Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juni 2016

Bolu Delapan Jam: Memaksakan Cinta, Kemudian Menenggelamkannya!

Rabu, Juni 22, 2016
pixabay.com
Cerpen “Bolu Delapan Jam” karya Guntur Alam yang dimuat oleh KOMPAS pada 23 Agutus 2015 lalu menarik untuk dibaca. Selaku pembaca cerpen Guntur, beberapa tulisannya sering terinspirasi dari lingkungannya. Keadaan daerah setempat ini membuat cerpennya sering dimuat koran KOMPAS. Kali ini, cerpen “Bolu Delapan Jam” mengambil sudut pandang drama keluarga. Tentang pemaksaan cinta dan tentang rencan ‘pembunuhan’ rasa cinta dengan aktivitas yang pasti. Beberapa catatan berikut, hasil uraian saya setelah membaca cerpen Guntur, dalam dunia sastra, dibutuhkan kritik sastra. Dikarenakan, tanpa kritik yang membangun karya, maka kita hanya akan mendapati karya-karya yang monoton.

Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan seorang ibu yang hidup menderita suatu penyakit. Ibu berencana meracuni suaminya, yang merupakan orang yang telah melukai batinnya selama ini. Itulah sebabnya, si suami pun ingin membunuh istrinya dengan bolu delapan jam. Delapan jam semacam pengingat untuknya. Setiap Lebaran, si Antoni yang merupakan pacar si Ibu masa muda dulu akan pulang kampung dan bolu delapan jam melebarkan jurang kembali antara aku dan Antoni.
Hal yang menarik untuk dibahas diantranya yang membuat saya bingung di kalimat ini pada paragraf ketiga:
“Apa kau tahu kenapa aku menggunakan dua puluh butir telur bebek untuk adonan ini?”
Aku menggeleng. Dalam resep bolu delapan jam yang ibu tuliskan untukku seharusnya ibu menggunakan dua puluh dua butir telur bebek dan dua butir telur ayam. Namun, ibu menggunakan hanya dua puluh butir.

Awal kalimat ini sebenarnya sudah menjelaskan bahwa Ibu menggunakan 20 butir telur bebek, namun pada akhir kalimat di paragraf berikutnya, si anak menjelaskan kembali bahwa ibunya menggunakan 20 butir telur bebek. Ada pengulangan kalimat yang sama pada paragraf berikutnya, padahal secara tidak langsung pembaca juga sudah tahu bahwa ibu menggunakan 20 butir telur bebek.
Masih ada sambungan paragraf diatas. Coba kita simak kalimat dialog di paragraf yang lain:
Hal yang membuatku menelan ludah, dua butir telur ayam berikutnya ibu masukkan langsung ke dalam adonan.

Di atas sebenarnya sudah dijelaskan ibu menggunakan 20 butir telur bebek. Namun, disini kenapa ada tambahan 2 butir telur ayam lagi ya? Kalau dijumlahkan jadinya 22 butir telur. Apakah maksud kalimat di atas“Namun, ibu menggunkan hanya dua puluh butir”. Pada kalimat itu juga tidak disebutkan, apakah 20 ini sudah ada telur bebek 18 ditambah 2 telur ayam?

Jika kita telusuri pada kalimat tentang gula pasir:
“Gula pasir.” Ibu menunjuk 420 gram gula pasir yang ada di atas meja.
Bagaimana si anak tau bahwa gula pasir itu, takarannya 420 gram? Jika pada kalimat sebelumnya ada disebutkan contoh kalimatnya begini (Ibu telah mempersiapkan 420 gram gula pasir, katanya ukuran tersebut harus pas, tidak boleh kurang atau lebih). Jadi, kalau kalimatnya seperti itu, maka akan tersambung ke kalimat berikutnya.

Cerpen Guntur Alam kali ini membuat saya menyukainya karena segmen yang diambil adalah latar sosial daerahnya. Terus, bahasanya juga mudah dipahami oleh pembaca, diksi yang dipilih adalah bahasa familiar. Di KOMPAS, segmen cerpen dengan latar daerah selalu menarik, makanya Guntur Alam kayaknya memang lebih sering menulis cerpen atau novel dengan latar daerahnya. Yang membuat kita terkejut bahwa, sepahit-pahitnya asmara, adalah orang itu juga yang menjalaninya, terlepas dari rongrongan orang lain dalam sebuah hubungan. Si lelaki berhasil memperjuangkan cintanya, walau dengan nuansa anti mainstream, kalau di Aceh sudah ditangkap WH. Bagi lelaki yang sedang memperjuangkan cintanya, tabahlah dalam kejombloan. Biarkan kayak kata grup musik Payung Teduh, “Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan”. Atau seperti kata di salah satu adegan film Fast Furios 7 “Karena tak bisa minta orang lain untuk mencintaimu”. Jomblo tanpa harapan dan cita-cita, kayak ayam penyet rasanya manis legit.[]



Senin, 20 Juni 2016

Pertanyaan Yang Gak Perlu Dijawab Oleh Jomblo

Senin, Juni 20, 2016



pixabay.com

 

Saat memutuskan menjadi jomblo, terkadang banyak cibiran dari teman-teman dekatmu yang sudah duluan katanya memilih kekasih dalam status yang belum diakui oleh negara. Di saat menyandang status jomblo, ada pula orang-orang yang kadung sibuk menanyakan apa kegiatanmu menghabiskan hari-hari dengan status itu. Lebih-lebih mereka juga kadang menanyakan tentang dunia pendidikanmu saat ini. Tentu, hal ini sangat menjengkelkan bukan? Kami mencoba menyarikan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya gak perlu kamu jawab saat berstatus jomblo.

