief Muhammad, Ria Ricis, Gita Savitri, hingga Raditya Dika. Nama tadi menjadi referensi calon magister salah satu universitas ternama di China itu untuk membuat vlog pribadinya.

“Vlog cepat tumbuh karena anak muda indonesia suka dengan video, ketimbang membaca buku,” ujar Hanif.

Saat mendengar Agung Hapsah, saya teringat dialah anak muda berusia 18 tahunan yang diundang khusus Presiden Jokowi untuk bareng satu pesawat kepresidenan dalam satu kunjungan kenegaraan itu. Setelahnya, Agung Hapsah juga diundang pada acara Kick Andy Show. Dia memberi inspirasi bahwa, anak muda harus menularkan hal positif melalui konten vlog.

Setelah sesaat wajah Agung Hapsah muncul dan vlogger nasional lainnya, pada slide presentasinya itu, abang kandung Muzammil Hasballah – Imam Muda yang heboh berkat youtube – menyebut kata vlog berasal dari kepanjangan “Video Blog”.

“Video Blog (Vlog) adalah bentuk video rekaman aktivitas pribadi. Yang sifatnya informatif”, ujar alumni Fakultas Teknik Unsyiah itu lagi.



Tentu, ngevlog memiliki ragam manfaat. Semisal, mampu membagikan apa yang kita punya untuk orang lain. Terutama dituntut mampu mengasah kreativitas, ditambah terbentuknya personal branding.

“Saya paling suka karema membangun relasi. Kalau menghasilkan uang, ya Alhamdulillah hehehe,” kata pemilik vlog dengan nama Muhammad Hanif Hasballah.

Vlog juga memberi manfaat sebagai media promosi, Hanif mengatakan bahwa jangan jadikan sebagai penghasilan utama, karena bisa saja perusahaan penyedia vlog, bangkrut. Laman vlognya setelah setahun sudah telah di-subscribe sebanyak 3316 subscriber dengan jumlah video sebanyak 32 termasuk video pernikahan adik kandungnya yang heboh sejagat.

Hanif memulai debut vlog saat menempuh studi magister di China. Vlog pertamanya bahkan dibuat dengan handphone. Berkat bantuan Akbar Rafsanjani membantu editing, Hanif memberanikan diri membagikan videonya itu yang diberi nama “Study in China” yang telah ditonton sebanyak 4506 kali.

Jika membuka laman vlog-nya itu, saya kagum karena Hanif bukan hanya menampilkan negara orang. Hanif ingat betul negaranya. Seperti saat menonton video pernikahan adiknya yang kental budaya Aceh. Belum lagi video terbarunya menceritakan tentang tampilan baru Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang kini telah memiliki 12 payung itu.

Menariknya, Hanif tak sungkan membagikan tips membuat vlog. Diantaranya, kita harus memiliki peralatan (boleh HP, kamera digital, DSLR) hingga persiapan.

“Yang paling penting kita punya konsep yang jelas. Bagian editing biasanya juga menguras tenaga yang lumayan. Nah akhirnya tinggal upload dan share. Yang paling susah membuat video adalah konsisten. Harus tahan jenuh, sebab butuh waktu untuk melahirkan video.”

Adobe Premire Pro, Filmora, Kinemaster (untuk HP) adalah deretan aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat/mengedit video. Tak menutup kemungkinan, dengan adanya aplikasi ini memudahkan vlogger. Sepertinya halnya menulis, Vlog juga hampir sama dengan Blog. Bisa fokus ke bidang tertentu.

“Tapi gak menutup kemungkinan, memvideokan bidang lain,” sebutnya saat menjawab salah satu pertanyaan peserta.

Pertanyaan lainnya menanyakan konten apa yang menarik dibagi untuk Indonesia? Hanif pun mengatakan, bahwa ngevlog bukan melulu harus tentang negara orang, harus ke luar negeri dulu. Tapi bisa membagikan hal positif di Indonesia. Menurutnya, vlogger Indonesia keren-keren. “Sebab, ngevlog dapat dilakukan dari hal biasa menjadi luar biasa,” Hanif menyemangati.

Kehadiran Akbar Rafsanjani, turut memotivasi Hanif menceritakan awal mula dia mulai menyukai vlog. Akbar yang merupakan videografer dengan akun youtube Rio De Jaksiuroe itu membenarkan bahwa Hanif awalnya belajar darinya. Di akunnya itu yang telah berjalan setahun lebih dengan pembicara utama (semacam ala-ala reporter) Riazul Iqbal.

“Kami ingin mempromosikan wisata di Aceh, khususnya Pidie. Potensinya luar biasa, hanya saja gak digarap dengan bagus. Saya beruntung jumpa dengan Rio, karena saya basic-nya video, Rio mahir bicara,” bebernya di sore itu.

Rio – sapaan familiar Riazul Iqbal – mengiyakan isi perkataan Akbar. Dia menuturkan, setelah videonya dibagikan, akhirnya viral. Kini masyarakat mulai tahu lokasi wisata yang sebelumnya tersimpan rapi dalam hutan-hutan pedalaman Pidie. Saya (Muarrief) kagum, padahal Tim Rio De Jaksiuroe ini tanpa mengikuti ajang pemilihan Duta Wisata, sudah berbuat. Tanpa lebel, mereka bekerja untuk daerahnya. Salut!


Akhir sesi, Hanif memberi pesan dalam bahasa Inggris yang saya gak tahu artinya (edisi syurhat). “The expert in anything was one a beginner,” pungkasnya. []

Makasih Bang Hanif atas sharing ilmunya

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."