1. Kenapa Kamu Gak Punya Pacar?
Hadeuh! Kira-kira saat ada orang yang menanyakan hal tersebut, pernah gak kamu ingin rasa-rasanya melempar orang tersebut ke bantaran sungai, biar diterkan sekalian sama buaya, lebih-lebih buaya darat. Seseorang yang sedang melabeli dirinya memiliki tambatan hati, baik yang sudah pacaran atau tunangan, tentu sangat membanggakan-banggakan dirinya memiliki kekasih. Tiap malam Minggu bisa duduk berduan di trotoar jalan sambil makan bakso goreng, jagung bakar atau yang paling mewah makan di KF* atau Pizza H*t bersama sampai larut malam. Bayangkan, kenapa tidak uang tersebut kamu manfaatkan untuk beramal ke lembaga sosial, masjid, orang-orang kurang mampu, tentu ini akan menambah pahalamu kan! Jadi, yang statusnya pacaran, masih mau tanya-tanya orang lain kenapa gak punya paca atau kenapa gak pacaran? Ini zaman pergolakan, bukan zamannya mikir-mikir tentang itu, kita perlu tanggap saat orang-orang di Papua sana, atau baru-baru ini di Lumajang dibunuh dengan keji oleh negara. Mana sikapmu?

2. Kapan Kamu Sidang Skripsi?
Lain halnya jika pertanyaan ini ditanyakan oleh calon mertuamu, mana tau kan dia sudah ingin menyegerakan agar kamu menghalalkan anaknya bagimu, heuheu. Orang-orang di sekitarmu akan sangat protektif menanyakan tugas akhirmu yang kadang sudah di ujung hayat atau baru kamu mulai pada semester 12 perkualiahan. Mereka saban hari, beragam orang akan menanyakan hal itu, kecuali saat kamu sedang buang hajat. Via Watsap, BBM, facebook, twitter ataupun path, orang-orang yang merasai dirinya dekat denganmu akan menanyakan hal itu, “Udah bab berapa skripsinya”, “Kapan kamu sidang skripsi”, “Kapan kamu wisuda”. Itu-itu saja yang ditanyakan, padahal orang yang merasai dirinya dekat denganmu tadi, paling orang yang telah lama gak jumpa, secara spontan dia menanyakan hal tersebut. Huft! Jomblo mana yang gak akan jengkel saat ditanyai tentang skripsi. Cukup kamu jawab saja begini, jika dia wanita tanyakan saja “Kamu udah siap aku lamar?” atau kalau dia laki-laki jawab saja begini “Setelah di ACC dosen pembimbing, aku sidang!”.

3. Kerja Dimana Sekarang?
Siapa di sini yang pernah menanyakan pertanyaan ini? Ayo tunjuk tangan, lalu tunjuk hidung sendiri. Tidak baik sebenarnya menanykan tentang kegiatan seseorang saat dia telah selesai kuliah. Orang akan bertubi-tubi menanyakan hal tersebut, sama halnya saat kamu sedang skripsi. Bisa jadi orang-orang yang sama menanyakan hal lain pada dirimu. Menyangkut pekerjaan adalah menyangkut hidup orang banyak, tidak hanya urusan perut tapi apa yang ada di seberangnya. Jika kamu kawan lamanya, baru jumpa hari ini, dan langsung secara spontan menanyakan “Kerja dimana?”. Orang itu akan sangat terganggu batinnya, raut wajahnya juga langsung berubah. Jika boleh alternatif lain untuk menanyakan tentang pekerjaan mungkin bisa dengan kalimat “Hai, kegiatannya saat ini dimana?”. Karena, kata “Kerja” saat krusial ditanyai pada orang-orang yang berstatus penganguran, apalagi penangguran hati. Pedih jenderal!

4. Kapan kawin?
Status jomblo, sudah sarjana dan memiliki pekerjaan tetap maupun honor atau kontrak, orang di sekitarmu akan sangat rajin menanyakan hal ini, baik teman kantor, ibu-ibu PKK desamu, tetangga, kerabat jauh atau teman akrabmu. Sudahlah, pertanyaan ini sama halnya tidak penting untuk ditanyakan. Ini bentuk penghakiman kepada jomblo-jomblo yang menjaga agar hatinya benar-benar diberikan kepada pasangan yang sejalan dengannya. Diantara pertanyaan-pertanyaan di atas, pada sesi pertanyaan “Kapan kawin?” membuat jomblo merasa seperti “menggigil” dan sangat tidak sopan menanyakan hal tersebut, lebih-lebih saat menghadiri sebuah acara. Kenapa tidak, orang-orang yang sudah menikah itu memberikan solusi nan produktif bagi jomblo dengan menyodorkan calon pasangan hidupnya yang sesuai. Silakan ganti pertanyaan “Kapan kawin?” dengan kalimat begini “Gimana udah ada pasangan? Kalau belum, sini biar saya carikan plus tambahan mahar”. Nah, jomblo di belahan bumi mana yang gak senang jika ditanyai begini.

Bagi penanya, boleh pikir-pikir ulang saat ingin menanyakan empat pertanyaan ini kepada jomblo. Padahal merekalah yang sedang menjalankan salah satu visi Provinsi Aceh yaitu menjalankan syariat Islam. Jadi, pekerjaan Polisi Wilayatul Hisbah (WH) sudah berkurang. Tentu, pemerintah juga harus memperhatikan kehadiran jomblo-jomblo ini, mana tahu 4 pertanyaan ini akan masuk dalam pencanagan qanun di Aceh untuk masa-masa mendatang. Selamat bagi jomblo, terus kobarkan semangat jiwa pergerakan seperti Tan Malaka, Soe Hok Gie atau Chairil Anwar, mereka-mereka adalah jomblo revolusioner. 


5 Kegiatan Ini Bisa Kamu Terapkan Saat Ingin Mulai Menulis

Senin, Juni 20, 2016
pixabay.com

1Membuang Rasa Malas
Menjadi seorang penulis adalah perkara mudah. Kamu cukup punya satu pena, dan kertas atau di dinding kamar sekalipun, kamu dengan leluasa bisa membuat tulisan. Jika kamu pernah merasakan masa-masa silam, anak-anak di kampung sering menggunakan lidi dan daun pisang yang dipotong persegi panjang itu digunakan untuk menulis. Sering digunakan permainan ini oleh anak-anak saat mereka main sekolah-sekolahan. Iya, menjadi penulis memang perkara mudah, asal 5 hal ini bisa kamu terapkan saat memulai menulis.
2. Membaca dengan Meresapi
Sudah manusiawi, rasa malas yang kadung lahir sejak kamu lahir ke dunia sudah bersama dirimu. Malas menjadikan aktivitas tubuh yang tidak ingin melakukan apapun, baik kebaikan maupun kejahatan. Rasa malas akan menghampiri siapa saja, dimana ketika merasakan hal ini, kamu akan merasa bahwa apa yang kamu kerjakan tidak ada manfaatnya. Lebih-lebih setelah melakukan sesuatu hal, kamu tidak mendapatkan pujian dari orang terdekat atau atasan.  Saat pagi hari, kamu akan sangat malas untuk bangun pagi. Untuk kegiatan menulis, kamu kadang sering dihinggapi malas saat memulainya, banyak hal yang membuatmu malas, seperti tidak tahu mau menulis apa, sedang dalam masalah tertentu dengan mood yang kurang mendukung. Ada hal yang kamu takutkan saat menulis, misalnya takut mengecewakan pembaca. Hal ini sebenarnya dapat dihindari dengan memulai berteman dengan orang-orang yang menyukai dunia tulis menulis. Lingkungan akan sangat besar pengaruhnya ketika kamu ingin menulis. Di sini kamu bisa mendapatkan wadah baru untuk diskusi, yaitu memulai bergabung dengan komunitas-komunitas menulis. Atau kamu juga bisa membuang rasa malas ini dengan mengingat hal-hal yang kurang baik, berarti saat kamu malas, kamu sedang menjadi orang yang kurang baik dan kurang bermanfaat bagi orang lain. Nah, sebenarnya kamu hanya perlu dukungan orang-orang yang terdekatmu, tetapi kamulah penentu semua tentang semangatmu menulis. Masak memulai menulis saja kamu masih malas? Gimana nanti pas mau mulai bangun rumah tangga? Eh!

Jika kamu pernah ke sawah, kamu akan melihat petani dengan banyak perlengkapan yang dibawanya, mulai dari cangkul, benih padi,  dan juga pupuk penambah gizi padi. Gak mungkin kan disebut petani, kalau itu aja gak ada sama petani dan menetap menjadi ciri khasnya? Sama halnya dengan menulis, kamu harus memulai dengan membaca, baik artikel, catatan ringan atau dari koran, bahkan resep dokter rumah sakitpun perlu kamu baca. Ada kalanya membaca adalah hal utama memperbanyak idemu saat menulis, juga sebagai rekaman data yang kamu butuhkan dalam waktu tertentu. Aktivitas membaca adalah modalmu dan semakin banyak membaca, tulisanmu akan semakin bagus. Saat membaca kamu perlu meresapinya, dikarenakan kamu juga sekalian melihat tata baca saat menulis, jika ada kesalahan pada tulisan orang lain, kamu bisa sekalian mengoreksi dimana kesalahannya dan kamu sudah bisa ancang-ancang untuk menghindarinya. Presiden RI pertama, Soekarno dalam jeruji besi pun masih menyempatkan membaca. Seperti Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta, beliau bahkan ada ‘ritual’ khusus sebelum memulai membaca. Konon, beliau akan mandi terlebih dulu dan memakai pakaian yang baru dan barulah mulai membaca. Mungkin aktivitas ini menjadikan dirinya lebih segar dalam meresap setiap isi buku. Kalau kata Imam Hasan Al Banna, seorang muslim harus sama baiknya antara membaca dan menulis. Jadi, masih tunggu kiamat dulu supaya mulai menulis?
3. Menulis dengan Hati
Hati hadir sebagai pembuat orang menjadi baik dan menjadi jahat. Kamulah yang menentukan membawanya kemana. Jika kamu menulis dengan hati, kamu akan menghasilkan karya yang mampu mengajak kepada kebaikan. Setiap tulisan perlu pertanggungjawabkan, kamu perlu hati-hati saat menulis. Karena, dalam tulisan selayaknya kita melihat sayap kupu-kupu, ada keindahan di dalamnya. Kita mengajak orang mendekati dunia, baik dengan selalu mentransformasikan kegiatan itu sebagai cara utama dalam menuntun kebaikan. Gak mau kan gara-gara tulisanmu malah mengajak orang lain kepada keburukan?

4. Menyunting dengan O­­bjektif
Baiknya, setelah menulis dengan panjang tulisan baik itu satu halaman maupun seratus halaman, kamu perlu sekali menyunting atau dikenal juga dengan kata mengedit. Kegiatan ini mampu membuatmu tahu mana kata atau kalimat dalam tulisanmu yang masih janggal, kurang huruf atau bahkan gaksesuai dengan EYD. Nah, saat menyunting kamu harus membacanya perkata lalu perkalimat, baiknya kamu membacanya dengan suara, dengan ini kamu akan mudah tahu mana kalimat yang kurang enak pas didengar, tentu saat kita baca juga demikian. Hindari rasa malas untuk menyunting tulisanmu. Di sini kamu akan belajar menilai tulisannmu dengan objektif, anggap saja kamu sedang membaca tulisan orang lain. Meminta orang lain buat menyunting tulisanmu juga merupakan hal yang perlu kamu lakukan. Mintalah dia di waktu yang tepat, jangan di waktu dia sedang sibuk dengan kegiatannya. Kamu perlu sabar menanti setiap yang dieditnya. Mintalah dia untuk membuat catatan-catatan penting dari tulisannmu, baik yang salahnya dan yang sudah benar, ada kalanya tulisan saat diedit, kita menemukan makna bahwa, semua hal di dunia ini perlu dikoreksi, ditempatkan pada hal yang baik dan kamu akan mengetahui karakter lewat tulisanmu itu. Penulis dan editor adalah dua kekasih yang gak bisa dipisahkan, mana tau kamu dapat jodoh seorang editor kan!

5. Menulis, Menulis, Menulis dan Membaca
Setelah 4 hal di atas sudah kamu lakukan dengan benar dan yakin, kegiatan kamu berikutnya adalah menulis, menulis, menulis dan membaca. Tanpa dua kegiatan utama ini, kamu sama saja seperti sedang ‘berbohong’ dalam tulisanmu. Buat waktu-waktu khusus untuk menulis dan membaca. Satu lagi, membaca juga tidak hanya soal tentang membaca buku, kamu juga harus mampu membaca isu yang ada di sekitarmu, hal ini membuatmu semakin update dalam karya yang dihasilkan. Kalau boleh dikata “Aku Tulis, Kamu Baca, Kita Mengerti”. Selamat mencoba!

Jumat, 10 Juli 2015

Raisa Layak Jadi Peserta MTQ

Jumat, Juli 10, 2015

Gadis yang dikenal lantaran mengunggah video menyanyinya lewat youtube beberapa tahun lalu, membuatnya kini dikenal se-nusantara. Pilihan alur musik jazz telah membawanya ke panggung-panggug hiburan juga talkshow televisi. Al hasil, kini dia makin tenar, gairahnya bermusik sama halnya dengan musisi yang lain. Saya salah satu termasuk pengagum lagu jazz, nadanya datar dan ringan, cukup membantu jika sedang susah tidur. Anak gadis mungkin akan terbirit-birit jika mendengar nama Raisa Andriana. Si wanita berambut panjang tergerai itu lahir pada 6 juni 1990 ini adalah mantan dan kini menjalin kasih kembali dengan Keenan Pearce – abangya Pevyta Pearce, yang mungkin suatu saat akan jadi jodohku, celetuk seorang jomblo yang sedang memeluk bantal guling dingin – ternyata Raisa telah kembali ke peraduan asmaranya, dan lalu Tulus dengan senantiasa akan menerima takdirnya dengan tulus ikhlas, termasuk saya, hiks.

Akhir Desember tahun lalu, Raisa datang ke Banda Aceh untuk konser perdananya. Saya yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi, eh malah malam itu diajak sama teman, ya karena ada tiket gratis. Padahal skripsi saya sedang berada diambangnya, hanya menunggu batas akhir daftar sidang. Sudahlah, Raisa bagi saya mungkin akan mampu mengobati kegalauan selama ini saat mengerjakan skripsi, barangkali waktu itu iya. Raisa naik ke atas panggung dengan nyanyi beberapa butir lagu, suaranya merdu nan syahdu menggetarkan urat-urat nadi para jomblo di negeri Syariah. Duh Raisa, kami sedikit kesyewa sebenarnya, kamu tidak memakai jilbab saat di panggung itu, hanya syal warna hitam pekat engkau kalungkan di lehermu. Dan lebih menyayat luka kami, engkaupun tak melihat ke arah kami yang sudah teriak-teriak memanggil namamu. Mungkin suatu saat aku akan meminta bantuan Doraemon, biar dikeluarkan alat mengganti rupa agar mirip Keenan Pearce dan dengan mudah engkau Aku bawa dalam pelukan, lalu kita nikah di Zimbabwe.

Namun, satu hari setelahnya hal itu tidak menimbulkan kekecewaan lagi. Dik Raisa saat jalan-jalan di Banda Aceh, rupanya memakai jilbab. Dengan berhijab, tidak menjadi penghalang bagi Dik Raisa untuk sekadar minum kopi Aceh, mie Aceh, tapi jangan pernah coba ganja. Kami-kami jomblo akan makin merana.

Kabar lainnya, tempo lalu Dik Raisa bahkan mengunggah suara mengaji Dik Raisa di salah satu akun miliknya, tentu akan menjadi milikku juga suatu kelak nanti, atau di akhirat. Banyak orang yang memuji kemerduan suaramu itu, entah apa karena ada efek audionya, Aku tak peduli Dik Raisa, suaramu telah menggetarkan jiwaku. Ayat yang kau baca memang surat-surat pendek yang diturunkan kepada Nabi kita saat berada di Mekkah, makanya namanya Makkiyah. Dik Raisa membaca surat Albaqarah ayat 225 (Ayat Kursi). Dik Rasa tau benar membaca ayat tersebut, dengan sedikit ada lekuk-lekuk jazz khasnya Dik Raisa, kami pun mendengarnya jadi bikin leleh. Lebih lagi saat Dik Raisa membaca Surat Annas, tentang manusia, sepertinya Dik Raisa juga sudah saatnya menyempurnakan separuh agamanya, dan mencari sesosok manusia pendampingnya.

Jujur Dik Raisa, Aku lebih suka kamu mengaji daripada menyanyi. Bukan Aku tak suka dan tak rindu pada lagu Could It Be Love, Mantan Terindah, atau Pemeran Utama, tapi Aku sudah terkesima akan cara mengajimu. Mungkin kamu juga sadar, suatu saat kamu juga akan mengajari anak-anak kita kelak, Eh :P.

Sebenarnya Dik Raisa, jika seandainya pemerintah tahu kelebihanmu ini, atau bisa jadi Menag Lukman Saifuddin lebih duluan tahu dari saya, kami jomblo-jomblo akan rela jika Dik Raisa mengikuti ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tahun ini, mungkin kami akan sepenuh jiwa raga kami mendukung penuh kehadiranmu Dik Raisa. Rugi rasanya jika Dik Raisa menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan suara mengaji mengunakan lekuk-lekuk langgam khas jazz nadamu itu, barang tentu engkau akan mampu mengalahkan peserta lainnya. Kau tak perlu ragu Dik Raisa, kamu cukup ragu saja sama kekasihmu saat ini, dan kembalilah kepada kami jomblo nusantara yang akan senantiasa mendengar ngajimu dan dalam larut malam kami akan senatiasia stalking instagrammu itu, tak luput kami pencet love.

Ajang MTQ ini menjadi pembuktianmu Dik Raisa, jika kau benar-benar serius akan mempelajari Kalam Tuhan beserta mengamalkannya. Jika kamu masih ada irama-irama Bayyati yang agak sulit dipadukan dengan lekuk jazz khasmu, kami siap datangkan qariah pelosok-pelosok nusantara untuk hadir membersamaimu, Dik Raisa. Jika pun tidak cukup, kami akan meminta rekomendaasi Lembaga Pendidikan Tilawatil Quran (LPTQ) terdekat untuk mendukung niat baikmu itu. Engkau menyukai Jazz sudah barang tentu bukan penghalang bagimu mengikuti MTQ ini. Soal pasti, Menag akan mendukungmu, ini juga jalan dakwah generasi pembaharu. Menag akan mendukung penuh, apalagi tentu presiden juga yang akhir-akhir ini terkesan lelah, ada baiknya Dik Raisa diundang ke istana untuk mengaji, sama halnya kayak mengajinya langgam Jawa waktu lalu. Sementara, ketenaranmu akan bertambah. Media-media akan menulis “Ini Penyanyi Yang Diundang Mengaji di Istana Presiden”, “Raisa Mengaji di Istana, Ini Tanggapan Menag”, lalu media juga akan memberitakan “Menag: Raisa Membuktikan Al Quran Langgam Jazz” atau bisa juga begini “Jokowi: Kami Ingin Raisa Hadir Selalu Saat Kami Membuka Acara Kepresidenan”, tentu engkau akan makin dikenal, makin banyak peluang untuk menyebarkan kebaikan di muka bumi. Tak perlu kau takut jika ada yang menyinyirmu, anggap saja mereka angin berdebu, dan kini saatnya kita pengghulu, tentu bukan bersamaku, bersama kekasihmu itu.

Kesuksesan yang akan engkau raih itu, tentu sangat membahagiakan. Namun, kami akan sangat bahagia jika Dik Raisa juga hadir ke Aceh lagi. Tentu Dik Raisa sudah tahu, bulan-bulan lalu kampung kami kedatangan tamu seiman, Muslim Rohingnya. Mereka terdampar di Aceh Utara, Langsa dan Aceh Timur. Hati kami akan sangat senang jika Dik Raisa dalam program pesantren kilat selama bulan Ramdhan hadir untuk mengajari adik-adik pengungsi Rohingnya, akan semakin banyak pendonor yang hadir jika Dik Raisa mau meluangkan waktu selama seminggu di sana. Jangan takut Dik Raisa, malaikat pencatat amal kebaikan akan melihat itu semua, berlimpah ruah pahala yang engkau dapatkan. Pengungsi Rohingnya juga akan sangat suka didatangi artis serupa indahmu itu. Mengaji dan menyanyi bukan penghalangmu untuk membantu sesama kan Dik Raisa? Kami jomblo-jomblo nusantara menunggumu disini, kita cintai sesama dan seraya mencintai negeri ini. []

Minggu, 21 September 2014

Jika Idul Adha Bagian Protokoler dalam Islam

Minggu, September 21, 2014



Tiada lama lagi kita akan merayakan lagi dan lagi hari raya idul adha, yang saban tahun hijriah jatuh pada 10 zulhijjah. Berbagai persiapan dilaksanakan oleh ummat Islam, beragam pernak-pernik di beberapa rumah telah dihiasi lampu atau mereka sibuk mengganti gorden lama dengan gorden yang baru. Kaum-kaum ibu jauh-jauh hari menyiapkan kue hidangan merayakan hari yang sering disebut manusia di dunia ini dengan hari raya qurban. Hal ikhwal munculnya karena dahulu nabi Ibrahim disuruh oleh Tuhan untuk menyembelih anaknya sendiri, yaitu Ismail. Betapa tidak teganya Ibrahim menyembelih anaknya sendiri. Namun, kuasa hamba akan pencipta tiada boleh ada yang menolak. Maka, sudilah Ibrahim menyembelih anaknya Ismail. Rasa cinta yang mendalam, Ismail digantikan oleh Tuhan dengan seekor domba. Semenjak itulah dalam Islam adanya penyembelihan hewan qurban diantaranya, sapi, kambing dan binatang lain yang layak diqurbankan. 

Ada yang mematung untuk memberikan hewan qurbannya bagi kaum-kaum yang membutuhkannya. Biasanya patungannya berjumlah 7-8 orang, jika mereka belum kuasa memberikan hewan sembelihan secara sendiri. Lain lagi dengan yang sanggup menyembelih sendiri, karena serba kecukupan maka dia berkuasa memberikan binatang qurbannya kepada khalayak yang layak. Keriuhan tidak terbendung saat penyembelihan hewan qurban raya ini. Orang-orang yang dulunya malang melintang di perantauan, pada hari itu bersama-sama datang ke meunasah-meunasah atau mesjid menyembelih hewan, membersihkannya, lalu ikut partispasi aktif membagikan kepada yang layak. Semuanya berbaur dalam suasana akrab dan hangat. Tidak ada celah bahwa mereka sudah lama terpisah. Masih seperti dulu, seperti masa-masa mereka kaum rantau dan kaum asli masih bersama-sama.

Semua orang juga ikut merasakan betapa gembiranya pada hari itu. Penghuni suatu kampung kebagian daging, periuk di tiap-tiap rumah telah wangi dengan rempah-rempah, daun pandan yang diikat lalu dinanak dalam nasi. Bau harum nasi begitu berbeda hari itu. Kampung kami jadi harum akan wewangian rempah-rempah. Semua penuh ceria, tidak ada masalah busung lapar hari itu.
Rumah anggota dewan kampung kami ‘dibanjiri’ tetamu undangan, mereka antusias menyalami anggota dewan itu. Nampak raut wajah si anggota dewan sumrigah, kumisnya yang tipis dan perut yang sudah membuncit, istri dan anaknya duduk sambil ketawa-ketiwi disampingnya. Sungguh keluarga yang bahagia.

Pak keuchik, juga mengalami hal yang serupa. Anak sulungnya baru saja pulang kuliah dari Mesir. Hari itu, penuh haru apalagi anaknya tidak pulang sendiri. Dia hadir bersama pasangannya hidupnya. Mereka baru saja menikah. Bangganya Pak Keuchik, anaknya sudah mandiri bahkan bisa dikata berilmu agama. Bertambah lagi satu keluarga, di hari raya idul adha, telah ada yang mau ber’qurban’ hatinya untuk keluarga mereka.

Teungku Imum juga tak mau kalah. Hari itu Istrinya juga tampil cantik. Ada kabar baik, bahwa anak bungsunya mendapat prestasi yang membanggakan di pesantren tersohor di pulau jawa sana. Kegembiraan bertambah, kala anak-anak asuhan mengajinya datang ke rumah mengunjungi guru sekaligus Teungku Imum gampong mereka. Mereka tidak datang dengan tanga kosong. Setiap mereka membawakan makanan berupa roti-roti, kue bolu, sirup cap patung, dan gula pasir. Bahagia benar Teungku Imum bersama keluarganya.
---
Sebulan setelah perayaan idul adha. Anggota dewan dinyatakan tersangka dan tak lama berselang, dinyatakan terdakwa, lalu terdakwa, lalu masung penjara. 
Pak Keuchik, anak yang begitu dibanggakannya ternyata malah terjerat kasus narkoba saat di Mesir, saat ini di sedang dicari oleh interpol. Istrinya ternyata adalah bandar besar narkoba internasional.

Teungku Imum, takut bukan kepalang saat ketahuan bepergian ke Medan untuk mengahadiahi ‘telur’nya sekaligus mencari mur baru disana. Istrinya marah benar, kini hubungan harmonis mereka yang dulu tinggal palu sidang dari majelis perceraian. Buruknya lagi, prestasi yang dikatakan oleh anaknya tadi, bukanlah prestasi akademik semisal dia juara membaca kitab kuning, tetapi dia ahli dalam membaca isi sebuah bank.

Orang-orang yang celaka, termasuk saya!

sumber foto: tempo.co

Kamis, 21 Agustus 2014

Menanti Kebijakan Baru di 'Kota Ratu'

Kamis, Agustus 21, 2014
SEJAK meninggalnya almarhum bapak Mawardi Nurdin yang merupakan walikota Banda Aceh untuk periode 2012-2017 yang berpasangan dengan Illiza Sa’adudin Jamal sebagai wakil walikota, secara hukum negara maka Illiza berhak menggantikan Mawardi untuk menjabat sebagai walikota. Illiza wajib melanjutkan program-program pembangunan kota sesuai dengan janji-janjinya pada pemilihan walilkota tahun 2012 lalu. Ditetapkannya Illiza sebagai walikota tidak secara serta merta langsung menjadi walikota, tetapi ada masa ‘magang’ sebagai Pelaksana Harian (Plh) walikota. Dalam hal ini dikarenakan belum keluarnya surat keputusan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi perihal pengangkatannya secara resmi dan dilantik sebagai walikota Banda Aceh meneruskan periode 2012-2017.

Tanggal 16 Juni 2014 lalu, Illiza atau yang lebih santer dikenal dengan sebutan ‘Bunda’ telah dilantik oleh Gubernur Aceh dr. H.  Zaini Abdullah di gedung DPRK Banda Aceh. Ini menjadi peristiwa paling bersejarah dalam kehidupan Bunda kita, bagi keluarganya dan juga bagi rakyat kota Banda Aceh. Betapa tidak, semenjak Aceh bergolak pada tahun 70-an sampai saat ini, belum pernah dipimpin oleh seorang walikota/bupati dari kalangan perempuan. Maka, ditanggal itu kita sama-sama telah menyaksikan bahwa Kuta Raja kali ini dipimpin oleh seorang ‘Ratu’.

Berbagai spekulasi di dunia maya semacam facebook dan karibnya twitter berpendapat bahwa ini menjadi peluang bagi kaum ibu-ibu untuk menampakkan gaungnya kembali di tanah rencong ini. Mereka perlu didorong untuk terlibat dalam pemerintahan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Banda Aceh kurang layak dipimpin oleh seorang wanita, melihat Banda Aceh adalah ibukota dari Provinsi Aceh . barangkali ini tidak menjadi soal bagi kebanyakan rakyat Aceh, toh Bunda hanya memimpin Banda Aceh, kan tidak memimpin Aceh? Kilah beberapa pendapat lain yang saya temukan di jejaring dunia maya.

Ada hal yang membuat Illiza terkenal akhir-akhir ini. Beliau dengan beberapa ormas Islam sedang giat-giatnya menyapu bersih kaum maksiat di kota berjuluk Madani ini. Terlebih dengan gayanya itu, sampai waktu larut malam pula tetap melakukan sapu bersih maksiat tersebut. Menarik memang melihat geliat beliau dalam upaya memantapkan salah satu misinya yaitu meningkatkan kualitas pengamalan agama menuju pelaksanaan syariat Islam secara kaffah. Pemerintah kota Banda Aceh berharap dengan misi ini akan tercapai masyarakat yang madani.

Illiza mulai dikenal oleh khalayak di Aceh semenjak beliau bersama almarhum bapak Mawardi Nurdin untuk pertama kalinya memimpin Banda Aceh pada periode sebelumnya, yaitu periode 2007-2012. Berbagai pembenahan tata ruang dan tatanan pemerintahan di Banda Aceh terus dibenah sedemikian rupa. Pasca dihantam oleh gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 lalu, secara kasat mata kota ini telah lumpuh bahkan bisa dikatakan telah mati. Akibat bencana hebat ini, kota Banda Aceh mengalami kerusakan cukup parah. Terutama infrastrukturnya. Banyak gedung-gedung penting tidak layak digunakan lagi. Kemudian, pada saat kepemimpinan Mawardi Nurdin semuanya terus dibenah dan merubah segala apa yang telah terjadi akibat bencana dahsyat tersebut. Dengan wajah kota yang saat ini sudah lebih berwarna bak kota metropolitan, Banda Aceh telah lahir dengan rupawan baru, bergaya modern, entah bermartabat pula orang-orangnya.

Dengan gaya khasnya, Illiza selalu tampil dengan santun di setiap pidato-pidato kewalikotaannya. Kita mengapresiasi beliau sering mengambil ayat-ayat Allah dan ucapan Rasul dalam setiap isi pidatonya. Sebagai wujud kecintaan pada kota Madani ini sudah sewajarnya Illiza menghadirkan nuansa ‘Khutbah’ bagi dirinya, bawahannya agar tahu diri akan sebuah kepentingan bagi rakyat pimpinannya. Jujur, saya menyukai ciri khasnya beliau ini.

Bagi saya yang sedang mencoba menjadi orang yang menjaga kesehatan, minimal untuk diri sendiri tertarik dengan tatanan masyarakat yang Madani jiwa dan raga pula. Sehat menjadi hal utama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, apakah bekerja atau pula beribadah. Muslim yang baik adalah yang baik pula menjaga kesehatan dirinya dan kesehatan lingkungannya.

Baru-baru ini di balai kota Banda Aceh ada diselenggarakan diskusi bahaya merokok. Dalam diskusi itu memberikan informasi bahwa kaum-kaum perokok sudah layak meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Menjadi perokok aktif malah sangat merugikan perokok pasif. Anak-anak, ibu-ibu hamil adalah target yang sangat berbahaya dari asap rokok tersebut. Illiza juga ikut terlibat dalam diskusi bahaya rokok tersebut. Saya mengapresiasi upaya dari teman-teman yang sadar akan pentingnya menciptakan masyarakat Madani tanpa rokok.

Namun, apakah sejalan ucapan Illiza pada diskusi tersebut dengan begitu banyak iklan baliho-baliho rokok di sepanjang jalan kota Madani ini? Baik dalam bentuk baliho kecil maupun besar, sama-sama dikemas seolah-olah rokok itu tidak salah untuk dihisap. Ini menjadi pertanyaan bagi saya yang pasif merokok, apakah ini wujud baru membentuk karakter Madani cinta rokok sejak dini? Atau apa yang sering diucapkan Illiza pada setiap isi pidatonya mencerminkan perbuatannya? Atau saya saja yang terlampau melebih-lebihkan prinsip yang dipegang oleh beliau. Bisa jadi ini kesilapan sesaat dari beliau, maka kita-kita yang berada di pinggiran kota hanya mampu mengingatkan di dunia maya.

Iklan rokok di pasang pada baliho-baliho ibukota provinsi Aceh ini membuat sampah baru bagi kota ini. Mungkin bagi pemerintah kota Banda Aceh tidaklah rugi, dengan pajak yang didapatkan dari iklan tersebut menambah pendapatan bagi kemajuan lebarnya kantong segelintir elit di Banda Aceh ini. Saya mulai ragu dengan stigma Banda Aceh kota Madani. Apa ini memang benar proyek besar yang diinginkan walikota Banda Aceh? Atau barangkali ini modal awal untuk mencetak generasi cinta merokok sejak dini. Belum lagi masih berkeliarnya dengan mudah para Sales Promotion Girl (SPG) rokok di setia sudut warung-warung kopi bahkan sampai ke objek wisata Ule Lhee dan objek wisata lainnya. Jika ini benar cara yang digunakan oleh walikota dalam upaya menciptakan khasnya Madani adalah dengan menjadi pengrajin penghisap rokok, maka saya tidak jadi mengangkat jempol. Apa yang akan kita bayangkan bila SPG-SPG itu menawarkan rokoknya kepada para pelajar kita yang rentan dengan bahaya zat yang terkandung dalam rokok tersebut. Apalagi yang menjual rokoknya berpenampilan menarik, tentu memikat beberapa kaum lelaki untuk membeli rokok.

Masalah ini belum juga terselesaikan, muncul lagi semisal masalah kebutuhan akan air bersih bagi warga kota. Seperti yang diberitakan oleh Harian Serambi Indonesia pada Sabtu, 10 Mei 2014 lalu.

“Warga Gampong Ateuk Jawo, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh sudah sekitar dua bulan tak dapat menikmati air PDAM Tirta Daroy, Banda Aceh. Pasalnya suplai air itu tak mengalir ke pipa di gampong mereka. Akibatnya warga terpaksa menggunakan air sumur yang kuning dan sebagian membeli air PDAM itu yang dibawa menggunakan mobil tangki”.

Ada 600 kepala keluarga lebih menggunakan air dari PDAM di gampong tersebut. Para warga mengeluh lantaran biasanya air dari PDAM baru hidup pada jam 3 dini hari. Sungguh ironis, lantaran para warga sudah membayar pemakain air PDAM tersebut setiap bulannya. Namun, warga terpaksa harus membeli lagi air PDAM yang dibawa dengan mobil-mobil tangki seharga 130 ribu untuk 300 liter. Apakah kekurangan air PDAM ini juga wujud penerapan Banda Aceh segera berubah simsalabim abrakadraba menjadi kota Madani?

Kebijakan dan Ketegasan
Selaku mahasiswa perantauan, saya mempunyai masukan untuk rezim Bunda Illiza kali ini. Tidak menjadi penghalang rasanya ketika beliau belum memilih pendamping yang akan menggantikan posisinya dulu yaitu wakil walikota. Apa yang saya gambarkan diatas adalah diantara sekelumit bobroknya pelayanan publik. Persoalan masih banyaknya iklan-iklan rokok, rasanya Illiza perlu belajar banyak dari walikota Bandung, Ridwan Kamil. Selaku walikota yang baru terpilih, Ridwan Kamil membuat terobosan bagus perihal ketegasannya melarang adanya iklan-iklan rokok di kota Bandung. Beliau tidak takut berkurangnya pendapatan daerah lantaran tidak adanya iklan rokok, baginya adalah menciptakan warga yang sehat harus dituntaskan secepatnya.

Menjadi pertanyaan sekarang, apa yang ditakutkan oleh walikota kita sehingga belum tegas menutup iklan-iklan rokok di sepanjang jalan ibukota. Jika benar ingin menciptakan masyarakat yang sehat, sudah layak Illiza dengan tegas menolak iklan rokok tersebut. Jika syariat Islam masih dipahami hanya pada urusan razia tempat maksiat saja, lantas iklan rokok yang tersebar dimana-dimana tidak perlu dipandang dari sudut syariat Islam? Apalagi kekurangan air bersih bagi sebagian warga juga tak termasuk dalam bidang pemerataan syariat Islam secra Kaffah? Baiknya walikota kita secepatnya melakukan restorasi kepemimpinannya, jika tidak dianggap hanya retorika semata.

Setelah dilantik sebagai walikota, Illiza menjadi penentu kebijakan-kebijakan penting perihal kebutuhan rakyat Banda Aceh, disamping diperbantukan oleh wali rakyat legislatif. Apalagi baru-baru saja kita semua pada 9 April lalu memilih wakil rakyat, khususnya Banda Aceh. Otomatis, orang-orang yang menduduki lembaga eksekutif dan legislatif adalah orang-orang yang masih baru. Tidak ada alasan menunda-nunda kebutuhan rakyatnya. Kita perlu pemimpin yang tidak hanya sibuk menyuruh memilih pemimpin yang kabarnya tegas itu, lantas beliau sendiri tidak tegas. Ayo tegas Bunda! []

Opini ini sudah dimuat oleh www.ajnn.net
Menanti kebijakan baru di ‘Kota Ratu’

Selasa, 15 Juli 2014

Mengintip Gadis Yang Sedang ‘Mandi’

Selasa, Juli 15, 2014

Apa yang terlintas jika kita soalkan anak gadis kita periode akhir ini? Saat ini atau kepada periode mendatang? Adakah itu kemudian kita coba bayang-bayang saat kita sedang hendak tidur malama atau barangkali ada terlintas sejenak saat kita sedang makan siang bersama kekasih selingkuhan kita. Sejak dekade pasca Tsunami program hidup berpasangan bareng-bareng tak lagi jadi penghalang saat mereka-mereka sudah menginjak masa pubertas, yang didahului oleh fase oral. Ya, tentu masa mereka telah berbangku kuliahan hal mendapatkan kekasih hatinya yang sudah ditambat habis-habisan dengan berbagai guyonan juga rayuan sangatlah cocok dan sesuai berduan di tempat ramai. Tak habis pikir memang belum lagi dorongan dan sokongan dana dari orang tua dikampung dihabiskan percuma untuk bersenang-senang sesaat. Jadi dalam memahami urusan hati itu cukuplah dengan makan bersama, ya semacam ayam penyet, KaePCi, bakso goreng, sejalan lagi dengan berfoto selfie ria seria riaynya. Aduhai kupikir mereka telah sah. Jika semangkuk bakso itu artinya mendapatkan tambatan hati, mikir!

Sore itu saya lihat anak gadis terburu-buru membeli peralatan kampusnya di sebuah toko fotokopi. Dia menggunakan kacamata, dalam tasnya sudah seabrek barang-barang perlengakapan kampus. Belum lagi bahan-bahan fotokopi dalam tasnya membludak keluar. Ketika saya sapa lalu bertanya padanya untuk apa barang-barang itu semua, dia hanya memandang sinis kearah saya lalu pergi bersama angin lalu. Ya, kemudian dia terjatuh bersama buku-bukunya lantaran terpleset licinnya lantai. Saya, tidak menghampirinya lagi, saya pergi begitu saja. Dia terduduk denga setumpuk buku-buku ditubuhnya.

Setelah makan siang saya kembali ke kampus, disana telah ramai dan riuh oleh beberapa merayakan keyudisiumannya. Gadis-gadis memakai sanggul jilbab yang besar-besar, mirip memang seperti apa yang dibicarakan oleh teman saya, mirip cerek ya. Dengan balutan kain penuh warna-warni dari segala sisi. Kenapa tidak dililit juga ya sekaligus lehernya. Kan sebentar lagi ujung-ujungnya pengangguran juga. Mereka telah nampak menenteng tas-tas yang gede, mirip-miriplah dengan nyonya-nyonya diibukota sana. Belum lagi dengan tertawa cecikikan khas mereka, nampaklah beberapa yang memakai kawat gigi. Belum lagi cara khasnya memencet tombol-tombol digital di tablet, dengan sedikit telunjuknya dilentikkan, wah sangat tidak estetik dan etik.

Kemudian, setelah berbuka puasa di simpang lima. Saya berjalan pelan menuju mushalla BULOG untuk melakukan magrib berjamaah. Belumlah saya sampai kesana, sesosok itu muncul di depan gedung DPRA. Tangan kirinya diikat kain warna merah, dia memakai jas almamter krem putih. Wajahnya tampak kumal, bersama lima temannya yang lain, mereka sedang beritual buka puasa bersama anak-anak yatim piatu konflik dulu. Bersama rekannya, seminggu yang lalu mereka turun ke gampong-gampong meminta restu dari orang tua anak tadi untuk di bawa ke Kota Ratu guna menyantap buka puas bersama lima gadis tadi. Ohya ada juga anak-anak dari korban tsunami, mereka semua menyatu dalam satu tempat di gedung DPRA. Mereka berlima tampak senang bersama anak-anak tadi, menyantap makanan pembatal puasa dan itu di depan gedung penguasa yang bolehlah saya kata Tiran dalam balutan Demokrasi.


Saya tidak jadi salat di BULOG saya pergi salat di tempat lain. Begitu kagetnya saya, ternyata yang jadi imam salat magrib adalah wanita yang dibelakangnya semuanya para laki-laki. Setelah dia salat saya hampiri, kamu sudah menikah?

Kata Saya

"Jabatan hanya persoalan struktural. Persahabatan selamanya."